Kimora menurunkan roknya sedikit ke bawah untuk menutupi paha telanjangnya. Gaunnya memang panjang hanya saja belahannya juga cukup panjang. Gadis itu keluar dari taksi dengan buru-buru. Takut kalau-kalau Gio berubah pikiran.
Meski pagi tadi Gio cukup menghinanya tapi entah kenapa tiba-tiba pria itu memberitahunya jika ia akan memberikan pekerjaan kepada Kimora. Tentu saja Kimora buru-buru datang ke kantor pria itu karena Gio hanya memberinya waktu 15 menit atau ia akan berubah pikiran.
Kali ini Kimora benar-benar butuh pekerjaan ini. Tabungannya sudah menipis dan semakin menipis karena ia membeli semua dress merah miliknya. Kimora hanya seorang seniman kecil ia tidak memiliki cukup uang untuk hal berlebihan. Selama ini ia berhasil bertahan hidup hasil usahanya sendiri. Bukannya tidak mau kembali pada keluarganya. Kimora cukup malu kembali dalam keadaan miskin karena ia yang dulu bersikeras ingin hidup sendiri di kota ini.
Maka kembali pada keluarganya adalah hal terakhir yang Kimora usahakan.
Ia tidak akan lama bekerja pada Gio. Setidaknya cukup sampai ia mampu kembali menyewa toko yang akan ia sulap menjadi galeri seni kembali.
Katakanlah ia angkuh tapi pantang bagi Kimora untuk mengemis atau meminta bantuan pada siapa pun jika itu menyangkut hidupnya. Dan itu berlaku bahkan pada keluarganya sendiri.
Kimora berlarian sedikit kesusahan untuk memasuki lift. Lift itu kosong cukup aman untuk ia membenahi diri sebelum lift terbuka dan Kimora berjalan angkuh melewati meja yang berisikan sekretaris Gio.
Kimora sempat takjub karena benar-benar menemukan Amora disana. Gadis itu masih sama. Tampak polos seperti yang sudah-sudah. Aura positif berkumpul di sekitar gadis itu.
"Kak Kim." Gadis itu tampak terkejut menemukan Kimora di hadapannya. Kimora tersenyum sinis untuk membalas membuat gadis lugu itu tampak sedikit ketakutan.
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Kimora angkuh.
"Ah, iya." Gadis itu tampak gelagapan sejenak. "Tuan Gio sudah mengabari kalau kak Kim akan datang."
Dahi Kimora berkerut. Bukankah gadis itu terlalu formal pada pacarnya sendiri atau mungkin karena sikap profesional yang harus ia terapkan. Apa pun itu. Kimora tidak perduli.
Kimora berjalan meninggalkan meja resepsionis itu dan melangkah angkuh masuk ke dalam ruangan Gio.
Pria itu tampak acuh saat ia masuk ke dalam ruangan itu dan masih bergumul pada berkas-berkas miliknya.
Tanpa sopan santun Kimora duduk di depan Gio tanpa diminta. Sama seperti sebelumnya kedatangannya benar-benar diacuhkan. Cukup lama Kimora bersabar sebelum dengan emosi ia bergerak memutari meja dan memutar kursi Gio ke arahnya sebelum mengepung Gio dengan kedua tangannya.
"Kau mempermainkanku!" Bentak Kimora kesal.
Gio sendiri dapat melihat bola mata Kimora bergetar dengan wajah memerah secara alami. Gadis itu benar-benar kesal dibuatnya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin of obsession
Storie d'amoreSeseorang menekan tubuhnya dan menempelkan tubuhnya pada Kimora hingga nafas keduanya memburu saling bersahut. "Kau terlambat, Kim." Suara itu terdengar serak dan dalam. Tubuhnya yang setengah polos semakin ia tempelkan pada tubuh Kimora. Menikmati...