Jani semakin hari semakin ada saja tingkah dan perilaku nya yang membuat Amel murka bahkan kesal.
Seperti hari ini Jani mendiamkan Amel dari kemarin malam berlanjut ke besok pagi nya.
"Isss kamu kenapa sih diemin aku? Aku ada salah? Atau jatah nya kurang?" Tanya Amel terus yang melihat Jani mencuekan nya.
Jani diam tanpa berkata apapun hanya diam melirik Amel sebentar dan berlalu ke luar apartemen untuk menuju kantor, tanpa pamit tanpa sarapan yang sudah Amel buatkan.
"Kamu kenapa sih jan, aku gak paham sama tingkah mu ini" tangis Amel melihat Jani keluar begitu saja meninggalkan nya tanpa sepatah kata pun.
Amel memutuskan untuk pergi ke kantor saja sebentar setelah makan siang dia akan ke cafe saja, mungkin menyibukkan diri lebih baik dari pada galau karena masalah tadi pagi.
Kini Amel berada di taksi untuk menuju ke cafe jam sudah menunjukan jam makan siang, pasti di cafe nya ramai oleh pengunjung di jam-jam segini.
"Makasi pak, nih kembalian nya ambil aja" ujar Amel turun dari taksi dan berlalu masuk ke cafe nya.
"Siang mbak" sapa Yuda saat sedang membersihkan meja di samping pintu masuk.
Amel hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dan berlalu menuju ke ruangan nya yang terletak di belakang.
"Yaampun capek juga ya ngurus kantor ngurus cafe, tapi ini juga demi uang sih" gumaman Amel pelan sembari mengusap wajah nya lelah.
Amel memandang ponsel nya yang ada di samping tas kerja nya, mengambil nya dan mengecek apakah ada pesan masuk dari Jani.
Hening tak ada chat masuk dari Jani ponsel nya ribut oleh grup kantor saja itu pun di heningkan oleh Amel.
"Kamu kenapa sih jan, kamu berubah dari kemarin apa kamu ada cewek lain" bicara Amel dengan wajah yang menatap langit-langit ruangan nya.
Air mata Amel tak terbendung lagi, dia sedih melihat perubahan Jani walaupun baru dari semalam, yang jelas Jani tak pernah mencuekan nya, bahkan dulu pas mereka ada malah karena bianca saja Jani tetap mengirimi pesan ke Amel agar tak telat makan dan perhatian lainnya.
Amel bingung apakah dia ada salah ke Jani tapi seingat nya tak ada sedikit pun kesalahan yang di lakukan oleh nya.
Kemarin sore mereka masih pulang dari cafe bersama bahkan sempat melakukan sex juga di kamar mandi tapi setelah itu Jani berubah.
Amel hanya menghabiskan waktunya di ruangan tanpa berniat keluar untuk sekedar mengecek keadaan cafe.
Tanpa sadar Amel tertidur dengan tangan nya ditumpuk di meja sebagai bantalan, jelas terlihat di wajah Amel bahwa dia sedang sedih.
Amel terbangun karena panggilan pelan dari luar ruangan nya, Amel menyesuaikan cahaya lampu yng masuk ke matanya yang memang sudah menyala dari siang.
"Iya yud kenapa" tanya Amel saat membuka pintu ruangan nya melihat Yuda berdiri di depan pintu.
"Saya hanya mengecek mbak saja, dari tadi siang saya tidak melihat mbak keluar ruangan juga, dan saat ini sudah pukul 10 cafe juga mau tutup mbak" jelas Yuda apa maksud nya mengetuk pintu ruangan bos nya.
"Ahh iya makasi sudah peduli sama saya yud, saya cuma ketiduran aja, silakan bereskan semua saya mau pulang dulu" ujar ku ke Yuda dan Yuda menganggukkan kepala nya dan berlalu kembali ke depan.
Amel mengambil tas kerja nya dan berjalan keluar cafe tak lupa pamitan kepada karyawan nya yang sedang bersih-bersih untuk tutup cafe.
Kepala Amel toleh kanan kiri mencari taksi yang mungkin lewat dan bisa Amel tumpangi untuk pulang ke apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKUT.
Teen Fiction"Bahagia ku cuma kamu mel" Jani. "Hati ku bahagia ku dunia ku jiwa ku cuma kamu jan" Amel. "Takut kehilangan kebahagiaan kalian berdua" AUTHOR.