XVII

37 7 0
                                    

•••••HAPPY READING•••••


"Mama...." Gyora terisak lirih, ia tak tau apa yang terjadi. Setaunya sekelompok manusia tadi membekapnya hingga pingsan, begitu terbangun, ia sudah berada di dalam ruangan kosong dengan posisi terikat kuat pada kursi.

Gyora menghentikan tangisannya begitu suara derap langkah seseorang sayup-sayup terdengar olehnya.

Tak lama pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sesosok wanita dewasa dengan jubah hitam berlogo khas kaum macx.

"Wohoo, lihat siapa yang bertamu? Bukankah ini akan menjadi kejutan kecil untuk Master?" Wanita tersebut mendekati Gyora dengan seringaiannya. Tatapan wanita tersebut membuatnya teringat pada seseorang, tapi Gyora tak begitu menghiraukan, ia saat ini tengah berada di dalam masalah.

"Cucu kecil Kakek, hahaha." Wanita itu tertawa renyah. Gyora tambah menatapnya tak suka, apa maksud dari perkataannya? Ingin mengejek status Gyora sebagai cucu kesayangan tetua tertua?

"Kenapa emangnya? Nggak punya Kakek ya? Ngiri?!" Gyora menaikkan nada suaranya, ia sangat merasa kesal.

"Hahaha, anak muda memang selalu menggebu-gebu. Tenanglah sedikit." Wanita itu kembali terkekeh. "Hmm, mungkin kita perlu sedikit perkenalan. Diana, kaki tangan pemimpin kaum macx." Perempuan bernama Diana itu mengulurkan tangannya ke arah Gyora, tentu saja Gyora tak bisa melakukan apa-apa, kedua tangannya ikut terikat.

"Oh, sombong ternyata." Diana terkekeh pelan. "Jadi... bagaimana kabar Robert?" Diana menatap remeh ke arah Gyora.

Gyora balik menatapnya kesal, tak suka saat Diana membawa-bawa nama sang Kakek.

"Hei! Jangan menatapku seperti itu, kau seharusnya berterima kasih kepadaku, karena sebentar lagi aku akan mempertemukanmu dengan orang yang tepat. Mau bertemu dengan pemimpin kaum macx huh?"

Gyora tak menjawab, ia kian melayangkan tatapan permusuhan ke Diana.

"Oke, ku anggap itu iya." Diana tertawa dan berjalan keluar ruangan.

Tak lama, Gyora dapat mendengar derap langkah seseorang. Ia menelan ludahnya dengan susah payah, jantung Gyora berdegup dengan kencang. Akankah itu pemimpin kaum macx?

"Lama menunggu, nona kecil?" Diana menyembulkan kepalanya dari sebalik pintu. "Lihat apa yang ku bawa untuk mu."

Diana membuka pintu ruangan tersebut dengan lebar, pria yang tampak sudah berumur melangkah pasti ke arahnya.

"Master Royess, pemimpin kami." Diana berujar memperkenalkan pemimpinnya.

Gyora membulatkan matanya. Bukan, bukan karena mengingat fakta jika ia sedang berhadapan dengan pemimpin kaum macx, tapi karena ia baru tau jika pemimpin kaum meresahkan itu ialah kakek-kakek peot yang mungkin sekali tonjok pun akan tumbang.

"Oh, jadi ini dalang dari semua kerusuhan?!" Gyora bertanya bengis, bagaimana pun juga pria di depannya ini adalah otak dari semua kerusuhan yang membuat hidupnya tak pernah tenang. "Maunya apa sih?!" Nada suara Gyora kian naik karena kakek-kakek di depannya ini hanya diam tak berkutik.

"Sedikit bersenang-senang," jawab pria tua tersebut yang membuat Gyora tersulut emosi.

"Senang-senang doang? Heh Kek! Udah tua gini nggak usah banyak tingkah deh. Kalau gabut, mending mati! Nggak usah ngerebut kebahagiaan orang lain juga, perampas!" teriak Gyora. Hampir saja Gyora mati tertembak karena Diana yang ikut tersulut emosi jika pemimpin kaum macx tersebut tidak memberi kode agar Diana menurunkan senjatanya.

"Perampas huh? Asal kau tahu...." Pemimpin kaum macx itu membuka jubahnya, membuat mata Gyora membulat sempurna.

"T-tidak mungkin...," lirihnya. Pemimpin kaum macx ... adalah seorang Navarole'n?

"Mungkin kata perampas itu lebih cocok kau sematkan pada nama Robert."

"Apa maksudmu?!" Emosi Gyora kian membuncah, sebegitu benci kah mereka dengan kakeknya? Mengapa begitu?

"Kau tau Gyora, seharusnya akulah yang menyandang status tetua tertua itu, seharusnya akulah yang menjadi pemimpin besar Navarole'n. Tapi Robert, merampasnya."

Gyora tertegun, apa ini semacam masalah lama tak terbalaskan? Tapi tak seorang pun ada yang membahas soal permasalahan ini.

Pria tua itu terkekeh begitu melihat Gyora yang tampak gusar. "Kau tau, Robert mendapatkan tahta tertinggi di Navarole'n hanya karena ia berstatus sebagai suami dari Roselin, anak dari tetua besar terdahulu."

Gyora mengatupkan bibirnya, ia tak mau menampik, memang benar faktanya seperti itu.

"Tapi satu hal yang harus kau tau, Robert mendapatkan itu semua dengan cara liciknya. Ia membunuh tetua besar dengan tangan kejinya, menyebar fitnah bahwa aku lah yang membunuhnya. Ia merampas Roselin dariku, ia mengambil paksa anakku, Angel."

"M-mama?" Gyora menatap pria tua di depannya tak percaya.

"Ya, cucuku." Pria tua itu mengusap dagu Gyora. "Hari ini, aku akan membalaskan semuanya, jadi nikmatilah sisa hari mu di sini sebaik mungkin, semoga hari mu menyenangkan." Pemimpin kaum macx itu keluar dari ruangan.

"Bye, nona kecil." Diana melambaikan tangan sebelum menyusul Masternya dan meninggalkan Gyora sendirian di ruangan tersebut.

Gyora hanya bisa tertunduk lesu dengan ribuan tanda tanya di benaknya. Jadi secara tak langsung yang menyebabkan semua ini adalah tetua tertua? Kakeknya sendiri? Oh tidak-tidak, jika apa yang didengarnya tak salah, berarti tetua tertua bukanlah kakeknya.

"Agh, Gyora! Kenapa malah mikirin hal yang nggak penting gini?! Orang-orang di luar sana butuh bantuan lo!" Gyora merutuki kebodohannya sendiri.

Ia harus fokus, ia harus cepat keluar dari sini dan membantu orang-orang di luaran sana.

Gyora mencoba mengerahkan seluruh tenaganya untuk merenggangkan badannya, berharap tali yang mengikatnya dapat terputus. Namun nihil, tali tersebut sangat kuat.

Gyora menatap ke arah pintu yang saat ini tertutup. Dengan pelan, ia mencoba menggeser posisinya ke arah pintu tersebut. Namun mungkin ini memang hari sialnya, ia malah kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke lantai dengan posisi masih terikat pada kursi.

Sangat sulit bagi Gyora untuk menegakkan tubuhnya kembali.

"Ayo Gyora... Berpikir. Lo nggak boleh nyerah gini aja."

Di tengah kekalutan, Gyora memaksakan otaknya berputar lebih cepat untuk mencari jalan keluar.

"Oh iya, Reditus!" Ingatan Gyora kembali ke beberapa jam yang lalu, ia ingat jika pada saat terakhir latihan, ia dapat menguasai sedikit teknik Reditus.

Gyora mencoba memfokuskan pikirannya, menyalurkan semua tenaga ke kedua tangannya. Keringat mengucur dari dahinya, dadanya terasa sesak.

"Arghh!" Gyora berteriak kencang saat merasakan perubahan pada tangannya, sedikit menyakitkan, tapi energi pada tubuhnya terasa bertambah.

Gyora kembali mencoba merenggangkan tubuhnya, berharap ia dapat seperti Alerd yang kekuatannya bertambah berkali-kali lipat saat melakukan Reditus.

Tapi sayangnya tak bisa, ia belum menguasai 100% tekniknya. Namun setidaknya kuku tajam pada jari-jari tangannya dapat membantu untuk saat ini.

Dengan telaten, Gyora mencoba memutus tali yang melilitnya dengan kuku tersebut. Butuh waktu 20 menit untuk tali itu putus dan Gyora benar-benar terlepas dari ikatan.

Tanpa mengulur-ulur waktu lagi, Gyora langsung bangkit dan berjalan tergesa ke arah pintu keluar.

Entah di sengaja atau memang pada dasarnya mereka ceroboh, pintu ruangan itu tidak dikunci sama sekali.

Gyora mengedikkan bahunya tak peduli, yang jelas ia harus cepat-cepat mencari yang lain, ia harus menolong mereka semua.


•••••BERSAMBUNG•••••

JUM'AT, 24 DESEMBER 2021✓




Navarole'n [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang