Isrina mengemasi seluruh barang-barang yang dibawanya dulu dari rumah. Juga beberapa barang tambahan seperti kitab atau hijab yang dibelinya selama berada di pesantren. Ada satu benda yang membuatnya kembali murung. Benda yang digunakan untuk mendengar murottal dari Gus Syamsul.
Dia hanya bersiap-siap. Barangkali nanti ibunya datang menjemput, dia tidak membuatnya menunggu. Tapi yang pasti, lebaran ini dia akan pulang. Jika boleh, Isrina ingin di pesantren saja.Benar, belum lama dirinya membatin. Gus Syamsul menghampiri kamarnya, mengatakan kalau ada orang tua yang mengaku ibunya.
“Baik, Gus.” Isrina menggendong tas.
“Mbak.” Isrina menoleh. “Ya?”
“Apa saya katakan ke ibumu saja kalau saya mencintai kamu?” Isrina menggeleng kuat. “Jangan! Tolong jangan lakukan itu, Gus.”
“Kenapa? Itu tandanya benar kamu tidak memilihku. Kamu ingin kisah kita berakhir hanya satu bulan setengah?”
“Gus, njenengan yang berjanji akan menggenapkan kisah kita sampai dua bulan, ‘kan?”
Pada akhirnya, Gus Syamsul memilih mengangguk. Dia ikut mengantar sang pujaan hati pulang untuk melakukan pernikahan.
“Semoga bahagia, Mbak,” lirih Gus Syamsul ketika melihat Isrina berlalu pergi dengan ojek kendaraan beroda dua. Dia melambaikan tangan ketika Isrina kembali menoleh dengan seulas senyum ke arahnya.
“Aku tidak yakin jika bahagiamu juga yang menjadi bahagiaku. Tapi laramu sangat terasa, Mbak. Itu juga lara bagiku.”
“Ikhlaskan, Syam.” Gus Afdhal menepuk pundak Gus Syamsul dari belakang.
___
STOP!
Kita lanjut ke spoiler berikutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah 60 Hari (SELESAI)
Novela JuvenilSiapa yang tidak menginginkan kehidupan remajanya bebas dan mengisinya dengan hal-hal terindah? Isrina Aulia, korban dari keegoisan orang tuanya yang berambisi menjodohkannya dengan orang kaya di desa. Gadis itu terpukul, orang tuanya menghalalkan s...