•••••HAPPY READING•••••
"Agh ... Tsk, sialan!" Arthan mengumpat kasar, mata sabit yang ia tancapkan ke celah bebatuan itu terlepas dan hampir saja mengenai wajahnya. Jujur, ia sedikit menyesal memilih rantai ini sebagai alatnya, ia pikir mereka akan diberi tugas untuk saling menyerang atau apalah itu. Tapi ternyata mereka disuruh untuk memanjat onggokan batu dan tanah padat yang menggunung.
Di sisi lain Leon tampak menancapkan pisaunya ke tanah di celah-celah batu tersebut, dirasa tancapan itu sudah kokoh, Leon mulai mencoba naik lagi ke atas dengan pisau sebagai pegangannya. Matanya sedikit melirik ke arah Lay, pemuda itu tampak mendapatkan alat yang paling mendukung. Namun memang pada dasarnya saja si Lay ini sangat gegabah, entah sudah berapa kali ia tergelincir.
"Akh...." Leon merintih pelan, mungkin ini efek terlalu lama di rumah tanpa olah fisik. Ia akui kekuatannya begitu lemah.
"Jangan ngaku laki kalau manjat ini aja nggak bisa!" Gior berseru dari bawah.
Leon mempercepat geraknya, takkan ia biarkan harga dirinya diinjak begitu saja. Arthan yang melihat Leon hanya beberapa langkah di bawahnya ikut mempercepat pergerakan, bagaimana pun caranya, pedang itu harus jatuh ke tangannya.
"Aihh, susahnyaa." Lay menggerutu pelan. Ia memang mendapat alat yang paling memadai, tapi pijakannya yang tak pernah tepat membuatnya terus menerus merosot.
"Oke, kita coba lagi." Lay mulai mengarahkan benda berbentuk tabung itu ke atas. Tanpa memerhatikan posisinya sudah tepat atau belum, Lay langsung menekan tombol pada benda itu. Percobaan pertama gagal, alat pengait itu malah menimpa kepalanya karena tak mendapati tempat bertumpu.
Lay kembali mencoba, kali ini ia lebih memerhatikan posisi mendarat alat pengait itu. Dalam sekali tekan, alat itu sudah terkait dengan sempurna. Lay bersorak senang, tangannya kembali menekan tombol pada alat berbentuk tabung, namun nahas, bebatuan yang berada di sekitar pengait runtuh, kaitannya terlepas. Lay terhempas ke bawah, punggungnya membentur tanah dengan keras.
Ia mencoba mendudukkan diri, mulutnya mengeluarkan suara rintihan. Ia hanya dapat melihat pasrah ke atas, percuma jika ia mencoba memanjat lagi, Leon dan Arthan sedikit lagi sudah sampai ke puncak. Jadilah ia memutuskan untuk berjalan menghampiri Gior, bermaksud untuk ikut menonton.
"Ah!" Di atas, Arthan membuang nafasnya kasar begitu ia berhasil mencapai puncak. Namun ia belum bisa bersantai begitu saja, dari sisi lain, Leon tampak juga sudah sampai di puncak. Arah pandangan mereka sama, benda yang berada di tengah-tengah mereka, pedangnya.
Arthan dan Leon serentak berlari kencang ke arah pedang yang tertancap. Arthan yang sampai duluan dengan cepat meraih pedang tersebut, mencoba untuk mencabutnya. Namun Leon dengan cepat menepis tangan Arthan, terjadilah sedikit pergulatan di antara mereka.
Arthan mendorong Leon dengan keras membuat Leon terhuyung ke belakang. Arthan menggunakan kesempatan itu untuk kembali mencoba mencabut pedang tersebut, namun sayangnya Leon lebih sigap untuk bangun dan menarik baju yang dikenakan Arthan untuk menghambat pergerakannya.
Arthan yang merasa pergerakannya terhambat, menoleh ke belakang. Ia melupakan sejenak tujuannya tadi dan lebih memilih meladeni Leon. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Arthan kembali mendorong Leon dengan sangat kuat.
"Aghh!" Leon kehilangan keseimbangan dan jatuh terpeleset, untung saja ia dengan sigap berpegangan pada bebatuan menara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Navarole'n [TAMAT]✓
Fantasy[COMPLETED]✓ [FANTASY STORY] ••••••••••• Berawal dari percobaan ilegal, para peneliti tak sengaja menciptakan makhluk gabungan dari gen manusia dan hewan. Navarole'n, eksperimen yang ditentang mati-matian pada masanya. Namun siapa sangka, virus y...