Seharusnya Kimora bisa menebak tidak ada yang gratis di dunia ini. Tapi ini lebih terlihat masuk akal. Lebih masuk akal alasan kenapa tuan Xergio membiarkan mereka tinggal di sana adalah sebagai pelayan.
Tapi setidaknya Kimora masih bersyukur karena ibunya diberi tugas sebagai kepala pelayan. Kedua adiknya kembali ke sekolah asrama mereka jadi Kimora tidak terlalu mengkhawatirkan mereka.
Dan yang terakhir Kimora sendiri menjadi pelayan putra semata wayang tuan Xergio. Siapa lagi kalau bukan Giovano Xergio.
"Kau tampak cocok memakai itu."
Dari cermin Kimora sudah bisa melihat pantulan sosok Gio yang sedang bersandar di pintu kamarnya sambil melipat tangannya dengan angkuh. Matanya menelisik penampilan Kimora dan bersiul kecil.
Kimora menatap Gio nyalang. Pakaian renda maid yang dipakainya terlihat aneh menurutnya. Karena itulah dari pada menganggap itu sebagai pujian, Kimora lebih suka menyebutnya sebagai ejekan.
Kimora tidak tahu. Ia yang terlalu tinggi atau rok seragamnya yang terlalu pendek tapi yang jelas. Seragam ini cukup mengganggunya. Semua seragam pelayan disini memakai rok pendek kecuali seragam kepala pelayan yang memiliki rok panjang. Tapi meski terbilang pendek semua rok pelayan rata-rata mencapai dengkul, tidak seperti milik Kimora.
"Kenapa pendek sekali." Gerutu Kimora tidak nyaman.
"Kau saja yang terlalu tinggi." Jawab Gio menyudahi acara gerutu Kimora.
"Aku mau susu. Antarkan ke kamarku." Setelah mengatakan itu Gio pergi dari sana mungkin kembali ke kamarnya.
Setelah menghela nafas untuk yang ke sekian kalinya. Kimora berbalik dan berjalan turun melewati tangga menuju dapur. Semua pelayan menoleh ke arah Kimora. Gadis itu tampak berbeda dari pelayan lainnya. Semua pelayan dominan orang Asia sementara Kimora memiliki fisik menyerupai orang Eropa belum lagi tinggi badan Kimora yang jauh lebih tinggi dari mereka.
Benar kata Gio, dirinya yang terlalu tinggi.
"Hi." Sapa seorang pelayan muda. Kimora menanggapinya dengan tersenyum.
"Aku terkejut melihatmu dengan seragam itu."
"Kenapa? aneh?" Tanya Kimora heran.
Pelayan yang lain mulai ikut mendekati Kimora. "Tidak. Kami hanya berpikir kau terlihat seperti model saat memakainya."
"Wah, kau cantik sekali." Seorang pelayan datang lagi dan menyentuh rambut Kimora.
"Aku sempat berpikir kau pacar tuan muda Gio."
"Iya, aku juga berpikir begitu."
"Lihat matanya terlihat biru, ah tidak abu. Wah, kau seperti Barbie hidup."
Kimora terkekeh mendengar komentar decak kagum para pelayan itu. Ia mulai mengakrabkan diri. Menjadi pelayan tidak terlalu buruk ternyata.
"Kau tidur dikamar yang mana? Siapa tahu kita satu kamar?" Salah satu pelayan berambut pendek itu menatap Kimora penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin of obsession
RomanceSeseorang menekan tubuhnya dan menempelkan tubuhnya pada Kimora hingga nafas keduanya memburu saling bersahut. "Kau terlambat, Kim." Suara itu terdengar serak dan dalam. Tubuhnya yang setengah polos semakin ia tempelkan pada tubuh Kimora. Menikmati...