XVIII

31 8 0
                                    

•••••HAPPY READING•••••

Gyora membekap mulutnya dengan erat, mencoba sekeras mungkin agar tak mengeluarkan suara apa pun. Saat ini ia tengah bersembunyi di bawah meja. Tempat persembunyian yang sangat tidak aman memang, tapi mau bagaimana lagi, ia refleks menarik diri ke bawah meja begitu mendengar derap langkah beberapa orang yang tampak berjalan mendekat. Ia takut jika mereka anggota kaum macx, dan benar saja, saat ini sekelompok manusia itu tengah berjalan persis di sebelahnya, jika sampai salah satu dari mereka menengok ke bawah, habislah ia.

"Huh, aman." Gyora menghela nafasnya dengan lega. Sekelompok kaum macx tersebut berlalu begitu saja tanpa menyadari sama sekali keberadaannya. Indra pendengarannya juga tak menangkap suara apa pun lagi.

Gyora mulai keluar dari persembunyiannya, berjalan tanpa arah hanya dengan bermodalkan insting.

Beberapa menit menelusuri ruangan bertingkat ini, Gyora dapat menyimpulkan jika saat ini ia tengah berada di gedung tua terbengkalai. Dapat dilihat dari dinding dan pondasi gedung yang sangat kumuh tak terawat.

Gyora terus melangkah dengan waspada menuju lantai dasar, entahlah, instingnya berkata jika ada sesuatu di lantai dasar, seolah ada hawa aneh yang menariknya ke sana.

Gyora sampai di lantai paling bawah. Ia bersembunyi di balik tanaman liar yang tumbuh di sela-sela retakan lantai.

Pandangannya menatap ke sekeliling, memastikan tak ada ancaman baginya untuk saat ini. Di rasa situasi aman terkendali, Gyora kembali mencoba mempertajam instingnya, mencoba meresapi aura-aura di sekitarnya.

"Ugh, ruang bawah tanah?" Entah bagaimana, tapi tiba-tiba saja hatinya berdetak mengatakan jika ia harus ke ruangan bawah tanah. Tak ada waktu untuk berpikir lagi, dengan nekat ia mengikuti begitu saja kata hatinya.

Gyora mulai melangkah pasti keluar dari persembunyiannya, tak ada siapapun di sini.

Ia berkeliling gedung guna mencari akses masuk ke ruang bawah tanah itu. Gedung ini lumayan besar, membuatnya kewalahan hanya karena mencari akses masuk ke ruangan yang bahkan belum tentu itu benar-benar ada atau tidak.

"Kita harus bergegas."

Gyora refleks bersembunyi di balik semak-semak begitu ia tak sengaja mendengar pembicaraan seseorang dari jarak yang lumayan jauh.

Tak lama, dua orang anggota kaum macx berjalan melewati Gyora, mereka tampak begitu tergesa. Gyora tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu begitu saja, dengan berhati-hati ia membuntuti mereka dari belakang. Jangan lupakan fakta jika sejenis kucing—baik itu jenis kucing kecil atau kucing besar—memiliki kemampuan mengendap yang luar biasa, suara pijakan kaki mereka kerap tak terdengar sama sekali oleh musuh.


Kedua orang itu berhenti tepat di belakang gedung yang dipenuhi tanaman liar, entah sudah berapa lama gedung ini terbengkalai.  Mereka tampak menyingkap tanaman liar yang menjuntai di dinding gedung, dengan jelas Gyora dapat melihat akses yang sedari tadi dicarinya.

"Insting Gyora tajam juga ternyata," gumamnya. Ia menunggu untuk beberapa saat terlebih dahulu baru berlari kecil menuju akses masuk tersebut.

Masih dengan gerakan pelan dan mengendap-ngendap, Gyora mulai menuruni anak tangga yang lumayan banyak.

Ia kembali bersembunyi di balik tumpukan barang rongsok setelah melewati anak tangga terakhir. Kondisi di bawah sini sangat kumuh, lebih cocok dikatakan sebagai gudang, tumpukan barang berserakan di sana sini. Tapi di lain sisi, hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi Gyora, ia lebih mempunyai banyak tempat persembunyian sehingga memudahkannya untuk mengendap.

Dengan sangat berhati-hati, Gyora berpindah-pindah dari satu tumpukan barang ke tumpukan lain, sesekali jantungnya berdetak sangat kencang karena anggota kaum macx yang berlalu lalang tepat di dekatnya.

Gyora tiba di ujung ruangan, matanya langsung terbelalak. Tepat di depannya, beberapa anggota CSI'N dikurung dibalik jeruji dengan kedua tangan dan kaki dikunci dengan benda dari besi. Gyora pernah melihat benda itu, tak hanya besi biasa, benda itu dirancang khusus agar dapat mengalirkan arus listrik, meskipun bukan listrik dengan tegangan tinggi, hal itu sudah cukup membuat orang yang diikatnya merasa lemas kehilangan tenaga. Pantas saja mereka semua tak bisa melawan.

Tak jauh dari tempat penyekapan mereka, beberapa anggota kaum macx tampak tengah menyiapkan alat pemenggal kepala. Gyora menelan salivanya berat, apakah mereka semua akan di bunuh dengan cara keji seperti ini.

"Ugh, Lay...." Mata Gyora mulai berkaca-kaca, adiknya ada di sana, dengan tatapan yang kosong dan nafas tersengal-sengal.

"Gyora."

"Akh ... uhmm."

Arthan—orang yang memanggil Gyora barusan—membekap mulut Gyora dengan erat agar tak menimbulkan suara yang membuat keberadaan mereka diketahui oleh kaum macx.

"Arthan kok di sini?" tanya Gyora dengan suara pelan.

"Itu nggak penting, yang penting sekarang kita harus nyelamatin mereka secepatnya."

Gyora mengangguk, ia kembali mengalihkan perhatiannya pada para Navarole'n di balik jeruji. Matanya menyipit kala merasa ada yang kurang di sana.

"Leon mana?" tanya Gyora begitu tak melihat keberadaan lelaki itu sama sekali.

"Nggak tau, mungkin karena dia manusia makanya dibebasin."

"Tapi itu Lay—"

"Sssst, kita nggak punya banyak waktu lagi, okey? Gue punya rencana." Arthan memotong ucapan Gyora, matanya kini sedikit melirik ke arah kuku tangan Gyora yang terlihat sedikit mengerikan, yah, Gyora tak tahu bagaimana untuk kembali menormalkan tangannya. "Lo jalan ngendap-ngendap ke arah mereka, dan bunuh seenggaknya satu dari mereka pakai kuku lo itu. Saat konsentrasi anggota lain terpecah, gue maju buat bebasin anggota CSI'N, tenang aja, lo cuman bakal ngelawan mereka sendiri buat beberapa menit. Habis ngebebasin anggota, gue bakal bantu lo, oke?"

"B-bunuh?"

"Ya, bunuh. Satu aja cukup, cukup gorok leher salah satu dari mereka untuk mecahin konsentrasi yang lain."

Gyora meneguk ludahnya kasar, ia tak  yakin ia bisa membunuh semudah itu.

Arthan menghela nafasnya begitu melihat raut ragu terpancar dari wajah Gyora. "Gyora, C'mon, ini situasi genting, kalau lo nggak ngebunuh, kita semua yang bakal terbunuh. Liat adek lo." Arthan memaksa Gyora untuk kembali melihat ke arah Lay, Lay tampak sangat kesulitan bernafas. "Lo nggak mungkin biarin adek lo mati di sini kan."

"Nggak mungkin dan nggak bakal pernah." Gyora berujar pasti. Tanpa keraguan lagi, Gyora mulai merangkak pelan, targetnya kini adalah salah satu anggota yang tampak berjaga, posisinya yang berdiri membelakangi tumpukan sampah membuat Gyora sedikit dimudahkan.

Gyora mulai berdiri perlahan, mempersiapkan kuku tajamnya dengan segala perhitungan agar langsung dapat menancap di nadi leher pria tersebut.

"Gyora! Hati-hati!"

"Hah? Akh!" Gyora terhuyung ke belakang begitu targetnya langsung menerjang. Gyora tak mengerti mengapa Arthan berteriak sehingga membuat musuh menyadari keberadaannya.

"Arthan! Tolong!" Gyora berteriak saat ia dikepung beberapa anggota kaum macx. Arthan tampak kelimpungan sendiri dengan situasi seperti ini.

Gyora menatap Arthan dengan ekspresi yang sukar di mengerti.

"Apa yang salah dengannya?!"

••••••BERSAMBUNG••••••

Jum'at, 25 Desember 2021✓

Navarole'n [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang