Seperti hari-hari biasanya, kegiatan di pondok pesantren Al-Yarsy berjalan dengan lancar, baik itu kegiatan belajar mengajar di kelas, solat 5 waktu, tadarus Al-Qur'an, ataupun kegiatan sosial di luar pondok.Hari ini, seperti janji yang telah dibuatnya, Taendra akhirnya membantu Ayana untuk berkeliling pondok sekaligus memperkenalkan tempat menciptakan hafizh dan hafizah Al-Qur'an pada gadis itu.
Karena Ayana ingin tugas akhirnya berkaitan dengan kultur agama Islam, jadi Taendra dengan senang hati membantu gadis itu. Apalagi ustadz Lukman yang secara tidak langsung telah menitipkan Ayana pada dirinya.
Setelah berkeliling cukup lama, Taendra akhirnya membawa Ayana menuju tempat dimana para santriwati tengah sibuk membenahi beberapa barang.
"Assalamualaikum, Ustazah Fitri."
Wanita yang merasa namanya dipanggil itupun langsung berbalik menghadap Taendra dan juga Ayana dibelakangnya "Waalaikumsalam." Ujarnya menatap kedua insan itu.
Taendra tersenyum menatap sekilas wanita setengah baya didepannya kini "Lagi siap-siap untuk acara amal nanti malam, Ustazah?"
Ustazah Fitri mengangguk mengiyakan "Iya. Anak-anak sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke lapangan."
"Ini siapa, Gus Taendra?" Lanjutnya saat menatap Ayana.
"Perkenalkan ustazah, ini Ning Ayana. Putri ustadz Lukman. Beliau kesini ingin melakukan observasi untuk tugas akhirnya."
Ayana pun maju selangkah untuk dapat mengajak ustazah Fitri bersalaman "Saya Ayana, Ustazah."
"Saya Fitria. Ning bisa panggil saya ustazah Fitri seperti Gus Taendra." Ujar ustazah Fitri menerima uluran tangan Ayana.
"Jadi bagaimana?" Tanya ustazah Fitri menatap bergantian Taendra dan Ayana.
"Jadi begini, Taendra ingin meminta bantuan ustazah untuk membantu Ning Ayana melihat-lihat kegiatan amal yang akan dilakukan oleh santriwati pondok kita. Itupun jika ustazah tidak terlalu sibuk." Jelas Taendra.
"Bisa, kenapa tidak?!"
Taendra tersenyum tipis mendengar ucapan ustazah Fitri. Karena jujur, ia tidak bisa sepenuhnya membantu Ayana untuk melakukan observasi gadis itu di pondok. Bukan hanya karena merasa kurang pantas apabila dirinya yang terlihat selalu bersama dengan Ayana, Taendra juga yakin bahwa putri ustadz Lukman itu akan lebih leluasa jika melakukan observasinya bersama dengan wanita.
"Baik kalo begitu, Taendra pamit lebih dulu. Taendra titip Ning Ayana pada ustazah."
"Tenang, ustazah akan menjaga titipan Gus Taendra."
Ayana yang mengerti arti titipan itu adalah dirinya hanya dapat tersenyum tipis.
"Terimakasih, Mas Taendra."
Taendra mengangguk pelan "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam."
Taendra melangkah menuju gerbang pembatas antara asrama putra dan putri, karena ruangannya tentu saja berada di lingkungan asrama putra.
"Assalamualaikum, Gus Taendra."
"Waalaikumsalam." Taendra sesekali membalas sapaan santriwati yang ia lewati selama perjalanan.
"Itu cewe yang sama gus Taendra tadi siapa sih?" Tanya santriwati yang baru saja menyapa Taendra itu pada teman disampingnya.
"Calonnya mungkin?!"
Gadis itu langsung menatap sang teman dengan tatapan mautnya, seakan ia tidak menyukai ungkapan itu "Calon apanya. Gak mungkin! Gus Taendra mana mungkin udah punya calon." Ujarnya dengan nada yang lirih di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable love (Vrene)
Teen FictionJatuh cinta? Yah, itu adalah perasaan luar biasa yang setiap manusia dapat merasakannya. Namun bagaimana jika rasa itu disebabkan oleh seseorang yang bahkan tidak dapat kita gapai? Apalagi jika penyebab paling utamanya itu adalah keyakinan yang berb...