46. Dilema Seorang Kakak yang Penyayang

2.3K 164 45
                                    

"Sebenarnya apa yang kakak mau?"

Aku menatap Damarion yang terlihat kesal sembari menyilangkan lengannya. Aku tidak tahu apa yang dia mau karena dia tiba-tiba saja datang kepadaku yang sedang enak sarapan pagi di kantin akademi tanpa mengatakan apapun.

Pipi Damarion mulai mengembang, sekarang aku tahu bahwa dia benar-benar marah. Aku menghela nafas panjang dan kembali memakan makananku, menganggapnya tidak ada sama sekali.

Aku kembali memikirkan apa yang kemarin terjadi sembari mengunyah makananku. Aku hanya mengingat kejadian kemarin malam saat aku pergi ke alun-alun dan tentunya hal tersebut sangat aneh.

Aku tahu bahwa aku tertidur pulas dari siang hari hingga malam hari, tapi sangat tidak masuk akal bahwa diriku tidak bisa mengingat kejadian-kejadian yang terjadi pagi kemarin.

Aku yakin sekali bahwa Cynthia datang ke kamarku kemarin, tapi aku tidak bisa mengingat apa yang dia katakan. Saat aku mencoba mengingatnya, kepalaku akan terasa sangat pusing sampai-sampai aku hampir muntah.

Sepertinya memang ada yang menghalangiku untuk mengingat kembali kejadian tersebut, apa ada sesuatu hal yang penting yang tidak boleh aku tahu tentang Suriella? Aku juga tidak mengerti ini.

Sebenarnya siapa yang memedulikan karakter antagonis yang nantinya juga akan mati ini?

Aku memiliki firasat buruk tentang ini. Entah kenapa sejak aku ketiduran kemarin, aku mulai melupakan hal-hal penting yang akan terjadi kepada Suriella. Sedikit ingatanku pun kabur, aku merasa ada yang janggal.

"Hei Suri! Kenapa kamu mengabaikan kakakmu ini?"

Aku tersadar dari lamunanku dan menatap Damarion yang sudah berpindah tempat duduk tepat di sampingku, "tidak apa-apa, hanya memikirkan apa yang akan saya lakukan hari ini" ucapku sembari tersenyum.

"Tapi kamu tidak perlu terlihat seserius itu kan? Aku dengar kemarin malam kamu pergi bersama seorang laki-laki ya?" Tanya Damarion secara tiba-tiba kepadaku yang membuatku menatapnya sejenak.

"Maksudnya Chris, memangnya kakak tahu dari mana?" Tanyaku sembari melanjutkan memakan makananku yang sempat tertunda.

"Aku diberitahu Elvira, dia bilang kamu memeluk temanmu itu ya?" 

"Iya, lagipula saya kan ketakutan jadi saya menempel kepadanya yang terlihat berani. Bukankah itu insting setiap manusia ya?" Ucapku sembari mengelap bibirku dan merapihkan meja.

"Tapi tetap saja! Bagaimana bisa kamu memeluk seorang laki-laki?" Ucap Chris dengan wajah kesal menatapku yang tengah menatap piring kotor di atas nampan.

"Ya, memangnya kenapa? Memangnya tidak boleh saya memintanya menemani saya?" Ucapku sembari berdiri dari tempat dudukku dan membawa nampan pergi.

"Tapi tetap saja! Kenapa kamu tidak meminta tolong kepadaku saja? Kan aku lebih kuat dari bocah itu!" Sahut Damarion yang mulai frustasi sembari mengikutiku yang berniat mengembalikan nampan dengan piring kotor.

"Bagaimana bisa saya menghampiri kakak yang tinggal di menara? Yang ada malah saya yang akan tertangkap dan di hukum untuk membersihkan asrama selama satu minggu penuh."

"Tapi kan kamu bisa—"

"Sudahlah kak, saya tidak ingin mendengarkan kakak lagi."

Aku memberikan nampan kepada bibi yang berjaga di kantin dan beralih menatap Damarion yang terlihat sedih.

"Lebih baik kakak jangan marah di sini, lebih baik kakak ikut saya memeriksa tanaman yang saya tanam" ucapku sembari menggenggam tangan Damarion dan menyeretnya pergi.

The Naughty Daughter of a Duke FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang