6 - Terbongkar

41.3K 2.5K 26
                                    

Anna menatap Gissel yang berkumpul dengan teman-teman barunya menyisakan ia dan Kimora yang duduk berdua di kelas mereka. Ia sudah mendengar cerita singkat dari Kimora tapi tetap saja ia masih tidak mempercayainya. Tidak pernah terpikir bahwa hubungan baik mereka akan kandas padahal sebentar lagi mereka akan lulus. Anna juga melirik ke arah Gio yang terlihat lebih cuek dari pada biasanya. Sudah biasa jika Gio mengabaikannya atau teman satu kelasnya. Tapi Kimora?

Laki-laki itu benar-benar menganggap Kimora sosok tak kasat mata. Sementara Kimora tampak tenang dengan buku-bukunya yang semakin menumpuk.

"Kim, kau belajar ekonomi?" Tanya Anna heran melihat setiap judul buku yang Kimora pelajari.

"Hm..." Gumam Kimora tipis menjawab pertanyaan Anna.

Dahi Anna berkerut. "Kau kan masuk ke jurusan seni. Yah, meskipun gagal mendapat beasiswa kau tetap diterima, bukan?"

Kimora seharusnya mengunci rapat mulutnya, tapi ia tidak bisa. "Aku tidak akan mengambilnya." Katanya sambil menghela nafas.

Anna terkejut. "Tapi...," Ia menutup mulutnya meredam teriakan yang akan keluar dari mulutnya. "Itu impianmu!" Pekiknya tertahan.

Kimora berusaha tetap tenang. "Aku tidak bisa membiayai kuliahku disana. Meski sambil bekerja pun aku tidak akan sanggup." Jujur Kimora.

Ucapan Kimora malah membuat Anna semakin bingung. "Kim, aku sungguh tidak mengerti!"

"Saat kuliah aku akan keluar dari rumah. Aku akan membiayai hidupku sendiri termasuk uang kuliahku." Jelas Kimora membuat Anna menatapnya protes.

"Aku tidak setuju. Kenapa kau bersikeras untuk mandiri padahal orang tuamu lebih dari pada mampu." Kesal Anna berpikir jika Kimora hanya ingin mandiri karena keras kepala gadis itu.

Kimora tersenyum tipis. Ia juga tidak ingin hal ini. Tapi keadaanlah yang memaksa. Ia tidak mau terlalu lama bergantung pada ayahnya atau ia akan berakhir menjadi boneka pria itu. Kimora tidak bisa membayangkan masa depannya di tangan ayahnya sendiri. Saat ia berumur 15 tahun, ayahnya sudah gencar menjodohkan dirinya demi kepentingan bisnis. Untuk sekarang Kimora hanya harus bertahan hidup dan keluar dari cengkraman ayahnya sebelum akhirnya ia bisa membawa ibu dan adik-adiknya.

"Aku tidak bisa memberi tahu apa pun saat ini. Tapi apa pun yang kulakukan, aku mohon agar kau terus mendukungku." Hanya itu yang bisa Kimora katakan.

Anna menutup mulutnya. "Apa keluargamu bangkrut?" Katanya spontan.

Kimora menghela nafasnya. Anna dan sifat ingin tahunya yang menyebalkan. Kimora menutup bukunya dan beranjak dari kursinya. Meski sekilas tapi sesaat matanya beradu pandang dengan mata Gio beberapa detik sebelum keduanya melengos, membuang pandangan masing-masing.

"Hai!"

Kimora kaget saat tiba-tiba Andreas sudah ada di depan pintu kelasnya. Beberapa murid tampak tidak menyukai kehadiran Andreas. Wajar saja karena kelas Kimora diisi dengan murid unggulan dimana kehadiran Andreas yang di cap murid brandal disekolah membuat satu kelas tampak tidak nyaman.

"Jangan melihatku jika tidak ingin aku mencongkel mata menyebalkan itu!" Gertak Andreas kesal. Ia menunduk, menatap kimora dengan senyum menggoda. "Kecuali Kau." Katanya jelas.

Kimora mendengus. Malas membalas rayuan Andreas.

"Jangan mendesah. Kita masih disekolah." Perkataan Andreas langsung dihadiahi tatapan permusuhan dari Kimora.

Andreas terkekeh. "Hanya bercanda." Katanya mengangkat kedua tangannya di udara. Kimora melengos melewati Andreas sementara Andreas bersiul ringan sambil menatap kepergian Kimora. Sudut matanya menangkap Gio yang sudah menatapnya tajam dengan buku jari yang memutih.

"Apa?!" Katanya sombong, meledek Gio dengan wajah tengilnya. "Aku hanya menggoda pacarku." Katanya lagi dengan bangga. Mengabaikan Gio yang sudah beranjak dari duduknya Andreas langsung menyusul Kimora sambil tertawa.

"Gio benar-benar menderita." Kekehnya berkomentar. "Dia benar-benar menyukaimu." Katanya lagi kali ini menghentikan langkah Kimora.

"Menurutmu begitu?" Kimora berbalik untuk melihat Andreas.

Andreas memiringkan kepalanya. "Bukankah terlalu kentara? Semua orang pasti tahu jika Gio benar-benar menyukaimu. Kau pun sama. Kalian berdua tidak bisa menutupi perasaan bodoh itu."

Kimora mendengus mendengar ucapan Andreas. Kesal tapi juga sedikit senang mendengar jika ada kemungkinan Gio menyukainya.

"Apa itu? Kau tersenyum?" Andreas takjub melihat senyum tipis Kimora. Gadis itu benar-benar membuatnya merasa patah hati. "Aish, kau benar-benar menyebalkan!" Keluhnya dan berjalan melewati Kimora.

"Hei! Kau marah?!" Tanya Kimora menyusul langkah Andreas. Andreas mengabaikannya. Ia menyesal asal berucap tadi.

Kimora terkikik. Membiarkan Andreas meninggalkannya jauh di belakang. Sebenarnya Andreas sosok yang lumayan menarik untuk menjadi teman. "Dasar Andreas... Kenapa kekanakan sekali." Ledek Kimora. Ia cukup senang Andreas membalik moodnya menjadi jauh lebih baik.

"Ah.., buku!" Kimora menepuk dahinya saat ia hampir saja melupakan bahwa ia harus mengembalikan buku-buku yang ia pinjam. Dengan cepat Kimora berbalik dan tubuhnya langsung menabrak tubuh kokoh yang jauh lebih besar darinya.

"Sudah puas bersenang-senang?"

Kimora mendongak tampak tidak senang dengan ucapan dingin dari Gio. Laki-laki itu sendiri yang menjauhinya dan sering kali menatapnya sinis. Kimora merasa tidak ada hal yang mengharuskan ia berinteraksi dengan Gio. Baru saja ia akan melewati Gio, tapi tangannya sudah di cekal.

"Apa?!" Kata Kimora tanpa menutupi rasa kesalnya.

"Apa yang sudah kau lakukan dengan Andreas?" Tanya Gio lebih dingin dan dengan suara rendah.

Kimora menciut untuk sesaat.

Gio membelai wajah Kimora. Menelisik tubuh Kimora dari atas sampai bawah. Jarinya turun melewati bibir merah Kimora dan sampai pada dagu gadis itu. Memaksa Kimora mendongak, menatap matanya.

"Kalian berciuman?"

Mendadak bola mata Kimora membulat. Membayangkannya saja ia tidak pernah.

Gio tersenyum puas melihat reaksi penolakan Kimora. Jadi, belum pikirnya senang.

Tanpa perduli ia masih di area sekolah, Gio menarik pinggang Kimora. Membuat tubuh mereka menempel dan dengan cepat membungkam bibir manis itu dengan bibirnya. Membuat beberapa siswa berteriak histeris.

Sementara dari ujung Andreas berlari ke arah Kimora dan dengan cepat menarik Kimora tapi gagal. Gio lebih dulu menarik tubuh gadis yang masih shock itu ke dalam rengkuhannya.

"Berani sekali kau menyentuhnya?" Kata Andreas dengan keras. Sementara Gio memandangnya dengan senyum meledek.

"Sudah kubilang Kimora milikku!" Tekan Andreas sekali lagi. Ia benar-benar marah saat Gio mencium Kimora tepat di depan matanya.

"Berhentilah bersandiwara. Apa kau sebegitu menyedihkannya sampai harus menjadi pacar pura-pura." Gio tertawa mengejek membuat kimora dan Andreas saling bertatap terkejut.

"Kau benar-benar memancingku, Kim." Kata Gio membuat Kimora mematung.

-o-

Lanjut???

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang