14. Persiapan
Caca memasukkan beberapa pakaian selama seminggu dan juga barang-barang yang diwajibkan untuk dibawa. Ini semacam Ospek berkedok kemah, pasalnya kemah tahun ini benar-benar bikin naik tensi. Sudah jadwalnya mendadak ditambah banyaknya barang bawaan untuk kegiatan disana, padahal Caca kira kalau panitianya dari orang luar kampus maka akan dimudahkan. Boro-boro mudah, ini malah dua kali lipat lebih nyusahin!
Disaat sibuk menyiapkan barang-barangnya, Anin tiba-tiba datang ke kamar Caca membawa sekantung makanan ringan.
"Ca, Mbak beliin kamu ini. Siapa tahu kamu nggak sempet beli snack tadi."
Caca hanya melirik bungkusan minimarket itu dan berdehem sebagai jawaban. Dia masih sibuk melipat pakaiannya.
"Mbak bantuin ya," Anin menawarkan bantuan.
"Nggak usah, Caca bisa sendiri."
"Ca, maaf soal kemarin. Harusnya Mbak nggak maksa kamu buat batalin kemping kamu. Maaf ya jadi buat kamu kesel?"
Caca menghela napasnya, dia lalu merubah posisi duduknya menatap sang Kakak. Dia tersenyum, "Mbak nggak sepenuhnya salah kok, Caca juga harusnya nggak perlu sensi gitu. Maaf ya, mood Caca nggak baik waktu itu."
Anin tersenyum dan mengangguk, "Baikan?" ucapnya sembari mengulurkan jari kelingkingnya. Caca terkekeh, kalau sudah berhadapan dengan sikap manis Kakaknya ini siapa yang tahan marah? Jelas Caca balas mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kakaknya itu. Mereka tertawa geli atas kejadian baikan ini.
"Kalau emang nggak bisa balik sebelum Mbak Anin tunangan, nggak apa Ca. Asalkan Caca bisa tuntasin apa yang Caca rencanakan."
Caca mengangguk.
"Oh iya, tadi Mbak dikirimin foto cincin tunangannya sama Mas Marel. Mau liat?"
Caca mengangguk dengan canggung, Anin dengan antusiasnya menunjukkan foto yang dikirimkan melalui whatsapp dia dan Marel. Tepat diatasnya nama si pengirim yang tertulis manis di kontak Anin; Mas Marel<3. Caca mengigit bibirnya menahan tangisnya atas luka kekecewaan yang makin hari makin menjadi.
"Bagus nggak?" tanya Anin.
"Bagus banget, Mbak!"
Anin tersenyum senang atas reaksi Caca.
"Mbak, Caca mau lanjut siap-siap nih."
"Oh iya, kalau gitu Mbak keluar ya. Kalau perlu apa-apa bilang Mbak ya?"
Caca mengangguk. Anin lantas pergi meninggal kamar Caca. Seperdetik usai pintu tertutup rapat, air mata Caca lolos dengan mulusnya. "Wah, Ca lo aktris the best! Kalau ada award lo pasti masuk nominasi Aktris terbaik!"
Dia menggelengkan kepalanya saat hatinya menyuruhnya untuk galau saja malam ini, menangis semalaman sampai mata bengkak. Namun Caca masih waras untuk membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihannya, apalagi besok dia harus tampil dengan bugar untuk perjalanan ke lokasi perkemahan.
Sambil mengusap air matanya, Caca kembali melipat pakaiannya dengan semangat berkata, "Nggak ada ya Ca galau-galau malam ini, lo sibuk banget ya anjing! Inget lo masih harus persiapan kemah!"
"SEMANGAT CACA!" teriak Caca.
"Caca jangan berisik udah malem!" tegur Ayah yang kamarnya bersebelahan dengan Caca.
"MAAF YAH!"
***
Alarm berbunyi kesekian kalinya, suara tetangga sebelah sudah memekikkan telinga. Namun Caca masih setia dengan mimpi-mimpinya, hingga teriak sang Bunda mengajaknya keluar dari mimpi indahnya.
"Caca, ya Allah ini udah jam setengah sembilan Ca! Katanya mau berangkat jam sembilan!"
Mendengar waktu sudah dekat, Caca langsung membuka matanya lebar dan bergegas ke kamar mandi. Tidak perlu waktu lama Caca mandi, dia kini dikejar waktu. Sembari memakai pakaiannya, Caca terus melirik jam dinding kamarnya memperkirakan waktu yang tersisah. Ponselnya sendiri terus berdering memunculkan kontak Olla.
"Hallo, La?"
"Lo dimana anjing, buruan ke sini!"
"Sabar, gue lagi siap-siap anjir!"
"Buruan, ini udah dateng mobilnya. Bentar lagi diabsen anjir!"
"Gue otw, gue tutup ya."
Dengan buru-buru Caca mengendong ranselnya yang sudah dia siapkan. Tak lupa beberapa tentengan tas tambahan Caca bawa. Caca mengambil kunci motor milik Mas El dan menarik Mas El yang sedang duduk di teras menyeruput kopinya.
"Buset, Ca. Ini Mas kenapa di tarik-tarik heh!" sungut Mas El.
"Udah telat, buruan anterin Caca ke kampus!"
"Mas ganti celana dulu, ya kali pake boxer gini!"
"Ck, nggak usah ini udah telat banget!"
"Yowes-yowes, buruan naik."
Caca naik ke atas motor, saat hendak berjalan Caca memukul pundak Mas El dengan keras agar berhenti. Dia buru-buru masuk ke rumah kembali berlari ke kamarnya mencari barang yang hampir saja terlupa olehnya. Saat sudah ditemukan, Caca malah menemukan topi hitam milik laki-laki yang dia temui di bus beberapa waktu lalu. Caca sampai lupa kalau topi ini masih ada pada dirinya, tanpa pikir panjang Caca membawanya dan buru-buru pergi ke luar lalu naik ke atas motor.
Semoga saja nggak telat!
Begitu doa Caca.
Bersambung...
***
Segitu dulu ya, kemungkinan aku besok nggak update dulu soalnya sibuk persiapan masuk sekolah:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words (2021)
RomanceCaca mencintai Marel, tapi Marel tidak tahu dan tidak akan pernah mengetahui hal itu. Sebab bagi Marel, Caca hanya adik kecil yang selalu menjadi kecil di matanya. "Mas Marel dan Mbak Anin bakalan nikah, Ca. Besok Mas Marel bakalan datang buat ngel...