32 - Enough

25.1K 1.3K 35
                                    

Btw, kalo malem ini aku gak capek aku Up lagi.

Ini juga lanjut nulis sebelum berangkat kerja.

Silahkan menikmati 🥰

-o-

Hari-hari Kimora terus berjalan, setiap hari Gio akan datang dan membantunya mandi sisanya pelayan yang akan membantunya dan di waktu kosong Kimora hanya menghabiskannya untuk melamun.

"Kenapa?" Tanya Gio yang sudah siap untuk mengangkat Kimora dari bathtub. Gio memang tidak ikut memandikan Kimora. Laki-laki itu hanya membantu dengan menggendong tubuh Kimora. Sisanya Kimora lakukan sendiri. Jika Kimora bertanya kenapa ia tidak dibantu pelayan saja, Gio akan menjawab.

'tubuhmu bahkan lebih besar dari semua pelayan disini, kau ingin menyiksa mereka? Dan jangan lupa tidak ada pelayan laki-laki di rumah ini.'

"Kim!" Panggil Gio lagi kali ini lebih menekan yang langsung menyadarkan Kimora. Kimora menoleh dan menatap Gio heran.

"Aku kenapa?" Tanya Kimora balik.

"Kau melamun."

Kimora balik merenung, kembali tidak mau mengatakan apa-apa. Beginilah Kimora setelah ia mengalami kelumpuhan. Kimora hanya diam dan menurut. Bahkan jika ia meminta bertemu ibunya yang selalu ditolak Gio dengan berbagai alasan. Kimora hanya dapat diam.

Mengabaikan keterdiaman Kimora. Gio meluruskan tangannya masuk ke dalam bathtub dan mengangkat Kimora. Mengabaikan kemeja putihnya yang ikut basah.

Gio mengerang saat melihat tubuh polos Kimora tersaji di depan matanya. Bukan hanya Kimora yang belum terbiasa. Ia juga.

Mendengar erangan Gio Kimora menunduk dengan rasa bersalah. "Aku berat ya?"

Gio tidak menjawab. Ia menduduki Kimora di kursi roda dan memberikan Kimora handuk. Kimora menerimanya, ia segera melilitkan handuk itu ke tubuhnya sebisa mungkin.

"Tubuhku mengerikan ya?" Bisik Kimora yang masih bisa di dengar Gio. Hampir setiap hari Kimora mengatakan hal yang sama, biasanya Gio memilih diam tapi kali ini ia menjawab.

"Bagian mana yang mengerikan?" Tanya Gio yang entah kenapa terdengar menusuk bagi Kimora.

"Bercak merah itu." Miris Kimora dan mengalihkan pandangannya.

Kimora tersentak saat Gio menarik kembali handuk Kimora dan menatap tubuh Kimora terang-terangan mengundang semburat merah pada tubuhnya.

"Itu tidak mengerikan, Kim. Aku malah menyukainya." Gio tersenyum manis. Tangan Gio mengelus puncak kepala Kimora. "Aku selalu menyukai semua yang ada pada dirimu."

Blush!

Sudut bibir Kimora berkedut. Ditatap seolah paling di damba seperti itu membuat jantung Kimora bergemuruh. Kimora sudah berusaha bertahan di setiap rayuan Gio setiap harinya. Jika terus begini, Kimora yakin ia akan lupa diri dan tidak sanggup menolak Gio lagi.

"Kau cukup menggemaskan hari ini." Gio menepuk gemas kepala Kimora setelah ia berdiri. Memberikan kembali handuk gadis itu dan mendorongnya kembali ke kamar.

Seperti biasa Gio akan memanggilkan pelayan untuk membantu Kimora berpakaian tapi langkahnya terhenti saat Gio mendengar suara Kimora.

"Gio aku tahu ini terdengar memaksa, tapi bisakah aku menemui ibuku. Sudah hampir satu bulan aku tidak melihatnya. Aku ingin tahu kabarnya. Saat aku demam ibuku sangat khawatir padaku tapi saat aku mengalami kelumpuhan, ia tidak pernah datang menemui ku."

Gio menoleh kebelakang. "Kau sangat ingin menemuinya?"

Kimora mengangguk mantap.

Gio menghela nafasnya. "Baiklah aku akan membawamu menemuinya."

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang