Masih mengenakan baju pasiennya, sosok Irene kini tidur lelap di tempat tidurnya.
Kelopak mata yang masih setia tertutup, serta deru nafas yang teratur, membuat gadis bermarga Bae itu terlihat sangat damai dalam tidurnya.
Melihat lelapnya sosok Irene, Adelio yang terus memperhatikan Irene dari balik pintu terlihat lega.
"Lio!"
Panggilan di tengah keheningan itu berhasil menyadarkan Adelio. Lelaki jangkung itu sontak langsung menghadap orang yang tadi memanggilnya, lalu tersenyum saat melihat siapa yang berada di hadapannya.
"Om Bae." Sapa lelaki itu, sambil membungkuk sekilas.
"Kamu kenapa nggak masuk?"
Adelio menggeleng pelan "Irene lagi tidur, Om. Saya gak mau ganggu tidurnya. Dia keliatannya lelap banget."
Tuan Bae pun mengangguk mengerti. Pria paruh baya yang mengenakan jubah putihnya itu kemudian mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang ada di depan ruang rawat Irene.
"Duduk!"
Mendengar pintah itu, Adelio pun langsung berjalan ke sisi ayah dari Irene tersebut, lalu mendudukkan dirinya.
"kamu coas nanti dimana?"
"Kebetulan om saya rekomendasiin rumah sakit ini. Dan kebetulan Om Bae juga disini, jadi saya mutusin buat coas nanti disini, Om."
Adelio memperhatikan sosok tuan Bae dari samping, seakan melihat ekspresi yang pria itu berikan.
"Rumah sakit ini bagus untuk belajar semua hal tentang medis. Banyak juga dokter-dokter yang berpengalaman dalam banyak kasus. Mereka bakal membantu kamu."
Adelio mengangguk setuju "Salah satunya Om Bae. Jadi saya dari sekarang minta bantuan om buat ngebimbing saya selama masa coas."
"Kamu bisa tanyakan saya apapun itu."
"Pasti. Makasih, Om."
Setelah percakapan itu, beberapa saat suasana antara keduanya cukup hening.
Tuan Bae melirik ke arah ruang rawat sang putri, lalu berucap "Jantung Irene dari kecil sudah lemah. Dia nggak bisa di tempatkan dalam keadaan yang berlebihan."
Adelio terdiam mendengar penuturan tiba-tiba tuan Bae. Ia tak mengatakan apapun, namun mendengarkan dengan seksama apa yang pria itu katakan.
"Walaupun saya dan eomma nya berusaha menghindarkan Irene dari keadaan itu, tapi kami tetap saja kecolongan." Lanjut tuan Bae dengan nada yang begitu pelan. Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya, sambil memejamkan mata.
"Irene ngidap Kardiomiopati, Om?" Tanya Adelio begitu hati-hati. Namun melihat pria di sampingnya itu memberikan anggukan kecil, Adelio langsung terdiam.
"Kasihan sekali dia punya appa seperti ini." Gumam tuan Bae dengan manik yang berkaca-kaca.
Adelio yang mendengar hal itu hanya dapat terdiam. Lelaki itu juga sekarang merutuki dirinya karena sering menunjukkan sifat liarnya di hadapan Irene. Sering membuat gadis itu ketakutan dengan emosi yang tak pernah berhasil ia tahan.
🌷🌷🌷🌷
"Perlu abi bantu?" Tanya kyai Fatur saat baru saja keluar dari rumah, dan melihat sang anak sulung tengah memasukkan beberapa kardus ke dalam bagasi mobil.
Taendra yang mendengar suara sang abi pun sontak berbalik setelah meletakkan kardus di bagasi "Nggak perlu, Bi. Abi masuk aja ke mobil. Ini barangnya tinggal satu kok." Ujarnya, kemudian berlalu untuk mengangkat barang terakhir yang akan mereka bawa ke suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable love (Vrene)
Teen FictionJatuh cinta? Yah, itu adalah perasaan luar biasa yang setiap manusia dapat merasakannya. Namun bagaimana jika rasa itu disebabkan oleh seseorang yang bahkan tidak dapat kita gapai? Apalagi jika penyebab paling utamanya itu adalah keyakinan yang berb...