XIII

27 9 0
                                    

••••••HAPPY READING••••••


Gyora, Lay, Arthan dan Leon pagi ini sudah berkumpul di ruangan yang mungkin lebih tepat disebut basecamp. Sudah terhitung satu minggu mereka menjalani pelatihan. Banyak hal yang diasah dari mereka, mulai dari kekuatan, kegesitan hingga kecepatan berpikir.

Hari ini, seperti yang Zian sampaikan kemarin, mereka akan melalui test atas apa yang mereka dapatkan selama seminggu ini.

Awalnya mereka sangat bersemangat, namun sekarang wajah mereka sudah memberenggut bosan karena terhitung sudah hampir 1 jam mereka di sini menunggu kepastian.

"Katanya jam 6, ini udah mau jam 7 kok nggak datang-datang," keluh Lay.

Arthan yang ada di sampingnya hanya mengedikkan bahu tak peduli, sedari tadi dia masih anteng bermain gadget, masa bodo dengan Zian yang akan datang atau tidak.

Sementara Leon sudah mengerang frustasi, ingin rasanya ia berlari keluar basecamp dan kembali dengan menyeret Zian ke sini. Jika saja posisinya sekarang sebagai Arthan, mungkin ia masih bisa duduk anteng, bermain gadget dengan tenang. Tapi masalahnya di sini adalah Gyora, tangannya tak bisa diam jika sudah bosan, ia sedari tadi sibuk menariki rambut Leon satu persatu. Untung saja rambut Leon kokoh, jika tidak, botaklah ia.

"Sabar, orang sabar dadanya besar. Lagian Zian kan kemarin nyuruh kita nunggu kalau semisal dia telat datang," ujar Gyora santai, tangannya masih asyik menarik rambut Leon.

"Ya tapi ini udah kelamaan," erang Lay.

Tit ... tit ....

Jam tangan Lay berbunyi, jarum jam sekarang sudah pas menunjukkan angka 7.

"Hah, sejam su—"

"Huwaah!"

Mereka berempat memekik keras. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja tubuh mereka merasa terhempas ke bawah.

Gyora memegangi pinggangnya yang terasa remuk. Matanya kini memicing ke sekitar, mereka tak lagi berada di dalam basecamp, melainkan di ruang petak kosong berukuran 4×4 yang di setiap sisi temboknya terdapat pintu dengan simbol yang berbeda-beda.

"Hah, kayaknya kita ada di bawah basecamp," ujar Leon, matanya tertuju pada langit-langit yang lumayan tinggi.

"Kita nggak sengaja jatuh? Terus kita terjebak?" tanya Lay panik.

"Bukan, ini bagian testnya." Ketiga pasang mata itu langsung melihat ke arah Arthan yang tampak memegang sebuah botol. Gyora langsung mengambil alih botol itu, tangannya langsung mengeluarkan secarik kertas yang berada di dalam.

Jangan ikut campur dengan wilayah lain.
Dia di Barat
Tidak, jangan ikuti! Jangan langsung menyimpulkan.
Ambil kaca, bercerminlah, di sana bagiannya.
Lihat apa yang ia miliki, temukan jalan keluarnya!

"Wah! Kita diajak main teka-teki ceritanya nih? Daebak!" Gyora berseru riang, ia sangat suka dengan hal-hal yang berbau permainan kata.

"Hmm, kita disuruh nyari kaca? Dimana?" Lay mulai berjalan meniti dari sudut ke sudut ruangan temaram nan kecil tersebut, berharap dapat memecahkan clue pertama ini.

Gyora ikut meniti setiap inchi ruangan itu, sementara Arthan sibuk membolak-balik kertas di tangannya, siapa tahu ada clue tambahan yang tersembunyi.

Leon menatap satu persatu pintu di sana, total ada 4 pintu, dimana satu pintu terletak di setiap sisi tembok. Setiap pintu memiliki logo yang berbeda, ada logo harimau, beruang, burung dan monyet.

Otak Leon berputar dengan keras, feelingnya mengatakan jika setiap logo di pintu tersebut juga termasuk clue pertama mereka.

"Akh! Nggak ada kaca di sini." Lay mengerang frustasi. 

"Gimana kalau kita cobain masuk ke pintu ini satu-satu?" usul Gyora.

Arthan langsung sigap membuka salah satu pintu, seketika mata mereka membulat begitu mendapati pintu itu terhubung dengan lorong gelap yang seperti tak ada ujung. Arthan mencoba membuka pintu yang lain, dan ketiga pintu lain pun memiliki kondisi yang sama.

"Kayaknya terlalu berbahaya kalau kita asal masuk ke salah satu pintu. Takutnya pintu yang kita masuki itu salah dan kita nggak dapetin clue tambahan lagi, bisa-bisa kita nyasar," ujar Arthan yang langsung diangguki Gyora.

Lay ikut mengangguk."Iya juga. Kita harus nyari kacanya, pasti ada kaca di sekitar sini."

"Bukan, pointnya di sini bukan kaca." Leon tiba-tiba saja berujar, kontan semua eksitensi langsung tertuju padanya.

"Semua kata di sini berkaitan satu sama lain." Leon menunjuk kertas yang dipegang oleh Arthan. "Di sini ditulis jangan ikut campur dengan wilayah lain, kita diberi spesifikasi tempat. Oke, kita tarik kesimpulan jika wilayah yang dimaksud di sini adalah negara, karena memang benar kan kalau kita nggak seharusnya ikut campur masalah negara lain." Leon menatap orang-orang disekitarnya yang tampak belum menemukan titik terang.

"Dia di Barat. Tidak, jangan ikuti! Jangan langsung menyimpulkan. Ambil kaca, bercerminlah, di sana bagiannya." Leon lanjut membacakan baris berikutnya. "Di baris kedua dituliskan kalau posisinya di Barat. Tapi baris selanjutnya kita dilarang mengikuti, kita disuruh bercermin."

"Semacam mirror effect, dimana apa yang kita lihat merupakan kebalikannya. Itu berarti Barat adalah Timur," potong Arthan, ia tampak berfikir sejenak.  "Jika dihubungkan dengan clue sebelumnya, artinya ... negara bagian Timur?"

"Nah, itu dia!" Leon menjentikkan jarinya. "Clue selanjutnya, kita diperintahkan untuk melihat apa yang ia miliki. Apa yang negara bagian timur miliki?" Leon menjeda ucapannya. "Pasti ada hubungannya dengan  logo di setiap pintu ini." Leon menghampiri salah satu pintu berlogo burung. "Lihat logo yang ini."

"Burung itu...." Arthan mempertajam ingatannya, kalau tak salah, ia pernah melihat gambar burung itu di salah satu museum yang pernah dikunjunginya.

"Burung Cendrawasih. Gue pernah baca tentang burung ini di salah satu artikel, mereka udah punah ratusan tahun yang lalu. Tapi pada masanya, burung ini menjadi ciri khas Papua, Papua terletak di wilayah Timur kan." Leon menyeringai, clue pertama terpecahkan.

"Jadi pintu ini jalan yang benar?" tanya Lay bersemangat.

"Hum." Leon menganggukkan kepalanya.

"Wah, keren! Leon pinter," puji Gyora.

"Ayok masuk." Arthan yang tak mau berlama-lama lagi di ruangan pengap ini langsung memandu jalan memasuki pintu berlogo burung. Mereka berjalan beriringan melewati lorong panjang yang gelap.

Tanpa mereka sadari, Zian dan Gior sedari tadi memerhatikan mereka dari monitor.

"20 menit, mereka menghabiskan waktu 20 menit hanya untuk memecahkan satu petunjuk. Kau yakin mereka akan berhasil?" tanya Gior sedikit ragu.

Zian mengedikkan bahunya, ia sedikit terkekeh sebelum berujar, "yaah, setidaknya mereka berhasil di clue pertama."

••••••BERSAMBUNG•••••

SELASA, 21 Desember 2021✓

Navarole'n [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang