Seohyun menatap lurus bangunan megah di depannya. Tempat di mana ia menghabiskan masa remajanya, sebelum berakhir dibuang karena orang-orang di dalam sana tidak bisa menerima sikapnya yang dianggap berlawanan arah.
Siang tadi, Seohyun kedatangan ibunya. Wanita paruh baya yang kabarnya mulai sering keluar masuk rumah sakit itu mendatangi Seohyun di kediamannya, berharap jika Seohyun menerima undangannya untuk makan malam di kediaman mereka.
Tak ada pembicaraan yang panjang antara Seohyun dan Nyonya Seo, lebih tepatnya gadis itu yang hanya bicara saat ditanya saja.
Awalnya, Seohyun berniat untuk tidak datang. Tapi, entah kenapa Seohyun malah berakhir di sini. Memenuhi undangan makan malam keluarganya. Padahal Seohyun tahu pasti, siapa saja yang akan hadir di acara ini.
Menghela napas pelan sebelum masuk ke dalam, Seohyun sudah menyiapkan reaksi seperti apa yang akan ia tunjukkan sepanjang acara nanti. Perlahan, ia melangkahkan kaki jenjangnya menaiki beberapa anak tangga di teras depan.
Ia langsung disambut oleh beberapa pelayan yang tidak Seohyun kenal, mungkin mereka adalah pelayan baru di rumah ini.
"Apa dia putri bungsu Tuan dan Nyonya?"
"Cantik sekali."
"Benar, auranya terasa sangat mahal."
Begitulah bisikan-bisikan yang Seohyun dengar saat ia berjalan melewati mereka. Dalam hati, Seohyun tertawa sumbang. Mereka tidak akan mengeluarkan kalimat pujian seperti itu jika Seohyun masih menjadi dirinya yang dulu.
Sepanjang jalan menuju ke ruang makan, Seohyun meneliti isi rumah ini yang ia rasa banyak berubah.
Saat memasuki ruang makan, netra Seohyun menangkap sosok Nyonya Seo dan Yoona tengah menata beberapa masakkan di atas meja. Satu hal yang sebenarnya terasa begitu aneh, karena seingatnya, mereka bukan tipe yang ingin terjun langsung untuk menyiapkan makanan seperti sekarang.
Senyum Nyonya Seo melebar saat mengetahui kedatangan Seohyun. Hal ini jelas membuat Seohyun tidak terbiasa, ia tidak biasa disambut se antusias ini oleh orang rumah.
"Kau sudah datang? Duduklah, Eomma akan panggilkan Appa terlebih dahulu," kata Nyonya Seo, ia mengusap punggung Seohyun sebelum berlalu dari sana.
Hanya ada dirinya dan Yoona di ruangan ini. Mereka sama-sama diam, sebelum akhirnya Yoona mengangkat suara.
"Aku cukup terkejut karena kedatanganmu yang tiba-tiba," ucapnya, mengambil buah strawberry yang terlihat begitu segar, lantas menyantapnya.
Seohyun hanya menatapnya singkat, tak berniat untuk membalas ucapan wanita di seberangnya.
"Kau tumbuh dengan baik," kata Yoona, membuat Seohyun menghentikan jarinya yang tengah men-scroll layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies
FanfictionCho Kyuhyun tak pernah menyangka sebelumnya, jika adik perempuan dari tunangannya itu mampu menarik seluruh perhatiannya dalam sekejap. Seo Joohyun, begitulah gadis itu memperkenalkan namanya di hadapan keluarga besar Kyuhyun. Dengan gaya seperti s...