Langkah semangat Alina berjalan turun untuk ke dapur. Dia ingin membuat sarapan untuk semua anggota keluarganya. Belum sampai dapur Alina mendengar suara alat masak yang beradu. Semua maidnya sedang libur tapi siapa yang ada di dapur. Tidak mungkin suami atau anaknya mereka masih tertidur pulas.
"Mom, kok malah masak. Biar Alina aja yang masak" ucap Alina yang melihat ibunya berkutat dengan peralatan dapur. Dia kalah cepat dari ibunya.
"Kamu aja baru turun mau selesai kapan masaknya kalau nungguin kamu Lin?" tanya Rosa
"Untung ini tanggal merah, tiap hari kamu kaya gini?"
"Hehehe maaf Mom, enggak lah. Cuma tahu ini tanggal merah ya ngaret dikit" Alina mengeluarkan Alasannya. Ini juga baru jam setengah 6 pagi, masih lumayan dingin.
"Mommy dulu bangun pagi-pagi, menyiapkan makanan buat bekal kamu dan Lana. Jam 4 sudah mulai masak, ini kamu jam setengah 6 baru mau mulai masak" mulai lah Rosa bercerita.
"Ya enggak tiap hari juga jam segitu Mommy. Ini kan Alin masih awal pernikahan, mau juga punya 2 anak. Belum besar-besar juga Mom, jadi enggak terlalu ribet" Alina membela diri sekali-kali.
"Oo begitu, Mom kira tiap hari kaya gini"
"Ya kali Mom, malu sama Mas Raka dong" ucap Alina
"Raka masih tidur?"
"Masih Mom, tadi malem lembur sampai pagi"
"Lembur sama kertas apa lembur sama kamu Lin? Semangat banget dari suaranya"
Pipi Alina seketika memerah, menahan malu yang luar biasa. Memang tadi malam Raka lembur pekerjaan dan lembur bersama Alina. Harus menjelaskan bagaimana ini kepada ibunya, siapa pun tolonglah Alina yang terjebak disituasi yang canggung ini.
"Hehe nganu Mom--"
"Ngona nganu apa Lin? Makanya ditutup dan dikunci pintunya dengan benar sayang. Jangan terlalu terburu-buru juga makanya. Untung Mom yang tidak sengaja dengar. Gimana kalau para pekerja atau parahnya Rila yang dengar. Muka kalian mau ditaruh mana?"
"Iya Mom maaf, namanya juga lagi lupa"
"Stt dimaafkan. Eh tahan berapa lama itu suami kamu?" pertanyaan mengejutkan keluar dari mulut ibunya.
"Ih rahasia pabrik itu, masak diomongin. Alina malu Mommy"
"Haha iya lah sudah, ya udah bantuin Mom masak. Udah enggak mual to cium bawang?" tanya Rosa yang mulai memotong-motong ayam.
"Enggak Mom, Alhamdulillah mereda"
"Nih bikin bumbu opor ayam" Rosa menyodorkan sepaket bumbu dapur.
Satu persatu Alina mengupasi bawang dan kunyit untuk bumbu halus. Setelah semua selesai lalu dimasukan kedalam coper blender sampai halus. Sepertinya akan masak besar-besaran pagi ini. Wangi tumisan bumbu semerbak diseluruh penjuru rumah, menggugah selera makan siapa pun.
"Selamat pagi Mom dan Istriku sayang" sapa Rakana yang tampak sudah fresh.
"Pagi anak Mommy, tumben udah mandi?"
"Pagi Mas"
"Sadar diri ada Mommy" jawab Rakana
"Oo sadar diri, bukan abis olahraga malam" Rosa memang iseng menggoda mantunya sekarang.
"Hehe, Mommy tau aja" Rakana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya tahu, itu pintu belum rapat banget. Bocor deh suaranya"
"Mommy! Ih dibahas lagi. Itu opornya dibalik biar matengnya merata"
"Kamu malah nyuruh orang tua, kalau lihat kaya gitu ya dibalik Lin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath (Sequel Of Alina Journey) [END]
RomanceMenceritakan kehidupan setelah menikah Alina Roselyne Caxton dan Rakana Abimanyu. Alina yang baru saja membina rumah tangga dihadapkan situasi yang berbeda dari pasangan biasanya. Menikah dengan Duda beranak satu membuat ia otomatis menjadi ibu samb...