PART 15

136 35 0
                                    


Walaupun hari natal masih 2 hari lagi, namun kemeriahan acara besar umat kristiani ini sudah mulai terasa dari beberapa hari lalu.

Dari membuat kue-kue khas natal, menyiapkan dekorasi yang identik dengan warna merah, menghias pohon natal dan sebagainya, nyatanya sudah di lakukan banyak orang.

Termasuk keluarga kecil Bae.

Nyonya Bae sudah dari kemarin sibuk di dapur, berkutat dengan alat masaknya untuk menciptakan makanan-makanan yang lezat. Sedangkan tuan Bae dan Irene tengah mendekor ruang tengah dengan berbagai pernak-pernik khas natal.

Namun yang berbeda, Irene tak terlihat menikmati apa yang tengah ia lakukan. Dan itu tak luput dari perhatian sang ayah. Tuan Bae yang sudah merasa ada yang aneh dengan putrinya itu hanya dapat menatap sang anak tanpa berniat bertanya.

Tak ada yang tahu apa yang gadis bermarga Bae itu pikirkan, sampai-sampai bola hiasan pohon natal yang tadinya ingin ia pasang, malah jatuh dan berakhir pecah.

Tuan Bae tersentak menatap Irene yang juga terlihat lebih terkejut.

"Kau tak apa, nak?" Tanya tuan Bae menghampiri putrinya yang masih terkejut.

Irene menatap ayahnya dengan mata yang mengerjab beberapa kali, lalu menggeleng cepat "A-aku baik-baik saja. Maaf, Appa!" Ujarnya, lalu mengambil sapu dan skop untuk membersihkan kekacauan yang ia buat.

*****

Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah berpagar besi dan sang pengendara yang ternyata Taendra pun keluar dari kendaraan tersebut. Lelaki tampan itu berjalan melewati gerbang yang tak tertutup tersebut dan tersenyum tipis saat sang pemilik rumah keluar menyambutnya.

"Assalamualaikum, Ustadz!" Taendra menghampiri abah Ayana, Ustadz Lukman dan bersalaman dengan pria paruh baya itu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ayo masuk!" Ustadz Lukman mempersilahkan Taendra masuk, dan sang empu pun mengangguk mengiyakan.

"Maaf ya ustadz suruh kamu kesini padahal kamu lagi sibuk-sibuknya." Ujar ustadz Lukman saat ia dan Taendra duduk di sofa ruang tamu.

Taendra menggeleng pelan dengan senyum yang menenangkan "Nggak papa, Ustadz."

"Syukurlah kalau begitu."

Ustadz Lukman berbalik menghadap ke dalam rumahnya "Nduk, tolong bawakan teh! Abah ada tamu."

Mendengar hal itu, Taendra langsung berucap "Nggak usah repot-repot, Ustadz." Ujarnya tak enak.

"Ndak repot. Hanya melakukan kewajiban tuan rumah untuk menjamu tamu, nak." Ucap ustadz Lukman yang mau tak mau membuat Taendra mengangguk menyetujui.

Setelah beberapa saat, Ayana keluar dengan tangan yang membawa nampan berisikan dua cangkir teh.

Ustadz Lukman tersenyum tipis melihat Taendra yang langsung menundukkan kepalanya saat Ayana keluar dan menyajikan apa yang gadis itu bawa.

"Silahkan di minum!" Ujar Ayana, kemudian duduk di kursi samping ustadz Lukman dan berhadapan dengan Taendra.

"Terimakasih." Ujar Taendra hanya menatap sekilas gadis yang baru pertama kali dilihatnya itu.

"Ini Ayana. Anak ustadz satu-satunya." Ucapan ustadz Lukman sontak membuat Taendra menatapnya, dan lelaki itu mengangguk pelan.

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang