15 - Jalang

46.7K 1.8K 8
                                    

Tidak pernah Gio bayangkan akan bertemu Andreas saat ini. Tidak disaat Gio sedang menuangkan rasa kesalnya pada minuman haram itu. Dan sialnya Andreas bersama temannya sudah menyadarinya dan mulai berjalan menghampirinya yang duduk sendirian di depan seorang bartender.

"Kurasa tadi kau bilang datang sendiri." Ejek bartender yang mulai akrab dengan Gio yang sudah menjadi tamu langganannya dalam beberapa Minggu belakangan ini.

Gio mendengus tidak suka mendengar ejekan itu tapi ia tidak menanggapinya.

Gio biasanya memang menjaga image. Sebanyak apa pun masalahnya, laki-laki itu biasanya hanya akan minum dan mabuk di dalam kamarnya sendiri. Tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya itu termasuk ayahnya sendiri. Tapi akhir-akhir ini ia tidak puas dengan bir kalengan atau beberapa botol wine yang biasa ia minum. Ia ingin lebih dan ia bisa mendapatkannya disini.

Minuman disini enak. Karena minuman itu sejenak ia bisa melupakan bayangan Kimora.

Gio tidak tahu ada apa dengan kepalanya tapi benar gadis itu menghantui pikirannya. Ia sendiri bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang ia inginkan dari Kimora. Biasanya sudah cukup baginya hanya berteman dengan gadis itu. Gio tidak bisa menyukai Kimora.

Tidak ada alasan.

Ia hanya tidak bisa.

Ia tidak bisa memiliki sesuatu yang ingin ia lindungi.

Itu hanya akan menghambatnya.

Ya, mereka cukup berteman seperti sekarang. Gio tersenyum puas dengan isi pikirannya saat ini.

"Wah, wah. Ternyata benar-benar tuan Xergio!" Andreas bersuara keras diiringi tawa teman-temannya.

Gio mendengus tidak ada yang lucu. Yah, tidak ada yang lucu sebelum Andreas menarik kerah Gio dan menatapnya berapi-api.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Gio marah kemudian menyentak tangan Andreas. Sialnya entah Gio yang mulai mabuk atau Andreas yang marah kesetanan, tangan Andreas sama sekali tidak bergeser dan satu pukulan menghantam wajah Gio.

Gio yang tidak tahu masalahnya tentu saja balas memukul Andreas dengan kepalan tinjunya hingga Andreas tersungkur. Gio menyibak rambutnya dan menatap Andreas dingin. "Kau salah memilih lawan."

Teman-teman Andreas bergerak untuk ikut melawan tapi Gio segera menertawakan Andreas. "Meminta bantuan. Sungguh lemah dirimu." Sindirnya terkekeh.

Andreas mengkode temannya agar mundur dan membantunya berdiri.

"Aku bisa menghabisimu!" Ancam Andreas tidak mau kalah.

Gio berdecih. "Katakan saja apa masalahmu."

Andreas tertawa. "Kau serius bertanya?" Ia kembali menatap dingin Gio. "Wanitaku." Tekannya.

"Dimana kau menyembunyikan Kimora. Aku melihatnya masuk ke dalam mobilmu dan dia belum pulang sampai sekarang." Marah Andreas dengan suara menggebu.

Bartender yang tadinya sedikit terkejut. Hanya sedikit karena perkelahian adalah hal yang lumrah di Club. Menyadari apa yang diributkan para pemuda itu membuat bartender yang usianya mencapai kepala tiga itu terkekeh. "Ah, urusan wanita ternyata." Kekehnya berangsur mundur.

Gio menatap tajam. Ia tidak suka dengan pernyataan Andreas. Meskipun Kimora kabur bersamanya, apa urusannya dengan laki-laki itu. "Sejak kapan ia menjadi wanitamu!" Geram Gio marah.

Andreas terkekeh dan menyeka bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. "Tentu saja sejak aku menidurinya." Jawabnya yang mengundang kemarahan Gio.

Gio berdesis. "Jangan berbohong."

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang