Bab 46 : Pahlawan Caca

9.3K 351 7
                                    

46

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

46. Pahlawan Caca

Zafran baru saja menyelesaikan tugas melatih para prajurit muda. Sebenarnya ini diluar agendanya hari ini, karena jadwal melatih para prajurit muda bulan ini bukan dirinya melainkan rekannya yang saat ini menemani istrinya melahirkan. Alhasil Zafran tidak bisa menolak menggantikan rekannya itu.  Wajahnya sedikit segar setelah mandi di barak, dan senyum merekah terpancar saat membaca pesan dari Caca yang belum sempat dibukanya sore tadi. Senyumnya merekah saat membaca setiap baris kata yang Caca tuliskan disana. Begitu melihat jam yang menunjukkan jam hampir tengah malam, Zafran berniat menelpon Caca untuk menanyakan kabar dan keberadaan gadis itu saat ini. Namun teleponnya tidak sampai karena nomor Caca tidak aktif. Zafran khawatir, dia lantas memutuskan untuk pergi ke rumah Caca. 

Sesampainya disana, Zafran berpapasan dengan Anin yang nampak begitu panik. "Ada apa?" tanya Zafran yang bahkan belum disapa oleh Anin. 

"Syukurlah kamu disini, tolong antar kan saya ke kantor polisi terdekat." Zafran mengernyitkan dahi. "Untuk apa?" Anin menatap Zafran, "Caca, dia hampir menjadi korban." 

Zafran terkejut bukan main, dia seketika membeku di tempat. kenangan masa lalu yang mencekiknya seakan menertawakannya saat ini. Anin menyadarkan Zafran yang seperti orang kehilangan kesadarannya dengan terpaku di tempat. Setelah sadar bahwa dirinya harus segera menemui Caca, mereka pergi ke kantor polisi.

Suasana di kantor polisi begitu tenang namun penuh dengan aura kecemasan. Lampu-lampu fluorescent menerangi ruangan dengan cahaya dingin, membuat bayangan panjang di lantai yang bersih. Di sudut ruangan, seorang petugas polisi tengah mengetik laporan di komputer, sementara beberapa orang duduk di kursi tunggu, tampak gelisah.

Ketika Zafran dan Anin tiba, mata mereka segera tertuju pada Caca yang duduk dengan didampingi Marel di kursi tunggu. Wajahnya terlihat pucat dan lelah, dengan luka mengangadi keningnya yang masih mengeluarkan darah kering. Anin langsung berlari menghampiri Caca, memeluknya dengan penuh kekhawatiran. Air mata Anin mengalir deras saat melihat luka di kening Caca, isaknya tidak tertahan lagi.

"Caca, syukurlah kamu selamat," kata Anin sambil terisak, tangannya mengusap lembut rambut Caca.

Sementara itu, Zafran yang terbiasa menghadapi situasi darurat, menyingkirkan emosinya untuk sementara waktu. Dia mendekati meja petugas polisi dengan wajah serius. Tanpa banyak basa-basi, dia bertanya kepada petugas tentang kronologi kejadian yang membawa Caca ke kantor polisi.

"Pak, saya Zafran. Bisa tolong jelaskan apa yang terjadi pada gadis bernama Karisa?" tanya Zafran dengan nada tegas namun terkontrol.

Petugas polisi menatap Zafran dengan serius, lalu memulai penjelasannya. "Tadi malam, kami menerima laporan tentang keributan di gang dekat pos ronda. Ketika kami tiba, kami menemukan mbak Karisa yang terluka dan beberapa pria mabuk yang sudah tidak berdaya karena terkena pukulan balok kayu. Mbak Karisa kemudian dibawa ke sini untuk perlindungan dan pemeriksaan lebih lanjut."

Three Little Words (2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang