PART 2

249 51 12
                                    


Taendra berbalik menghadap para mahasiswanya setelah tadi melirik arloji yang menyatakan bahwa mata kuliahnya hari ini harus segera diakhiri.

"Kelas hari ini saya cukupkan sampai disini. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya." Ujar lelaki tampan itu mengakhiri kelas pertamanya.

Setelah merapikan beberapa buku yang tadi dibawa, Taendra akhirnya meninggalkan ruang kelas lebih dulu dibandingkan para mahasiswanya.

Melihat sang dosen meninggalkan kelas, para mahasiswi yang tertarik pada Taendra pun turut cepat-cepat keluar kelas, dengan dalih dapat berbincang lebih dengan lelaki tampan itu.

"Assalamualaikum, Pak."

Taendra yang hendak mengangkat panggilan di ponselnya harus diurungkan dan menatap sekilas gadis-gadis di hadapannya kini.

"Waalaikumsalam. Ada yang bisa saya bantu?"

Salah satu gadis disana menatap Taendra dengan pandangan memuja, sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Ya. Ia sedang berusaha mengambil perhatian Taendra.

"Ih! Centil banget sih." Ujar Luqi yang baru saja keluar dari kelas dengan Elina dan Irene tentunya.

"Pak Taendra abis ini ada kelas lagi, gak? Atau bapak langsung pulang?"

"Kalo gak ada acara lain, bapak mau ikut makan siang bareng kita, gak?"

"Ya-ya. Anggep aja sebagai perkenalan dosen sama mahasiswanya, Pak."

Para gadis itu terus saja menyerang Taendra dengan berbagai perkataan yang cukup membuat bujang berusia 27 tahun tersebut terusik.

"Maaf saya tidak bisa. Saya harus mengangkat ini dulu. Permisi." Taendra mengangkat ponselnya yang sudah berbunyi untuk kedua kalinya.

Luqi dan Elina yang melihat para gadis didepan sana menerima penolakan pun tak bisa menahan tawa. Kedua gadis berbeda budaya itu seakan menikmati apa yang dirasakan teman seangkatan mereka tersebut.

"Sok kecantikan sih. Di tolak mentah-mentah kan sama pak dosen ganteng." Ejek Luqi masih dengan tawanya, dan Elina yang turut mengangguk mengiyakan.

Sedangkan Irene?

Gadis berdarah Korea itu tak menunjukkan ekspresi yang berarti. Tidak ikut tertawa maupun mengejek gadis-gadis itu. Ia hanya diam menatap punggung bidang yang sudah hampir tak terlihat di depan sana.
.

Setelah berhasil kabur dari para mahasiswanya, Taendra akhirnya dapat bernafas lega dan bisa mengangkat panggilan yang dari tadi nampak di layar ponselnya.

"Halo, assalamualaikum." Taendra mendekatkan ponselnya di telinga sebelah kanan dengan kaki yang terus melangkah menuju parkiran fakultas.

"Iya, abi. Taendra ini juga mau jalan. Kelas Taendra baru aja selesai." Taendra melirik jam tangannya dan kemudian berucap "20 menit lagi Taendra sampai pondok, bi." Lanjutnya.

"Nanti Taendra langsung ke ruangan abi dulu kok sebelum ngajar. Iya. Yaudah ya, bi. Taendra mau nyetir dulu. Ya, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."  Taendra mengakhiri panggilan teleponnya, dan langsung masuk mobil untuk menuju pondok pesantren sang abi.

*****

Elina membantu pelayanan kafe untuk meletakkan pesanan yang ia dan kedua temannya tadi pesan.

"Makasih, Mbak." Ujar gadis itu pada pelayan.

"Waa... gila sih." Ujar Luqi tiba-tiba, sambil menyambar es boba miliknya di atas meja.

Unbreakable love (Vrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang