Taendra turun dari tangga dengan keadaan yang sudah rapih.Lelaki itu menyerngit heran kala melihat suasana ruang tamu rumahnya cukup hidup.
"Abi ada tamu, Mi?" Tanya Taendra karena kebetulan umi Amirah baru keluar dari arah dapur dengan nampan ditangannya.
"Udah mau berangkat, nak? Iya abi kamu ada tamu. Kamu kenal kok orangnya. Ayo, disapa dulu!"
Taendra diam dengan wajah penuh tanya, dan hanya mengekor di belakang sang umi.
"Aduh Mbak gak usah repot-repot loh."
Umi Amirah menggeleng pelan, sambil mengatur apa yang ada di atas nampan yang ia bawa "Nggak merepotkan, Nis. Ayo di minum tehnya!"
Tamu yang terdiri dari seorang pria dan wanita itu mengangguk pelan menanggapi ucapan sang pemilik rumah.
"Oh iya. Ini ada Taendra." Ucap umi Amirah memperkenalkan sang putra yang berada tepat dibelakangnya.
"Astaga, Taendra. Udah lama nggak ketemu, tante pangling liat kamu." Ujar wanita itu kagum melihat sosok jangkung Taendra.
Sedangkan Taendra, lelaki itu tersenyum tipis dan berjalan mendekat "Assalamualaikum, Ustadz, Tante Nisa." Sapanya, sambil mengambil tangan pria paruh baya yang hampir sepantaran dengan sang Abi untuk ia cium.
Namun pada istri dari sang ustadz yang dulu mengajarnya di pondok, Taendra hanya menyatukan kedua tangannya sebagai isyarat salamnya.
"Waalaikumsalam."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh."
Jawab pasangan suami-istri itu hampir bersamaan.
"Kamu kapan pulang dari Kairo?" Tanya pria yang Taendra panggil ustadz tadi.
"Sudah hampir 3 bulan, Ustadz."
"Kata Abi kamu, kamu sekarang jadi dosen?"
Taendra mengangguk "Iya, Ustadz."
"Kenapa tidak terus kerja disana? Ustadz dengar-dengar banyak tawaran untuk kamu?"
"Dia nggak mau jauh-jauh dari umi nya. Dari kuliah sudah di Kairo, jadi dia nggak mau kerja juga disana. Maklum anak umi nya." Ujar kyai Fatur, hingga membuat sang istri tersipu malu.
"Bagus dong kalau gitu. Taendra gak mau ninggalin orangtuanya di tanah air. Lagipula kita sebagai orangtua bohong kalo bilang gak mau liat anak setiap hari, kan? Iya gak, Mbak?" Ujar wanita bernama Nisa itu, dan di balas anggukan setuju oleh umi Amirah.
"Mbak pasti seneng liat anak-anak ada di rumah. Nah aku? Anak perempuan satu-satunya malah milih kuliah di Korea."
"Ayana sudah besar untuk menuju jalan hidupnya sendiri."
"Makanya kalo dia pulang nanti aku mau jodohin. Biar dia dekat terus sama kita." Bantah wanita itu pada sang suami.
Kyai Fatur dan umi Amirah hanya tersenyum sekilas mendengar dialog singkat tamu mereka.
Sedangkan Taendra, lelaki itu terus melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Maaf, Taendra pamit undur diri dulu. Taendra ada jadwal mengajar di pesantren." Ujar lelaki itu merasa tak enak.
"Ya sudah. Kamu pergi saja."
Taendra mengangguk, lalu bersalaman dengan semua orang disana, terkecuali wanita yang lelaki itu panggil tante Nisa.
"Taendra pamit dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable love (Vrene)
Teen FictionJatuh cinta? Yah, itu adalah perasaan luar biasa yang setiap manusia dapat merasakannya. Namun bagaimana jika rasa itu disebabkan oleh seseorang yang bahkan tidak dapat kita gapai? Apalagi jika penyebab paling utamanya itu adalah keyakinan yang berb...