PART 6

202 51 4
                                    

Adzan pertanda masuknya waktu zuhur memang sudah berkumandang sejak beberapa saat lalu. Bahkan orang-orang yang tadi melakukan ritual shalat pun sudah mulai meninggalkan masjid setelah menunaikan kewajiban mereka.

Walaupun begitu, selalu ada saja orang-orang yang mampir ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat zuhur.

Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali.

Ya. Itu perumpamaan yang sangat tepat.

Hal ini sepertinya juga berlaku untuk kedua gadis yang tengah berjalan melalui gerbang masjid untuk menunaikan shalat.

Saat sampai tepat di pintu masuk masjid, gadis yang berparas rupawan dan tak mengenakan hijab itu menghentikan langkahnya hingga membuat sang teman yang berhijab pun turut berhenti.

"Ada apa?" Tanya gadis cantik dalam balutan hijabnya itu.

"Kamu saja yang masuk, El. Aku akan menunggu disana." Jawab gadis bersurai hitam sambil menunjuk tepat duduk yang tak jauh dari sana.

Seakan mengerti penyebab sang teman seperti ini, gadis berjilbab itupun kembali berucap "Kamu ini kenapa sih, Irene? Ini gak kali pertama kamu masuk masjid bareng aku, kan? Gak apa-apa. Ayo!"

Karena dirinya sudah lebih dulu di tarik, Irene jadi tak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemana temannya ini membawanya.

Setelah sudah berada di dalam masjid, Irene melihat-lihat sekeliling.

Ya. Gadis itu merasa sedikit kikuk setiap kali Elina, sang sahabat mengajaknya masuk ke dalam masjid. Karena jujur, rumah ibadahnya dengan Elina cukup berbeda.

"Kamu nungguin aku disini aja, ya. Aku gak bakal lama kok." Ujar Elina sebelum meninggalkan Irene tepat di samping tirai pembatas antara saf wanita dan pria.

Sedangkan di bagian saf pria, Taendra yang baru selesai melakukan rangkaian sholat pun beberapa saat berzikir dan memanjatkan doa pada sang khalik.

Karena waktu zuhur sudah cukup lama berlalu, jadi di saf khusus pria hanya ada dirinya dan seorang pria tua yang juga tengah shalat.

Setelah menyelesaikan rangkaian kewajibannya, Taendra melihat sekeliling dan memutuskan melangkah ke arah tiang yang dekat dengan tirai pemisah antara saf pria dan wanita.

Lelaki itu mengeluarkan Al-Quran kecil yang selalu ia bawa kemanapun agar dapat dengan mudah membacanya diwaktu senggang.

Setidaknya bisa menguatkan ingatan hafalannya.

Walau sudah seorang hafiz 30 jus dan merupakan calon pemimpin pesantren, Taendra tetap tak meninggalkan kitab suci itu.

Menurutnya, Al-Quran adalah pengingatnya pada sang pencipta.

Hubungannya saja dengan tuhan selalu dijaga, lalu bagaimana dengan hubungannya kelak dengan makhluk ciptaan sang rab?

Bukankah Taendra itu merupakan sosok yang begitu sempurna untuk menjadi pendamping hidup?

Ia kelak pasti akan membimbing keluarga kecilnya dengan penuh kasih sayang menuju Jannah-Nya Allah.

Dibalik tirai sebelah kiri Taendra, sosok Irene berdehem pelan sebelum perlahan-lahan mendudukkan dirinya.

Walau sudah cukup sering memasuki rumah ibadah umat islam, Irene masih saja merasa canggung.

"Wassamaaa'a rafa'ahaa wa wada'al Miizan."

Irene seketika langsung menegang saat suara lantunan ayat suci Al-Quran menyapa indera pendengarannya di sela-sela kesunyian masjid.

Sedangkan sosok di seberang tirai, ia begitu khusyuk membacakan kitab suci di depannya "Allaa tatghaw fil miizaan. Wa aqiimul wazna bilqisti wa ala tukhsirul miizaa. Wal arda wada-ahaa lilanaame. Fiihaa faakihatunw wan nakhlu zaatul akmaam."

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang