Hari dimana akhirnya Gio maupun Kimora merayakan kelahiran putri mereka tiba. Semua tampak berkumpul dan berbahagia. Tidak sedikit yang terkejut setelah mengetahui keduanya sudah memiliki anak, bahkan sudah menikah.
Andreas salah satunya. Pria yang biasanya tampil berantakan kini jauh terlihat rapi. Berbulan-bulan ia memang tidak menghubungi Kimora untuk menata diri dan bersiap menggantikan posisi ayahnya. Ia selalu berpikir akan ada saat dimana ia akan muncul dengan sosok terbaiknya di depan Kimora.
Tapi ia terlambat.
Atau mungkin kesempatan itu memang tidak pernah ada untuknya.
Kimora duduk dengan anggun di samping ayunan yang dihiasi bunga-bunga cantik, menjaga putrinya yang masih terlelap.
"Dia begitu cantik." Bisik Gio disampingnya, entah sejak kapan pria itu sudah ada disampingnya.
"Seperti peri." Bisik Kimora menambahkan.
Gio bergerak merangkul istrinya dan mengecup puncak kepala Kimora. Kalau diingat lagi, dulu ia juga sering mengelus dan mengecup puncak kepala Kimora saat mereka masih sekolah.
Gio tertawa ringan dan menimbulkan tanda tanya pada Kimora. "Kenapa?"
"Tidak ada." Jawab Gio mengelak. Malu mengakui bahwa ia merasa familiar dengan keadaan mereka saat ini. Sejak dulu Gio sadar akan ketertarikannya pada Kimora tapi dulu ia enggan mengakui perasaannya yang malah berujung obsesi tanpa bisa ia cegah.
"Lihat dia menguap." Takjub Kimora, terkesan dengan semua ekspresi putrinya.
"Ia mirip denganmu." Bisik Gio kembali menjatuhkan kecupan kecil di permukaan wajah Kimora. Aura kebahagiaan terlalu kentara mengelilingi keduanya. Kebahagiaan itu berpusat pada diri mereka yang dilengkapi putri kecil mereka sehingga keramaian pesta itu sama sekali tidak mengusik keluarga kecil bahagia itu. Pusat fokus mereka telah jatuh pada bayi mungil yang masih terlelap, bayi yang melengkapi keluarga kecil itu.
Gio mengamati Kimora dan putrinya bergantian. Rasa kepemilikan dan rasa cintanya benar-benar habis oleh dua sosok yang kini sudah menelan seluruh hidupnya. Ia merasa hidupnya hanya ditujukan untuk dua malaikat miliknya.
Sementara di sudut lain, Axel tampak menggelengkan kepalanya melihat Gio yang terus menempeli adik dan keponakannya. Pria itu selalu tersenyum manis saat dihadapan Kimora tapi menyorot tajam pada siapa pun yang mencoba mendekati istri dan putrinya.
Lihat betapa menyebalkannya Gio dan kuasanya yang penuh mendominasi adik dan keponakannya sendiri. "Lihat senyum menjijikan itu." Dengus Axel kesal.
Anna melirik Axel dengan senyum mengejek khasnya. Jelas sekali Axel sedang cemburu karena tidak bisa sedekat itu pada keluarganya sendiri. Tentu saja Gio selalu menjadi penghalang yang paling utama.
Dengan lahirnya putrinya bertambah sudah dua orang yang akan menjadi korban obsesi Gio. Istrinya dan putrinya.
Anna bergerak maju lebih dulu untuk memberi peluang pada Axel agar memiliki celah untuk mendekati keluarganya sendiri.
"Apa aku bisa menggendongnya sebentar?" Anna yang baru saja tiba tampak semangat mengulurkan tangannya ke arah bayi mungil itu.
"Tidak!" Tepis Gio memberi tatapan maut.
"Astaga aku hanya ingin memeluknya sebentar?" Protes Anna sedikit kesal.
"Ku bilang tidak Anna!" Lagi Gio berucap lebih tegas hingga suaranya menyentak dan membangunkan putrinya dari mimpi indahnya.
"Kau benar-benar orang tua yang buruk." Kali ini sindiran itu berasal dari Axel yang kini sudah berdiri tidak jauh darinya. Pandangan pria itu sama seperti dulu. Jelas sekali ia masih belum menerima Gio sebagai iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin of obsession
RomanceSeseorang menekan tubuhnya dan menempelkan tubuhnya pada Kimora hingga nafas keduanya memburu saling bersahut. "Kau terlambat, Kim." Suara itu terdengar serak dan dalam. Tubuhnya yang setengah polos semakin ia tempelkan pada tubuh Kimora. Menikmati...