Nih yang minta UP cepet!
-o-
Anna terkejut saat melihat Kimora berjalan dibelakang Gio. Gadis itu berjalan pelan dengan tubuh sedikit gemetar sambil memegangi seragamnya.
"Kim!" Anna berhambur mendekati Kim tanpa perduli dengan Gio yang ia lewati begitu saja. Rasa takutnya pada Gio menguap saat ia lebih khawatir pada sahabatnya itu.
"Kau kenapa?" Tanya Anna khawatir. Ia merangkul sahabatnya. "Kita ke UKS sebentar." Ajaknya langsung menuntun Kimora kembali keluar dari kelas mereka.
Gio? Laki-laki itu memilih bungkam dan membiarkan Kimora lepas darinya. Toh, ia yakin Anna akan mengurus Kimora dengan baik berbeda dengannya yang mungkin akan berlaku sebaliknya.
Gio mengerang. Ia tadi kelepasan saat di toilet. Gio tidak bisa mengelak. Tubuhnya bergerak sendiri. Sejak ia memberanikan diri mencium Kimora tubuhnya selalu memiliki pemikiran sendiri. Seolah tubuhnya berteriak jika Kimora adalah miliknya. Tidak, bukan hanya tubuhnya tapi pikirannya juga begitu.
Apa ia menyukai Kimora? Gio tidak tahu. Ia hanya memiliki rasa kepemilikan yang kuat pada Kimora. Seperti Kimora tercipta hanya untuknya. Dan karena ulahnya. Kimora mulai ketakutan padanya.
Gio duduk di kursinya. Ia duduk sendiri. Gio tidak memiliki teman. Semua yang mendekatinya memiliki maksud tertentu. Entah menjilat atau karena kesempurnaannya.
Ya, Gio termasuk kategori mendekati sempurna. Rupanya tampan, ia juga jenius hampir di semua bidang terutama basket. Tidak ada yang meragukan itu. Diusianya yang masih tergolong remaja Gio sudah aktif dalam beberapa proyek besar. Bukan karena kekayaan ayahnya tapi karena semua investor menunjuk Gio secara langsung karena melihat kemampuannya. Ide-ide berlian yang ia keluarkan benar-benar diluar kepala. Gio juga ahli dalam manipulatif hal ini juga yang membuatnya sering menang dalam beragumen dan memenangkan tender.
Gio itu selalu mendapat apa pun yang ia inginkan.
Sekali lagi matanya menatap pintu yang masih terbuka. Anna dan Kimora sudah menghilang dari sana.
Tidak apa-apa gadis itu takut padanya. Malah bagus. Kimora tidak perlu menyukainya. Ia yang menginginkan gadis itu.
-o-
Sesampainya di UKS. Kimora langsung duduk di kasur dengan termenung. Tangannya yang sudah lemas jatuh, melepas seragamnya hingga Anna bisa melihat ternyata seragam sahabatnya itu sudah rusak. Empat kancing seragam Kimora hilang entah kemana membuat tubuh Kimora mengintip dari balik celah seragam itu.
"Kenapa seragammu rusak?" Anna mengerutkan dahinya. Ada nada tidak suka bercampur khawatir disana.
Dengan pelan Kimora mendongak. Matanya menatap kosong. Apa ia harus menceritakannya pada Anna? Apa yang akan sahabatnya itu pikirkan jika tahu ia baru saja dilecehkan? Apa Anna akan percaya padanya?
Ya, Gio melecehkannya. Laki-laki itu benar benar membuka paksa seragamnya saat di toilet tadi. Seragamnya tidak sampai lepas hanya meluruh jatuh hingga tubuhnya yang hanya berbalut bra bisa puas dilihat Gio. Tidak hanya itu. Gio juga menciumnya, menggigit bahkan menjilatinya seperti makanan. Jika itu bukan pelecehan, apa lagi?
"Kim?" Tanya Anna semakin khawatir.
"Hmm?!" Kimora tersadar dari pemikirannya.
"Kau kenapa?" Tanya Anna semakin cemas.
Kimora mengerjapkan matanya sejenak. "Anna..." Cicitnya lirih. Ia menarik pelan seragamnya dan memperlihatkan tubuhnya pada Anna. Menampilkan karya Gio yang tercetak jelas ditubuhnya. "Apa ini yang namanya pelecehan?" Tanyanya miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin of obsession
RomanceSeseorang menekan tubuhnya dan menempelkan tubuhnya pada Kimora hingga nafas keduanya memburu saling bersahut. "Kau terlambat, Kim." Suara itu terdengar serak dan dalam. Tubuhnya yang setengah polos semakin ia tempelkan pada tubuh Kimora. Menikmati...