Bab 48 : Melepaskan

9.6K 388 16
                                    

Setelah malam buruk yang menimpa Caca, ayah bersikap lebih overprotektif kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah malam buruk yang menimpa Caca, ayah bersikap lebih overprotektif kepadanya. Sudah seminggu lebih Caca di antar jemput oleh Ayah dan El, bahkan rasa-rasanya Caca seperti kembali di masa sekolah dasar karena harus menunggu jemputan orang tuanya di depan gerbang kampus.

"Hari ini Caca mau bawa motor sendiri, boleh ya Yah?" Caca memohon kepada Ayah yang tengah sibuk memperbaiki kipas angin di teras rumah.

"Enggak, nanti Ayah aja yang anterin Caca."

"Tapi, Yah. Caca kan cuma sebentar doang ke kampusnya, cuma acc proposal aja ke dosen wali terus pulang lagi, nggak nyampe satu jam kok."

Mendengar kerasnya Caca memohon pada Ayah, El yang baru saja pulang dari jadwal penerbangannya menghampiri keduanya. Dia mengelus puncak kepala Caca dengan lembut, "Nurut aja deh, Ca. Ayah cuma mau kamu aman."

"Tapi, Mas. Kan kasihan Ayah kalau bolak balik ke kampus Caca. Lagian jaraknya jauh loh, Mas."

"Cuma satu jam aja kan, nanti Ayah tungguin di parkiran."

Caca menghela nafas, semakin dia lawan semakin keras Ayahnya untuk menolak permintaan Caca.

"Kalau misalnya Caca perginya sama Olin, boleh?" tanya Caca.

"Olin pergi naik apa?"

"Mobil, dia bawa mobil. Jadi aman kok!"

Kini giliran Ayah yang menghela nafas, dia menyubit pipi putri bungsunya itu. "Oke, tapi janji harus telepon ayah kalau udah sampe kampus."

"SIAP BOS!"

Setelah mendapatkan ijin dan sang Ayah, Caca bergegas pergi ke dalam untuk bersiap-siap. Namun malangnya, dia mendapatkan berita bahwa dosen wali yang hendak dia temui sedang tugas di luar kampus. Alhasil, ijin yang mati-matian Caca peroleh kini sia-sia. Caca merebahkan dirinya di kasur, telentang menghadap langit-langit kamar yang nampaknya baru saja di cat ulang oleh Ayah.

Ingatannya berputar saat malam kejadian buruk itu, jika saja Tirta tidak datang tepat waktu. Mungkin Caca sudah habis oleh laki-laki sialan itu.

"Kalo diingat-ingat, gue belum ngasih apa-apa ke Mas Tirta dan Mas Marel."

Teriakan Bunda memanggil Caca membuat Caca bangkit dari tidurnya. Dia bergegas ke dapur yang membuat Bunda seharian ini sibuk. Di meja tersaji banyak kue-kue, beberapa diantara sudah di bungkus dengan raih oleh Bunda seakan siap di antar.

"Ada apa, Bun?"

"Loh, katanya kamu mau ke kampus? Ini Bunda udah masakin kamu nasi goreng."

"Nggak jadi, Bun. Dosennya nggak dikampus."

"Walah, yaudah mending kamu anter kue yang dimeja itu ke rumah Mas Marel."

Caca mengernyitkan dahi, tidak biasanya Bunda membagikan kue ke tetangga terlebih lagi ini untuk Mas Marel yang semenjak pembatalan pernikahan Marel dan Anin, Bunda menjadi canggung dengan keluarga Marel.

Three Little Words (2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang