20. Ada Apa?
Caca berdiri di depan Zafran yang menatapnya sembari melipat dua tangannya di depan dada. Sesampainya Caca di perkemahan, dia langsung membilas tubuhnya serta mengganti pakaiannya dengan pakaian kering. Saat hendak kembali ke tenda, rupanya seusai game tadi tanpa menjeda istirahat para panitia mengarahkan para peserta untuk lanjut materi. Dan jelas Caca terlambat mengikutinya, alhasil dia harus berhadapan dengan Zafran karena keterlambatannya.
"Apa lagi alasan kamu terlambat, Karisa?" tanya Zafran yang pertama kalinya menyebut nama Caca.
"S-saya ganti pakaian dulu tadi, pakaian saya basah karena-,"
"Karena kecerobohan kamu yang terperosok ke Danau?"
Caca menatap Zafran dengan kaget, bagaimana bisa laki-laki itu tau hal itu padahal setahu Caca Zafran itu berada di perkemahan.
"Saya udah bilang ke kamu maupun ke setiap peserta untuk berhati-hati, dari ratusan mahasiswa disini cuma kamu yang nggak nurut. Pasti kamu banyak tingkah sampai masuk ke Danau gitu."
Merasa disalahkan tanpa mendengar cerita yang lengkap, Caca menatap sengit Zafran yang kian datar menatapnya.
"Heh, kenapa nyimpulin sendiri? Kan saya belum cerita apa-apa!"
"Turunkan nada bicara kamu, saya panitia disini."
"Terus kenapa? Lo panitia doang kan, bukan Tuhan? Suka-suka gue mau pake nada tinggi kek pake high note vocal sekalipun, itu hak gue!"
"Astaga, kamu yang sopan dong sama Kakak panitia!" sahut panitia perempuan yang juga ada disana. Merasa tak mau urusannya dicampuri oleh orang lain, Zafran menyuruh si panitia perempuan itu pergi meninggalkan dia dengan Caca.
Bukannya merasa nyaman dengan kepergian panitia perempuan itu, Caca malah merasa takut. Apalagi kini tatapan Zafran bukan tatapan biasa saja. Tatapannya menajam dan mengintimidasi.
"Sudah berani membentak saya? Berarti berani mengambil resiko terburuknya."
"Hah?"
Zafran tersenyum miring, dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana lorengnya. Mencondongkan tubuhnya agar menatap secara dekat sosok mahasiswi yang sudah berani membentaknya.
"Siap nerima hukuman dari kekurangajaran kamu terhadap saya."
Caca yang baru kali ini menatap wajah Zafran dengan jarak sedekat itu kini membeku dan berulang kali meneguk salivanya dengan sulit. Sejak kapan laki-laki berwajah datar ini mempunyai visual bak aktor luar negeri? Begitu heran Caca dalam benaknya.
Zafran menegakkan tubuhnya kembali, dia menatap Caca yang masih diam membeku dengan tatapan dingin.
"Besok seusai olahraga pagi, ikut saya ke luar."
"Dih, nggak mau!"
"Saya nggak nanya kamu mau atau nggak, ini perintah."
"Nggak, sekali nggak ya enggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words (2021)
RomanceCaca mencintai Marel, tapi Marel tidak tahu dan tidak akan pernah mengetahui hal itu. Sebab bagi Marel, Caca hanya adik kecil yang selalu menjadi kecil di matanya. "Mas Marel dan Mbak Anin bakalan nikah, Ca. Besok Mas Marel bakalan datang buat ngel...