"Tidak masalah asal itu dirimu, Kim. Bahkan jika kau mati, aku akan menggali kuburanmu dan membawa mayatmu pulang."
Mendengar itu mendadak Kimora merasakan mual. Bau amis darah menguar masuk ke penciumannya semakin mengusik ketenangannya. Semakin Gio mendekatinya semakin kuat juga rasa mualnya.
"Menyingkir!" Desis Kimora tajam. Berusaha menjauhkan tubuhnya dari Gio.
"Kau membuatku mual!" Kimora mendorong Gio menjauh tapi tangannya malah ditahan Gio. Kimora menoleh ke samping tapi Gio tidak membiarkan itu dan memaksanya terus menatapnya.
Kimora panik merasakan semua isi perutnya semakin bergejolak ingin keluar.
"Kau—" refleks Gio menutup mulut dan matanya.
Kimora benar-benar memuntahinya.
Kedua tangan Kimora berbalik meremas tangan Gio yang menggenggam tangannya.
Mata Gio terpejam saat Kimora terus memuntahinya hingga Gio yakin semua sarapan yang baru gadis itu makan beberapa saat yang lalu sudah kembali keluar.
"Sudah?" Tanya Gio tapi Kimora kembali memuntahinya dan kali ini tubuh gadis itu mendadak lemas dan jatuh bersandar ke bahu Gio.
"Bau tubuhmu benar-benar menjijikkan." Kimora masih berhasil melayangkan hinaannya.
Gio mendengus. Membiarkan Kimora bersandar padanya. Untuk beberapa saat Gio diam dan sayup-sayup mendengar napas halus Kimora yang mulai teratur.
Keduanya masih diam tapi Gio langsung mengambil alih dengan menggendong Kimora. Gadis itu masih berontak kecil menolak saat Gio dengan mudah menggendongnya seperti koala.
"Kau tidak punya pilihan. Sudah kubilang tidak ada yang bisa dilakukan gadis cacat sepertimu, Kim."
"Brengsek." Maki Kimora tidak bisa berkata banyak karena ia memang sangat lemas.
Membawa Kimora ikut dengannya. Gio menatap marah pada setiap pelayan yang ada disana. Semua berlagak seperti patung.
"Apa kalian akan terus berdiri dengan bodoh!" Teriak Gio kesal.
"Kalian tidak lihat ayahku sekarat!"Teriak Gio marah dan semua pelayan bergegas mendekati Aslan dan beramai-ramai mencoba membopong Aslan dan segera membawanya ke kamar.
Gio mendengus dan berjalan menuju tangga masih dengan menggendong Kimora setelah memastikan ayahnya benar-benar dibawa masuk ke kamar.
Sesampainya di kamar Kimora sudah tertidur di pundaknya. Entah tidur atau pingsan yang jelas Kimora masih bernafas sudah membuktikan bahwa Kimora baik-baik saja bagi Gio.
Perlahan Gio meletakkan Kimora di atas kasur. Dan membelai wajah Kimora dengan terus menatapnya.
Bangkit dari sana Gio mulai membuka pakaian atasnya dan masuk ke kamar mandi dengan bersiul-siul. Ia akan menyiapkan peralatan untuk membersihkan Kimora.
Seperti biasa Gio kembali dengan peralatannya.
Duduk disamping Kimora, Gio kembali membelai wajah Kimora dengan penuh penghayatan. Seolah sedang mengukir wajah itu dengan jemarinya.
"Kau seperti peri, Kim" komentar Gio sebelum tangannya bergerak membuka pakaian gadis itu. Oh, Gio selalu suka bagian ini.
Gio juga menyukai saat dimana ia membersihkan setiap lekuk tubuh Kimora dengan tangannya.
Tidak ada salahnya bermain sedikit lama sambil menunggu dokter pribadinya datang.
-o-
Gio menatap punggung ringkih Kimora. Gadis itu masih berbaring di tempat tidur. Untuk beberapa saat Kimora melenguh menarik kesadarannya dan segera bangun setelah menyesuaikan matanya dengan sinar matahari pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin of obsession
RomanceSeseorang menekan tubuhnya dan menempelkan tubuhnya pada Kimora hingga nafas keduanya memburu saling bersahut. "Kau terlambat, Kim." Suara itu terdengar serak dan dalam. Tubuhnya yang setengah polos semakin ia tempelkan pada tubuh Kimora. Menikmati...