Bab 10 : Berita

12.5K 602 6
                                    

10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10. Berita

Caca turun dari mobil Olla. Ini sudah lumayan malam untuk tetap stay di acara Kina. Apalagi Kana terus mengajaknya menginap saja di rumahnya, tapi Caca menolak karena mana mungkin Bunda setuju Caca menginap? Sedangkan di rumah sedang ada tamu yaitu Mama Marel.

"Gue jalan ya!" pamit Olla yang dibalas lambaian tangan Caca.

Setelah memastikan mobil Olla sudah menjauh, Caca berbalik masuk ke dalam rumahnya. Dia sempat melirik ke rumah Marel yang ada disebelah, rupanya disana sudah terparkir mobil Fortuner milik laki-laki itu di perkarangan rumahnya. Itu berarti Marel sudah menjemput Mamanya dari Bandara dan berarti Mamanya sudah ada di rumah Caca.

Caca membuka pintu, dia masuk kedalam rumah. Ternyata meja makan sudah ramai, disana sudah ada Bunda, Ayah, Mas El, Mbak Anin, Marel, dan Tante Mira;Mama Marel.

"Eh, Caca udah pulang? Sini gabung, nak!" ajak Tante Mira.

Caca duduk disamping Bunda, dia tersenyum manis pada Tante Mira.

"Ca, mau denger berita baik nggak?" ujar Bunda.

"Berita baik?"

"Iya, ada berita baik hari ini."

Caca menatap satu persatu orang-orang yang ada di meja makan tersebut, "Ada apa sih kayaknya berita bahagia banget?" Caca semakin penasaran saat melihat senyum cerah Marel.

"Mas Marel dan Mbak Anin bakalan nikah, Ca. Besok Mas Marel bakalan datang buat ngelamar Mbak Anin."

Deg.

Jantung Caca berdetak dengan cepat, aliran darahnya mendadak terhenti, napsnya tercekat usai mendengar kabar yang katanya baik untuk didengar itu.

"Bentar lagi Mas Marel bakalan jadi Kakak iparnya Caca, seneng kan?" ujar Bunda lagi.

Caca tidak menjawab dia menatap bergantian Anin dan Marel yang menatap Caca dengan tatapan malu dan senang.

Mau menjawab apa? Bibir Caca kelu sekali untuk sekedar mangatakan selamat. Tidak, bukan bibirnya salah yang sulit mengutarakan kata itu, tapi hatinya juga mendadak lose seakan hilang arah dalam beberapa waktu.

"Ca?" panggil Bunda.

Caca tersadar, dia lantas merubah wajah terkejutnya dengan senyum palsu.

"Wah, kejutan banget. Selamat ya, Mbak," hanya itu saja.

"Makasih, Ca."

Caca tersenyum sumir, "Caca ke kamar dulu ya Bun. Mau bersih-bersih diri."

Bunda mengangguk dia membiarkan putri bungsunya yang nyatanya baru saja dipatahkan hatinya oleh kabar baik dari sang kakak perempuannya. Dia menutup pintu kamarnya dengan rapat, menatap dirinya di kaca. Air mata itu kembali lolos dari pelupuk matanya.

"Ini cuma bercanda kan? Mana mungkin kakakku nikah sama laki-laki yang selalu aku ceritakan disetiap doa aku. Tuhan, ini bercanda kan?"

***

Tante Mira dan Marel berpamitan pulang, Tante Mira sempat menanyakan Caca karena gadis itu tidak terlihat lagi setelah pamit membersihkan diri tadi. Namun Bunda mengatakan bahwa mungkin saja Caca tertidur di kamarnya usai mandi.

Anin membantu Bunda membersihkan dapur, dia terus-terusan digoda Mas El yang memang paling suka meledek adik-adiknya ini.

"Cie yang besok mau lamaran, bentar lagi Mas di buang nih. Enggak bakalan di hubungin lagi kalau ATM ketelen."

"Apasih Mas udah sana ah jangan ganggu Anin terus!"

"Merah bener pipinya Bu Dokter!"

"Bunda tuh Mas El ganggu Anin terus!"

"Mas udah sana ah kamu gangguin Anin terus, kamu ke kamar Caca gih. Kasih makanan ini ke dia, soalnya tadi dia belum sempet makan malam," titah Bunda.

"Meluncur!" kata Mas El yang mengambil nampan berisi sepiring nasi dengan lauk untuk adik bungsunya itu.

Mas El membuka pintu kamar Caca sebelumnya dia mengetuknya lebih dulu.

"Ca, udah tidur?" tanya Mas El yang melihat Caca terbaring menyamping memunggungi Mas El.

"Ca, kata Bunda makan dulu. Kamu belum makan malam."

"Hm." Hanya deheman saja.

"Makan, dek. Nanti keburu malem, kan kamu mau diet bukannya?"

"Taruh aja Mas di meja, nanti Caca makan."

Suara sumbang Caca membuat Mas El curiga, dia memutar melihat Caca yang berbaring miring. Benar ternyata Caca menahan tangisnya yang berujung pilek, Mas El berpikir Caca memang pilek saja karena AC di kamar Caca menyala dengan suhu sangat rendah.

"Ca, kamu pilek?"

"Hm."

"Mas bilang Bunda ya?"

"Nggak usah, Caca nggak sakit banget kok. Cuma pilek aja."

"Ck, ini kamu panas juga, Ca! Matamu bengkak juga, kamu-," Mas El mendadak tersadar dengan keadaan mata sang adik yang tidak biasanya.

Caca habis menangis?

Begitu dugaannya.

"Caca baik-baik aja Mas, udah sana ah!" usir Caca yang mendorong Mas El keluar dari kamar.

"Ca, are you okey?" tanya Mas El yang sudah berada di depan pintu kamar Caca. Sembari tersenyum Caca menunjukkan jari jempolnya sebelum akhirnya menutup pintu kamarnya.

Sebenarnya Caca sengaja menurunkan suhu AC menjadi sedingin ini agar dia pilek sekaligus menjadi alibi atas akibat dari tangisnya malam ini. Cukup pintar untuk menutupi keadaannya, begitulah keahlian terpendam Caca selama ini.

"Seenggaknya gue nggak boleh terlihat menderita di saat rumah ini sedang bahagia. Lo bisa tutupin semuanya, Ca. Jangan sampai kesedihan Lo menganggu kebahagiaan Mbak Anin."

Bersambung...

***

Jadi Caca sedih juga ya

Hari ini satu bab aja ya, besok lagi hehe~

Three Little Words (2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang