2 - It's You

60.7K 2.9K 32
                                    

"KIM!" Panggilan keras itu diikuti dengan suara gaduh dari luar. Hampir semua orang tahu siapa pemilik suara itu, hanya saja mereka memilih untuk tidak perduli.

Deru nafasnya memburu. Masih dengan seragam basket kebanggaannya Gio berjalan ke arah gadis dengan kuncir kuda yang duduk di sudut kelas. Kali ini gadis itu benar-benar membuatnya marah.

"Kau?!" Teriak Gio lantang mengagetkan beberapa siswa yang ikut mendiami kelas tersebut. "Kau benar-benar berpacaran?" Tanya Gio marah.

Kimora hanya memandang Gio sambil tertawa. "Kau kenapa?" Tanya Kimora tanpa dosa. Sementara Anna yang berada di samping Kimora sudah merasa canggung sendiri.

"Gio, calm down... Okey!" Kata Anna menengahi dengan hati-hati.

"Aku mendengarnya. Andreas masih mengejarmu." Tekan Gio. Kimora masih enggan menjawab. Ia sendiri merasa tidak perlu menjawab apa pun.

"Mereka tidak berpacaran, sungguh. Lagi pula bukan Andreas yang Kim sukai." Anna menutup mulutnya saat sadar ia kelepasan, takut-takut ia melirik Kimora yang berdesis padanya. "Sorry." Katanya penuh sesal.

Gio memandang Kimora dengan raut menuntut. "Siapa?" Katanya tajam. "Aku benar-benar akan menghajarnya sekarang."

Kimora tertawa saat mendengar nada emosi itu. "Kau sungguh akan menghajarnya, maksudku kau sungguh akan memukulnya." Kata Kimora mengejek.

Gio berdecih. "Kau meragukanku?" Katanya sombong.

Kimora menggelengkan kepalanya. "Lupakan, kau tidak akan bisa memukulnya. Aku bersumpah." Kimora kembali tertawa mengejek. Membuat Gio semakin tertantang.

"Katakan dimana dia?" Kata Gio sungguh-sungguh. "Kau ingin menyaksikannya sendiri?" Lanjutnya pongah.

Anna memandang Gio dan Kimora bergantian. "Aku setuju dengan Kim. Kau tidak akan bisa memukulnya." Angguk Anna setuju.

"Katakan saja dimana dia, Anna?!" Bentak Gio kesal karena merasa di permainkan.

Anna yang terkejut mendadak takut sendiri. Ia melirik Kimora yang tampak tenang dan sama sekali tidak terganggu. "Kimora jarang keluar kelas." Cicit Anna pelan. "Tentu saja orang itu ada di kelas ini." Katanya jujur.

Gio mengernyit penasaran. Setahunya satu-satunya laki-laki yang berani mendekati Kimora tanpa takut ancamannya hanya Andreas. Tapi Kimora menyukai laki-laki di kelasnya? Siapa? Kelas mereka diisi anak-anak culun selain dirinya, tidak mungkin Kimora menyukai salah satunya. "Kau yakin?" Tanya Gio tidak percaya.

Kimora berdiri tepat di depan Gio yang masih tetap lebih tinggi darinya meski Kimora termasuk gadis yang tinggi disekolahnya. "Kau berjanji akan memukulnya sekarang." Tanya Kimora dan Gio mengangguk tegas.

"Di depanku?" Tanya Kimora lagi memastikan dan Gio mulai berdecak.

"Katakan saja!" Kesalnya.

Kimora tersenyum ia mendekati Gio. Mengalungkan tangannya di leher Gio dan berbisik. Senyum puas tercipta di wajah cantiknya. "Kau."

Gio mematung ditempatnya membiarkan Kimora melerai kedekatan mereka dan tersenyum puas di hadapannya. "Ayo pukul dia." Kata Kimora mengejek. "Sekarang!" Perintahnya lagi.

Gio mendengus dan berjalan keluar kelas dengan wajah datarnya. Mengabaikan ucapan dan godaan Kimora beberapa saat yang lalu.

Anna mengernyitkan dahinya, heran. "Kau bilang apa?" Tanya Anna penasaran.

"Kau." Jawab Kimora acuh.

"Kau?" Anna tampak berpikir keras sebelum akhirnya sadar sesuatu. "Kau mengaku?!" Tanya Anna histeris.

Kimora mendengus. "Ia tidak akan percaya. Kau tenang saja." Katanya terlampau santai.

Hanya beberapa menit sebelum mereka mendengar suara gaduh diiringi dengan Gio yang datang kembali. Ia menunjuk Kimora tepat di depan wajah gadis itu. "Kau!" Katanya menggeram.

Kimora mengerjapkan matanya. "Kau mau memukul wajahmu sendiri?" Tanya Kimora menantang.

"Kau mau mempermainkanku lagi?!" Tuduh Gio pada Kimora.

Kimora tersenyum. See, Gio tidak akan pernah percaya apa yang ia katakan.

Gio mendengus mengatur emosinya sendiri. "Jangan bercanda dengan hal itu. Kau bisa merusak hubungan ini." Kata Gio membuat Kimora tertawa miris.

Hubungan apa? Bisik Kimora pada dirinya sendiri. Sahabat? Sejak kapan keduanya bersahabat. Mereka hanya sedikit lebih dekat sejak satu tahun yang lalu.

Gio menggelengkan kepalanya, ia menangkup kedua pipi Kimora dengan tangan besarnya. "Dengar.... Jangan menyukai sembarangan pria. Mereka tidak bisa di percaya."

Seperti dirimu... Hati Kimora ikut berbisik membenarkan ucapan Gio.

"Jangan coba-coba pacaran. Hubungan itu tidak sehat. Kau perempuan harus bisa menjaga dirimu dengan baik." Ceramah Gio lagi membuat Anna ingin mengejek teman satu kelasnya itu. Bicara tanpa mengaca... Ejeknya tanpa suara.

Kimora menganggukkan kepalanya seolah patuh. "Tapi kau melakukannya." Katanya menyindir halus.

"Kalau aku tidak apa-apa." Jawaban Gio mengundang ekspresi protes dari Anna, hanya saja gadis itu tidak berani berkomentar.

"Satu lagi. Jauhi Andreas. Dia membawa pengaruh buruk. Sampah sepertinya harus dijauhi sejauh mungkin." Peringatan Gio kali ini membuat Kimora tertawa.

"Tapi sampah yang kau bilang satu-satunya orang yang tidak takut untuk mendekatiku." Kata Kimora miris. Wajah Gio berubah dingin, jelas sekali ia tidak menyukai pembelaan Kimora atas musuh abadinya itu.

Kimora melepaskan kedua tangan itu dari wajahnya. "Berhenti menakut-nakuti teman kencanku." Kimora dapat melihat raut menegang milik Gio meski samar. "Jika tidak ada yang mau berkencan denganku jangan salahkan aku jika Andreas akan menjadi pilihan terakhir yang pasti." Ancam Kimora.

"Ayo Anna." Kimora bergeser kesamping. Menarik pergelangan tangan Anna agar mengikutinya. Meninggalkan Gio yang masih mematung ditempatnya. Ia sedikit terkejut saat tahu Kimora menyadari perbuatannya.

Ia hanya ingin melindungi gadis itu. Melindungi salah satu teman yang menurutnya berharga untuknya.

Ia melakukan hal yang benar.

------

Lanjut...

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang