15. Tidur Lagi
Caca berlari menuju bus yang sudah diisi oleh mahasiswa-mahasiswi kampusnya. Dia kebingungan mencari dimana bus milik angkatannya, dikala kebingungan tiba-tiba salah satu tentara perempuan menghampiri Caca.
"Dek, kamu kenapa belum naik?" tanyanya.
"Aduh, Bu-, eh Kak ini saya nggak tau bus punya tingkat saya yang mana."
"Kamu tingkat berapa?"
"Tingkat dua kak."
"Udah berangkat lima menit yang lalu."
"Yah, terus gimana kak?"
"Yaudah terpaksa kamu ikut ke bus panitia."
"Hah?"
"Iya, tapi bukan bus gede kayak gini. Mini bus."
Caca menghela napasnya, memang buah dari keterlambatan tidak pernah menyenangkan. Alih-alih bernyanyi diatas bus bersama teman-temannya, Caca malah duduk diantara para tentara.
"Loh Vin, kok bawa mahasiswi ke mobil kita?" tanya rekan tentara kowad yang membawa Caca.
"Biasa lah, bang. Ketinggalan dia, kayaknya telat banget, ya kan?" tebak Kowad bernama Alivina alias Vina.
"Hehe, iya Pak-,"
"Jangan pak dong, ketuaan banget saya jadinya."
"Terus?"
"Mas aja, kalau boleh sih sayang-," jawaban nyeleneh dari tentara laki-laki itu membuat Vina memukul lengan Abang lettingnya itu.
"Jangan genit, Bang. Nanti Bang Zafran liat abis kamu."
"Ya jangan bilang lah."
Vina menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah tengil Ramzi alias Mas Tentara yang centilin Caca. "Namanya siapa?" tanya Vina.
"Karisa, Kak."
"Namanya lucu, kayak permen. Yaudah kamu naik gih ke bus. Ada bangku kosong di depan, duduk disana aja."
"Oke, Kak."
Caca naik ke mobil, ternyata didalam masih sepi. Caca buru-buru mencari kursi yang Vina maksud, kursi paling depan. Tapi apa mungkin itu kursi kosong? Kalau ternyata itu sudah ada yang milikin bagaimana? Apa Caca harus duduk di kursi barisan kedua dari kursi depan saja?
Tidak mau berpikir lama-lama, Caca memutuskan untuk duduk saja di kursi paling depan. Toh, ini yang Vina intruksikan tadi. Caca mencari posisi enaknya, duduk dipinggir dekat kaca bus adalah posisi terbaik untuk Caca. Dia mengeluarkan earphone miliknya dan menghidupkan playlist teman perjalanannya. Tak lupa Caca memakai topi hitam milik laki-laki yang dulu katanya pernah duduk di sebelahnya saat di bus. Setelah dilihat lebih teliti, ternyata itu bukan topi polos biasa. Dipinggir topi itu ada bordiran inisal nama.
Zaf.
"Zaf? Zaffi? Zeffrey? Eh itu mah Jeffrey ya, ah tau deh."
Lelah memikirkan kepanjangan dari inisial itu Caca memilih memakai topi itu untuk menutupi sebagian wajahnya, karena dia sudah mengambil ancang-ancang tidur.
***
Caca benar-benar sudah seperti orang mati kalau tidur, jadi tidak heran dia nampak tidak terganggu dengan keberisikan para tentara yang ada di dalam mobil itu. Apalagi mobil sudah berjalan sejak lima belas menit lalu, Caca makin anteng dan nyenyak karena AC minibus itu membuat Caca berasa tidur di dalam kamarnya sendiri.
Namun selelap-lelapnya Caca tidur, saat mobil mengebut saat di depannya terdapat polisi tidur, Caca dibuat kaget. Apalagi posisi kepalanya langsung berubah menjadi kesamping dari awalnya bersandar di jendela.
Tapi kejadian itu tidak membuat Caca terbangun, dia malah semakin dibuat mengantuk saat hidungnya merasakan aroma menenangkan dari si pemilik pundak yang tidak sengaja Caca jadikan sandaran. Saking nyamannya Caca sampai tidak sadar dia menyelipkan tangannya di lengan si pemilik bahu itu dan menggenggam tangan besarnya.
Fakta menariknya adalah saat ini Caca malah bermimpi sedang berada di sofa rumahnya duduk bersama Mas El yang sedang asik bermain ponsel disebelahnya. Makanya Caca jadi tidak sadar kalau yang saat ini dia genggam tangannya bukanlah orang yang ada di dalam mimpinya.
"Tumben nggak bau molto," igaunya.
Melihat Caca yang terlihat nyaman membuat si laki-laki yang sedang Caca sandarkan tidak bisa berkutik. Pasrah, hanya itu saja jalan yang laki-laki itu lakukan setidaknya sampai bus berhenti.
"Kar-," Vina yang agak terkejut dengan kejadian ini hendak membangunkan Caca namun di cegah oleh laki-laki yang duduk di sebelah Caca.
"Biarin aja sampai bus berhenti, dia nggak sadar juga."
"Tapi nggak apa, Bang Zafran di giniin?"
Zafran, nama laki-laki itu Zafran. Dia hanya mengangguk ringan sebagai jawaban.
Vina sebenarnya tidak enak, apalagi yang membawa Caca kesini itu Vina. Tapi karena Zafran sudah mengatakan tidak apa-apa maka Vina hanya bisa menurut saja, dia kembali duduk di kursi seberang.
Zafran melirik Caca yang makin memeluk erat lengannya. Wajah kamu dan datar Zafran mendadak mengeluarkan senyum tipisnya, senyum yang tidak sembarang orang bisa lihat dari sosok Zafran.
"Bocah aneh."
Bersambung...
***
Zafran mulai muncul ke permukaan, wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words (2021)
RomansaCaca mencintai Marel, tapi Marel tidak tahu dan tidak akan pernah mengetahui hal itu. Sebab bagi Marel, Caca hanya adik kecil yang selalu menjadi kecil di matanya. "Mas Marel dan Mbak Anin bakalan nikah, Ca. Besok Mas Marel bakalan datang buat ngel...