PART 9

186 45 4
                                    


Tubuh bergetar dengan keringat dingin yang menghiasi pelipisnya, membuat supir taksi yang hendak Irene tumpangi segera menyadarkan gadis itu.

"Neng, gak papa?"

Irene menatap supir taksi tersebut dengan pandangan kosong, lalu kembali menatap tubuh mungil yang masih tergeletak di depan sana.

Orang-orang disana tak ada yang berani mendekati sosok mungil yang sudah tak sadarkan diri itu.

Sedangkan Irene, gadis itu mengepalkan tangannya begitu erat, seakan memberikan kekuatan untuk dirinya sendiri.

"Tolong telepon ambulans, Pak." Ujar Irene pada supir taksi yang masih menatapnya dengan pandangan khawatir, lalu ia berlari membelah kerumunan agar dapat sampai pada gadis kecil yang sudah tak berdaya itu.

Nafas Irene memburuh melihat bagaimana pekatnya cairan berwarna merah yang berceceran di tubuh anak didepannya ini.

Tangan yang dari tadi memang sudah bergetar itu semakin bergetar hebat kala Irene berusaha menutupi bagian perut yang terluka parah.
.

Sedangkan di lampu merah, Taendra menyerngit heran kala mobil-mobil yang berada di depannya tak kunjung bergerak.

Saat manik lelaki yang tengah berada di balik kemudi itu bergerak ke arah lain, netranya menangkap sosok Irene yang terlihat kalut, serta seorang lelaki yang terus memperhatikannya.

"Irene?" Gumamnya pelan.

Melihat Irene yang berlari sampai menjatuhkan tas yang berada di tangannya, membuat Taendra penasaran. Tanpa sadar, lelaki yang berniat pulang itu langsung turun dari mobilnya dan berniat menyusul Irene.

Setelah sampai di samping taksi yang tadi hendak Irene tumpangi, Taendra kembali menyatukan alisnya melihat Irene di sela-sela kerumunan orang.

"Disana kenapa ya, Pak?"

"Ada kecelakaan, Mas."

Mendengar hal tersebut, Taendra lekas mendekat dan membelah kerumunan orang-orang yang tengah melihat korban tabrak lari itu.

Saat maniknya menangkap tubuh mungil seorang anak gadis di aspal, dan Irene yang tengah berusaha menghentikan pendarahannya, membuat Taendra langsung berjongkok menatap Irene.

"Irene."

Merasa namanya dipanggil, Irene pun sontak menatap ke arah sumber suara.

Dengan linangan air mata, Irene menatap Taendra "Pak Taendra." Ujarnya begitu lirih.

"Anak ini korban kecelakaan?"

Irene mengangguk cepat "P-pak Taendra tolong tahan disini!"

Irene memberikan isyarat agar Taendra dapat menggantikan tangannya yang tengah mencegah pendarahan di bagian perut anak kecil didepan keduanya.

Mengerti hal tersebut, Taendra langsung berjalan ke samping Irene dan berjongkok untuk menggantikan tangan gadis itu.

Setelah Taendra mengambil alih, Irene segera membuka kardigan biru yang tengah ia kenakan dan menjadikan benda itu sebagai bantalan kepala anak tersebut yang juga terluka.

Tepat setelah itu, ambulans pun sampai dan petugasnya langsung mengevakuasi korban ke atas tandu yang juga turut di bantu oleh Irene dan Taendra.

"Orangtua korban mana?" Tanya petugas, namun orang-orang disana tak ada yang mengaku sebagai orangtua anak dalam ambulans tersebut.

"Kalau gitu Mbak aja yang jadi wali sementaranya."

Ucapan petugas medis itu membuat Irene yang sudah berantakan dengan darah di tangan dan bajunya terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang