calon suami

3 2 0
                                    

"Aezar?... Kamu udah bangun nak? Ya ampun udah rapi gini mau sholat subuh ya" sapa Laras pada Aezar yang duduk diruang tengah dengan seragam kerja nya yang sudah rapi melekat ditubuhnya
Aezar mengangguk dan tersenyum kecil

"Kamu bangun jam berapa sih Zar,kok bisa belum adzan subuh begini kamu udah rapi?" Tanya Laras

"Jam empat ma" sahut Aezar sopan

"Hah?..." Ternyata Aezar jauh berbeda dengan Ameira yang bangun setelah adzan subuh dan itu pun jika dibangun kan,jika tidak pasti akan tidur sampai matahari terbit

"Jangan jangan yang nyuci pakaian kotor itu kamu?" Tebak Laras karena merasa mungkin saja Aezar adalah anak yang kelewat rajin
Aezar mengangguk dengan senyum kikuk
Laras membelalakkan matanya tak percaya, ternyata memang benar Aezar kelewat rajin

"Jadi Ameira gak nyuciin baju kamu?"
Aezar mengangguk pelan
"Dasar kelewatan tu anak,gimana mau jadi istri yang baik" gumam Laras namun bisa didengar oleh Aezar

"Mmm...aku yang mau nyuci sendiri kok ma,lagian ga susah juga" sahut Aezar agar calon mertuanya itu tidak menyalahkan Ameira

"Iyaa,, tapi kan seharusnya dia juga mikir dong,masa' suami disuruh nyuci"

"Mungkin dia capek ma,habis kehujanan juga kan tadi malam" Aezar mencoba memberikan pembelaan pada Ameira

"Hallah,,, tu anak kehujanan atau enggak tetap aja begitu kalo dibiarin Zar, mama mau bangunin dia dulu Bentar lagi subuh,terus mama mau suruh dia masak sarapan juga buat kamu, kamu siap siap sholat gih nak" tutur Laras panjang lebar dan berlalu

••••••

"Eh...mau kemana kamu?"
Ameira yang hendak memasuki kamar nya setelah selesai sholat subuh pun terintrupsi dengan teguran sang ibu

"Mau tidur lagi ma,masih jam enam ini " sahut Ameira seraya menguap kecil

"Ga ada tidur tiduran,bantu mama masak sarapan buat papa sama Aezar"

"Hah?buat Aezar?"

"Iyaaa Aezar calon suami kamu,buruan kamu tunjukkin bakat masak kamu" sahut Laras dan menarik lengan Ameira menuju dapur

Setelah didapur, Ameira yang masih menguap pun memilih duduk di kursi meja makan

"Ma,,, ngapain sih pake masak segala,, sepagi ini lagi,mama aja deh masak buat papa, si mata empat itu bisa makan di tempat kerjanya" Ameira meracau

Laras berkacak pinggang menghadap Putri nya dengan mata melotot ala emak emak yang siap menyemprotkan kalimat kalimat pedas nya, membuat Ameira merinding dan langsung bangkit dari duduknya berjalan menuju Wastafel kemudian mencuci tangan lalu mengambil kangkung yang berada didekat kompor dan langsung memotong nya
Laras tersenyum penuh kemenangan

"Hari ini kita sarapan oseng kangkung sama ikan tongkol ya,,," seru Laras dengan girang seraya menata hidangan yang ia masak bersama Ameira

Arman dan Aezar yang baru memasuki dapur pun langsung disambut dengan aroma menggiurkan dari sajian yang tersusun rapi diatas meja

"Ayo nak,kita makan dulu, kamu biasa berangkat kerja jam berapa?" Ucap Arman seraya mengambil posisi duduk berhadapan dengan istrinya, sedangkan Aezar dipersilakan duduk berhadapan dengan Ameira

"Jam delapan pa" sahut Aezar sopan

"Wah... Kebetulan Ameira ada kelas pagi kan nak? Kamu bisa nebeng sama mas suami tuh" sekarang Arman menggoda Ameira, yang digoda hanya mengerucutkan bibirnya kesal

"Emang gak ngerepotin Zar? Ameira biasa naik ojek sih,,, soalnya papa berangkat nya jam tujuhan gabisa nganter Ameira" Laras menyela

"Engga ngerepotin kok ma sekalian juga Aezar mau berangkat kerja" sahut Aezar dengan senyum kecil

"Iyaaa tapi gue yang gamau diantar sama Lo" sekarang Ameira menyahut dengan ketus

"Udah udah makan dulu, nanti juga kamu ga punya pilihan lain" lagi lagi ucapan sang ayah membuat Ameira mengerucutkan bibirnya kesal

•••••

" Sampai depan gerbang aja ga usah masuk" suruh Ameira pada Aezar yang membonceng nya
Ternyata benar kata sang ayah, bahwa Ameira tidak akan punya pilihan lain kecuali pergi kekampus bersama Aezar

Setelah Ameira turun dari motor Aezar,ia langsung disambut oleh kedua sahabatnya Raina dan Raini, membuat Ameira gelagapan bukan main, Aezar masih disini sudah pasti mereka melihatnya

"Gebetan Lo Ra?" Tanya Raina dan Raini hampir bersamaan  dengan nada tidak percaya yang pasti masih bisa didengar Aezar karena ia masih berada disana
Ameira tidak menjawab dan hendak berlalu namun terintrupsi oleh suara Aezar

"Nanti pulang aku jemput gak?, pulang nya jam berapa?" Tanya Aezar hangat

Ameira tidak menjawab ia hanya melontarkan tatapan membunuh pada Aezar, kemudian berlalu sampai melewati kedua sahabatnya dan tentunya langsung dikejar oleh mereka
Aezar menggeleng pelan dan tersenyum kecil, entah kenapa menurut nya tatapan menyeramkan Ameira tadi sangat lucu mungkin karena ia sudah diperbudak oleh perasaan nya

"Ra,,,, jawab dong itu pacar Lo?" Tanya Raina seraya menyeimbangi langkah Ameira

"Kemarin gue liat Lo dijemput sama dia sih" sekarang Raini yang menyela

"Hah? Kalian liat?" Ameira menghentikan langkah lebar nya membuat Raina dan Raini hampir menubruk dirinya
Si kembar itu mengangguk sebagai jawaban

"Ck.. nyebelin banget sih" gumam Ameira

"Ih... Ameira jawab dong itu cowok tadi siapa Lo" Raina sudah tidak sabar dengan jawaban

"Calon suami gue" sahut Ameira ketus, membuat kedua sahabatnya membelalakkan mata tak percaya

"Eh... Lo gimana sih, kelamaan jomblo gitu jadi Lo mau mau nya sama cowok culun kek dia tadi?" Raina merespon dengan panik

"Udah culun, motor butut dan Lo mau mau nya sama dia?.. Ra please kalo Lo ngenes gue bisa coblangin Lo sama kenalan gue" sekarang Raini yang ikut ikutan panik

"Iya tuh Ra, kan kenalan kita banyak" sahut Raina

"Ih... Kalian bisa diem ga sih.. gue juga ga mau kali sama tuh cowok tapi gue dijodohin" sentak Ameira

"Dijodohin? Ya tolak lah monyet masa' Lo gak bisa nolak,pelet nya kuat ya?"

"Ini tuh ngelibatin orang tua guys,,, papa gue sama mama nya tuh cowok,, kerabat jauh, jadi gue ngehargain mereka lah" jelas Ameira

"Terus lo ngorbanin diri Lo?drama banget Lo Ra" ucap Raina dengan ketus

"Tuh cowok juga gak bakalan kuat sama gue,,Lo berdua liat aja nanti" Ameira berujar dengan angkuh kemudian melenggang mendahului kedua sahabatnya.

Hati AezarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang