PART 10

200 49 3
                                    


"IRENE-AA!"

Tuan Bae berlari menghampiri tubuh tak berdaya putrinya dalam dekapan seorang lelaki yang tak ia kenal.

"T-tolong cepat bawa dia!" Pinta tuan Bae pada Taendra.

Lelaki itu beberapa saat terkejut dengan pintah itu, namun ucapan tuan Bae kembali menyandarkannya.

"Tolong cepatlah!"

Taendra memejamkan matanya sebentar, lalu mulai memposisikan tangannya agar dapat menggendong Irene ala bridal style.

Tangan yang untuk pertama kalinya menyentuh wanita selain umi nya itu sedikit bergetar.

Taendra seakan tak dibiarkan oleh keadaan untuk memegang teguh prinsipnya.

Dengan perlahan, Taendra bangkit dari duduknya dengan Irene yang tengah berada dalam gendongannya.

"Tolong siapkan intubasi!" Seorang wanita yang mengenakan jubah putihnya itu memberikan perintah pada dokter yang berada di sampingnya, saat melihat Irene diletakkan di atas ranjang pasien oleh Taendra.

Orang-orang yang penasaran dengan keadaan Irene berbondong-bondong mendekat, namun tim medis yang ada disana segera menutup akses dan membentangkan tirai yang tersedia untuk masing-masing tempat tidur pasien.

Seorang dokter tengah bersiap memberikan intubasi pada Irene karena gadis itu tak bernafas sama sekali.

Dokter lainnya dengan cepat menghentikan pendarahan di leher gadis yang tengah tak sadarkan diri itu.

Sedangkan tuan Bae dengan linangan air mata, berusaha memeriksa denyut nadi putrinya dengan tangan bergetar.

Saat tak merasakan apapun, tuan Bae menggeleng cepat, berusaha menampik apa yang tengah terjadi kini.

"Irene-aa, appa mohon. Jangan begini, nak!" Ujar tuan Bae begitu kalut, sambil bersiap melakukan CPR atau resusitasi jantung paru pada sang putri.

Pria tua itu terus melakukan kompresi dada dengan ritme stabil, sambil terus berucap agar putrinya itu tak meninggalkannya.

"Appa mohon, Irene-aa."

*****

Taendra menatap tirai di depannya kini dengan pandangan harap-harap cemas.

Dalam hati lelaki itu tak henti-hentinya memanjatkan doa pada Allah agar gadis di dalam sana baik-baik saja.

Sedangkan di samping Taendra, sosok Adelio juga tak kalah cemasnya.

Lelaki yang kebetulan ada di rumah sakit yang sama pun, tadi tak sengaja melihat tubuh tak berdaya Irene saat di gendong oleh Taendra menuju ranjang pasien.

Jangan tanyakan seberapa terkejut Adelio melihat hal itu.

Padahal tadi pagi ia bersama dengan Irene.

Lalu kapan dan bagaimana gadis itu berakhir seperti sekarang?

Itulah yang dari tadi melintas di benak Adelio. Ia tak bertanya apapun pada dosen pembimbing Irene yang berada tepat di sampingnya kini.

Sedangkan di pintu masuk IGD, nyonya Bae dan kedua sahabat karib Irene berjalan terburu-buru menyusuri padatnya IGD.

Manik nyonya Bae yang dari tadi sudah berkaca-kaca itu langsung pecah menjadi tangisan kala melihat Adelio di depan sana.

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang