Prolog + Cast

863 67 13
                                    


Adzan pertanda masuknya waktu zuhur memang sudah berkumandang sejak beberapa saat lalu. Bahkan orang-orang yang tadi melakukan ritual shalat pun sudah mulai meninggalkan masjid setelah menunaikan kewajiban mereka.

Walaupun begitu, selalu ada saja orang-orang yang mampir ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat zuhur.

Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali.

Ya. Itu perumpamaan yang sangat tepat.

Hal ini sepertinya juga berlaku untuk kedua gadis yang tengah berjalan melalui gerbang masjid untuk menunaikan shalat.

Saat sampai tepat di pintu masuk masjid, gadis yang berparas rupawan dan tak mengenakan hijab itu menghentikan langkahnya hingga membuat sang teman yang berhijab pun turut berhenti.

"Ada apa?" Tanya gadis cantik dalam balutan hijabnya itu.

"Kamu saja yang masuk, El. Aku akan menunggu disana." Jawab gadis bersurai hitam sambil menunjuk tepat duduk yang tak jauh dari sana.

Seakan mengerti penyebab sang teman seperti ini, gadis berjilbab itupun kembali berucap "Kamu ini kenapa sih, Irene? Ini gak kali pertama kamu masuk masjid bareng aku, kan? Gak apa-apa. Ayo!"

Karena dirinya sudah lebih dulu di tarik, Irene jadi tak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemana temannya ini membawanya.

Setelah sudah berada di dalam masjid, Irene melihat-lihat sekeliling.

Ya. Gadis itu merasa sedikit kikuk setiap kali Elina, sang sahabat mengajaknya masuk ke dalam masjid. Karena jujur, rumah ibadahnya dengan Elina cukup berbeda.

"Kamu nungguin aku disini aja ya. Aku gak bakal lama kok." Ujar Elina sebelum meninggalkan Irene tepat di samping tirai pembatas antara saf wanita dan pria.

Irene berdehem pelan, sebelum perlahan-lahan mendudukkan dirinya.

Walau sudah cukup sering memasuki rumah ibadah umat islam, Irene masih saja merasa canggung.

"Wassamaaa'a rafa'ahaa wa wada'al Miizan."

Irene seketika langsung menegang saat suara lantunan ayat suci Al-Quran menyapa indera pendengarannya di sela-sela kesunyian masjid.

Sedangkan sosok di seberang tirai, ia begitu khusyuk membacakan kitab suci di depannya "Allaa tatghaw fil miizaan. Wa aqiimul wazna bilqisti wa laa tukhsirul miizaa. Wal arda wada'ahaa lilanaame. Fiihaa faakihatunw wan nakhlu zaatul akmaam."

Mata Irene entah mengapa berkaca-kaca mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang Taendra lantunkan begitu indah di balik tirai.

Bahkan saat angin tiba-tiba bertiup hingga menyebabkan ujung tirai tersibak dan menampakkan sosok Taendra, Irene merasa jantungnya berdetak tak normal.

Ada yang bergejolak dalam diri gadis itu saat melihat bagaimana sosok Taendra yang begitu fokus dengan Al Qur'an, tanpa menyadari keberadaannya.

🌸🌸🌸🌸

"Apa yang sudah laki-laki itu lakukan padamu, Bae Irene? Apa yang dia lakukan hingga kau ingin meninggalkan agamamu dan orangtua mu sendiri demi dirinya?"

Irene terus menggeleng disela-sela tangisannya yang semakin pecah. Tangan gadis itu bergetar hebat sambil terus menggenggam erat Al Qur'an dalam pelukannya yang ingin sang ayah rampas.

"Aku ingin masuk islam tanpa paksaan siapapun, appa. Taendra gyosu-nim tak ada sangkut pautnya dengan keputusan ku ini." Jawab Irene dengan berani. (Profesor)

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang