X

34 9 0
                                    

•••••HAPPY READING•••••

Pagi ini, seperti yang dikatakan Zian kemarin, merupakan hari perdana latihan untuk Gyora, Lay, Leon dan Arthan.

Berhubung Lay, Leon dan Arthan bukan dari kalangan Navarole'n, maka mereka akan mendapat pelatihan yang berbeda di ruangan yang juga berbeda dengan Gyora. Mereka bertiga akan dilatih bela diri, sementara Gyora akan dilatih instingnya.

Layaknya anak ayam, Gyora terus mengekori Zian yang menuntunnya menuju ruang pelatihan.

"Sebagai klan felidae, yang paling perlu kamu asah adalah insting, insting, insting dan kecakapan." Zian memulai pembicaraan. "Tapi sebelum itu, kamu harus tau kecakapan wajib felidae itu dimana. Coba lihat kesana." Zian menunjuk pada ruang di sebelah kirinya.

Gyora melihat ke arah yang diperintahkan Zian, ia dapat melihat sekelompok manusia bersayap yang tampak tengah sibuk melatih diri.

"Klan Accipitridae?" tanya Gyora pelan.

"Yah, lebih tepatnya class aves," ralat Zian. Gyora mengangguk mengerti, setiap Navarole'n memang diwajibkan untuk memahami takson, paling tidak 7 takson dasar pada hewan.

"Sebagai bangsa burung, mereka memiliki kecakapan dasar dengan cara terbangnya, mereka harus gesit dan tepat sasaran," jelas Zian. "sekarang, lihat ke sana."

Gyora mengubah arah pandangnya, ia dapat melihat seorang Navarole'n laki-laki yang tampaknya sejenis dengan Zian tengah menyabik-nyabik sesuatu yang tak begitu Gyora ketahui apa itu dengan sayapnya yang terus mengepak.

"Itu baru klan accipitridae, spesifiknya jenis elang. Navarole'n jenis elang, mengandalkan kekuatan cengkraman untuk pertahanan mereka, karena itu klan accipitridae selalu diberi tugas di bagian penyerangan."

Zian menghentikan langkahnya, kini ia menuntun Gyora untuk masuk ke salah satu ruangan yang tampak seperti lab kimia. Gyora langsung bergidik begitu memasuki lab tersebut, tampaknya lab itu memang diperuntukkan bagi Navarole'n berjenis ular. Dengan jelas ia dapat melihat jika para ular disini tengah sibuk berkutat pada tabung panjang berisi cairan dengan berbagai macam warna.

"Gyora tau kan, tameng inti mereka terletak di bisa, dan itu...." Zian menunjuk pada salah satu tabung. "Bisa mereka."

Gyora bergidik ngeri, terlebih ketika ia tak sengaja melihat Lydra juga ada di sana, Lydra tampak amat tak menyukai Gyora, buktinya ia terus menatap Gyora dengan pandangan tak bersahabat. Tentu saja, Gyora bertindak seolah ingin mencuri telurnya kemarin. Ia bahkan sampai membawa calon anaknya ke lab karena takut Gyora akan mengambilnya seperti kemarin.

"Mereka akan mengeluarkan bisanya di tabung itu." Suara Zian memutus pandangan Gyora yang tadinya bersitatap dengan Lydra. "Lalu masing-masing mereka akan menyampurkan bisanya dengan bahan kimia. Di saat mendapat misi, di sanalah mereka akan menyuntikkan bisa itu ke diri mereka sendiri, satu gigitan akan langsung membuat lawan tumbang." Zian menyeringai puas, sementara Gyora tambah bergidik, bayangkan jika kemarin Lydra menggigit nya.

"Oke, sekarang giliran Gyora. Jadi, apa kecakapan utama klan felidae?" tanya Zian seraya melangkah keluar dari lab.

"Insting?" tanya Gyora ragu, bukankah Zian sudah memberi tahu nya tadi?

"Yap, tepat sekali." Zian menuntun Gyora pada sebuah ruangan kosong yang remang. "Setiap klan felidae, jenis apa punlah itu, memiliki insting yang amat tinggi. Dan anggota CSI'N dari klan felidae, dituntut untuk dapat menyetarakan semua kemampuan panca indra, meskipun salah satu indranya tak berfungsi sekali pun."

Zian mulai mendekati Gyora, tangannya bergerak mengambil sesuatu dari sebalik jubahnya. Gyora yang sedari tadi memang tak begitu fokus, sedikit tersentak begitu tiba-tiba saja sebuah kain menutup kedua bola matanya.

"Sekarang mata Gyora ditutup, Gyora hanya bisa mengandalkan indra penciuman dan pendengaran. Sebisa mungkin Gyora harus nahan serangan dari Zian nanti, oke?"

Gyora menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Tanpa aba-aba Zian langsung melayangkan tongkat kayu ke arah Gyora, dengan mudah Gyora dapat menahan dengan kedua tangannya. Jangan lupakan fakta jika ia adalah anak seorang Jenderal. Sedari kecil instingnya sudah diasah oleh sang Ayah, tentu saja ia dapat menahan serangan kecil itu dengan mudah.

"Lagi!" Zian kembali mengayunkan tongkat kayunya. Namun kali ini ia sedikit melakukan manipulasi, ia dengan sengaja melemparkan batu ke arah tiang besi di sudut ruangan untuk memecah konsentrasi Gyora, namun Gyora tak tertipu begitu saja, pendengarannya bekerja dua kali lebih tajam. Lagi-lagi Gyora dapat menghentikan serangan itu dengan mengibaskan ekornya dengan kuat dan cepat, tongkat kayu itu terlempar begitu saja.

Gyora mengeluarkan kekehannya, merasa hebat karena telah bisa menahan serangan Zian sebanyak dua kali.

Namun Zian malah menyeringai. "Jangan bangga dulu, ini baru pemanasan," bisiknya.

Ia mulai memasang sesuatu di telinganya, suara pergerakan yang ditimbulkan oleh Zian membuat Gyora mengambil ancang-ancang.

Zian memencet tombol dari sebalik jubahnya, benda tersebut mengeluarkan suara yang tak dapat didengar oleh manusia biasa.

Kaki Gyora melemas seketika, ia terduduk lemah. Konsentrasinya buyar, instingnya menghilang. Gyora memegangi kepalanya frustasi. "Suara ini," desisnya.

Ia tahu betul jika ini bunyi ultrasonik. Manusia mungkin sama sekali tak mendengar suara yang memekakkan ini, tapi baginya suara ini sangat membuat frustasi.

Zian terkekeh pelan melihat Gyora yang tertunduk tak berdaya.

"Siap, sayang?"

Dan satu layangan tongkat kayu berhasil menumbangkan Gyora.

Sementara di tempat Leon, Lay dan Arthan....

Mereka bertiga dilatih oleh seorang pria berbadan tegap yang diketahui bernama Gior.

Mereka sudah cukup babak belur karena Gior yang memberikan tantangan untuk berkelahi tiga lawan satu. Tampaknya mereka memang perlu lebih banyak latihan, karena meskipun mereka telah bertiga, tetap Gior lah yang menjadi pemenang.

Dan saat ini, mereka disuguhkan oleh berbagai macam peralatan yang dijejerkan pada sebuah meja panjang. Gior memerintahkan untuk mengambil satu alat untuk masing-masing mereka.

Arthan tanpa berpikir panjang langsung menjatuhkan pilihannya ke sebuah rantai panjang dengan mata sabit yang terikat erat diujungnya. Sementara Leon mengambil dua bilah pisau dan memainkan pisau tersebut bak aktor profesional. Lay sendiri memilih sebuah alat berbentuk tabung berwarna silver, matanya berbinar begitu tak sengaja menekan tombol pada atas alat tersebut, sebuah alat seperti pengait langsung menjulur keluar.

Begitu sudah mendapatkan alat masing-masing, Gior menuntun mereka ke sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim. Namun mereka dapat dengan jelas melihat sebuah menara yang menjulang tinggi.

"Masing-masing dari kalian sudah memilih alat yang disediakan, misi kalian sekarang adalah memanjat menara itu dengan alat yang dimiliki dan menarik sebuah pedang yang tertancap di atas. Dengan syarat tak boleh menyakiti satu sama lain. Pedang itu menjadi hak milik kalian jika berhasil menyabutnya," jelas Gior.

Arthan, Lay dan Leon saling menatap satu sama lain. Mereka bertiga menyeringai, saatnya bersaing.

•••••BERSAMBUNG•••••

Senin, 20 Desember 2021✓

Navarole'n [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang