40 - Parasit

16.3K 1K 31
                                    

Kimora hanya menurut saat Axel membawanya menuju rumah sakit. Selama diperjalanan hingga mereka sampai di rumah sakit, Kimora masih belum sepenuhnya sadar dan cenderung mengabaikan Axel. Ia bahkan tidak mendengar apa saja petuah yang Axel berikan selama di perjalanan.

"Aku benar-benar ingin membunuhnya."

Kacuali yang satu itu. Setiap Axel bicara selalu diakhiri dengan umpatan dan kalimat itu. Pikiran Kimora benar-benar gamang dibuatnya.

"Kalau kau tidak menghalangiku tadi." Pegangan tangan Axel menegang saat masih mendorong kursi roda Kimora. "Sial! Aku masih sangat bernafsu membunuhnya." Geram Axel frustrasi.

Saat keduanya sampai di depan pintu, Axel maju ke samping Kimora untuk membuka pintu. Mata jernihnya menatap Kimora lekat saat bersamaan Kimora menahan tangannya. Alis Axel bergerak tidak nyaman dan kerutan tercipta di dahinya.

"Berjanjilah kau tidak akan membunuhnya."

Pegangan Axel terlepas dan dengan ragu Kimora ikut menjauhkan tangannya.

"Kau masih menyukainya?" Axel berdiri menjulang di hadapan Kimora. Matanya menyorot tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya.

Melihat Kimora hanya memilih bungkam membuat Axel berdecak kesal dan memalingkan wajahnya untuk mengatur emosinya yang semakin membuatnya sesak.

"Kau bodoh, Kim." Decaknya menghina. Saat matanya kembali menyorot pada adiknya itu, Mata Kimora sudah kembali menatapnya dengan kilat penuh tekad.

"Ku mohon Axel berjanjilah."

"Kau bahkan memohon berkali-kali hanya untuk pria brengsek itu."

Kimora menelan salivanya, mulai ragu dengan pilihannya tapi ia mencoba lebih berani. "Ya."

Axel menggelengkan kepalanya. Benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kimora

"Terserah." Kesal Axel masuk ke dalam ruangan tanpa memperdulikan Kimora. Membiarkan Kimora masih terpaku di tempatnya.

Melewati beberapa saat. Kimora maupun Axel masih diam. Keduanya masih mengunci mulut. Sesekali Axel menatapnya geram tapi Kimora terus berusaha mengabaikannya. Bagaimana pun ia masih adik pria itu. Axel tidak akan pernah melakukan hal buruk padanya.

Ya, tidak akan sampai dokter muda yang memeriksa kesehatannya masuk ke dalam ruangan untuk menjelaskan keadaan Kimora.

Kimora maupun Axel duduk berdampingan menghadap dokter tersebut.

"Adikmu tidak mengalami lumpuh total."

Axel maupun Kimora refleks saling menoleh untuk melihat masing-masing dan kembali melihat dokter itu lagi.

"Seseorang yang lumpuh seharusnya benar-benar tidak bisa merasakan kakinya, tapi Kimora bisa. Ini bukan kelumpuhan. Dari hasil pemeriksaan kita bisa melihat bahwa otot kaki Kimora sangat lemah. Hal inilah yang membuatnya tidak bisa berjalan."

"Bagaimana mungkin,?" Kimora spontan merespon.

"Tentu saja mungkin jika kau bersama pria brengsek itu." Axel menjawab kesal

Kimora menoleh pada Axel dengan tatapan kurang bersahabat. Tapi Axel hanya menatapnya sinis dengan gurat penuh cemooh. Satu alisnya naik terlihat begitu mengejek Kimora.

"Kabar baiknya kita bisa mengobatinya dan dibantu terapi berjalan seharusnya Kimora bisa pulih lebih cepat."

Sudut bibir Kimora berkedut menahan senyum yang pada akhirnya tetap lepas. Dokter itu membalasnya dengan senyuman sendu.

"Tapi kau tidak bisa melakukannya sekarang."

Raut wajah Kimora mendadak berubah dan ia menatap dokter itu dalam kebingungan.

"Kenapa?" Axel bertanya.

"Karena pasien sedang hamil muda maka tidak disarankan untuk mengikuti pengobatan tersebut." Dokter itu mengecek kembali data Kimora dan melihat kembali wajah Kimora yang mendadak pias.

"Usiamu baru masuk 17 tahun dan usia kandunganmu baru menginjak dua bulan. Usia muda dan kandungan muda. Ini terlalu rentan. Ibu hamil memang tidak disarankan terlalu banyak berjalan atau beraktivitas selama 3 bulan awal kehamilan karena janin membutuhkan darah yang banyak untuk mencukupi oksigennya."

"Wait!" Potong Axel dengan wajah bercanda. "Kau bilang adikku hamil?" Tanyanya penuh selidik dengan wajah mengejek.

Dokter itu kebingungan dan berbalik menatap Kimora. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan amat polos masih dengan wajah pucat .

Kesal dengan keadaan Axel bangkit dari duduknya dan menunjuk Kimora marah. "Kau tidur dengannya!" Hardik Axel marah.

Kimora dengan cepat mendongak ke arah Axel. Ia tidak menyangkalnya tapi usia kandungannya dua bulan. Bagaimana bisa?

"Jawab Kim!" Gertak Axel marah.

Dokter yang melihat keadaan mulai kacau menjadi serba salah. Ia merasa salah bicara atau ia memang sedang berada di dalam kondisi yang menyalahkannya.

"Ya. Tapi itu tidak mungkin." Akhirnya Kimora membeo.

"Apa yang tidak mungkin?" Aura gelap berkumpul di atas kepala Axel. Pria itu siap meledak atau menghancurkan apa saja disekitarnya.

"Karena pertama kalinya itu terjadi—" Kimora dengan cepat menutup mulutnya.

"Pertama?" Desis Axel semakin memburu. "Sudah berapa kali kau mengangkang untuknya?"

Kimora refleks menekan dadanya. Merasa sesak di sana. Sementara Axel yang tidak puas masih berusaha menyudutkan Kimora dengan tanpa belas kasih.

"Wah siapa jalang ini?" Ejek Axel dengan jijik.

Kimora menahan sesak saat tatapan Axel terlihat amat jijik padanya.

"Kau yakin kandunganmu tidak mungkin dua bulan apa itu artinya kau bahkan tidak sadar sudah diperkosa?"

Kimora tersentak saat Axel membalik kursinya dan mengunci Kimora dengan pandangan menuduh.

Bibir Kimora bergetar menahan tangis. Seharusnya Axel tidak terlalu menekannya. Kimora juga syok dan mentalnya sedang di uji disini.

"Jawab Kim!" Paksa Axel penuh tuntutan.

Dan yang bisa Kimora lakukan hanya diam dengan wajah teramat pucat.

"Persetan, Kim. Kau harus menyingkirkannya." Desis Axel kejam.

Axel mendorong kursi Kimora mundur hingga membuat gadis itu tersentak dan refleks berpegangan pada apa pun yang ada didekatnya, jantungnya berdebar kencang. Hampir ia merasa nyawanya melayang karena Axel mendorongnya dengan tenaga yang cukup kuat.

Masih dengan tatapan dingin tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun Axel berucap.

"Lakukan aborsi."

Dokter maupun Kimora melotot menatap Axel yang berdiri masih dengan posisi dan tatapan yang sama.

Kimora menggeleng takut dan Dokter tersebut berubah cemas.

"Ia masih terlalu muda." Jelas dokter itu yang langsung disela Axel.

"Karena itu cepat  singkirkan parasit yang tumbuh di tubuhnya."

"Kau gila!" Teriak Kimora marah.

"Aku akan memastikan parasit itu hilang, Kim. Bagaimana pun caranya." Desak Axel penuh penekanan.

"Persiapkan aborsinya secepat mungkin." Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya semakin tidak berhati.

"Ini ilegal." Tolak dokter itu.

Axel menyeringai sinis, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menariknya keluar. Tangannya bergerak naik dan ia menodongkan sebuah pistol pada dokter itu hingga ruangan terasa semakin mencekam. Mata Kimora melotot penuh peringatan. Disaat dokter itu semakin merasa tersudut, tangan Axel bergerak memutar haluan pistol itu dan mengarahkannya tepat pada perut Kimora.

"Kau yang lakukan atau aku sendiri yang melakukannya." Todong Axel mengancam.

Dan Kimora benar-benar kehilangan seluruh nafasnya.

-o-

Aku usahain Up secepatnya. Rencananya mau Up double hari ini. Kalau sempet aku Up double. 😉

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang