Seusai membawa pulang Zafran, Caca akhirnya bisa bernapas lega begitu menerima kabar dari pria tersebut bahwa segalanya sudah dia selesaikan. Baik itu tentang dendam, kesalahpahaman, sampai pertikaiannya dengan Tirta. Semalaman Zafran dan Caca hampir tidak tidur oleh panjangnya cerita Zafran yang perlahan membuka diri dengan sang pujaan. Cerita pertemanan sampai adik kesayangannya yang begitu manis dia ceritakan membuat keduanya lupa akan waktu.Diakhir percakapan, Zafran menutup dengan sebuah janji temu. Dia mengatakan bahwa dirinya perlu berbicara serius dengan Caca. Gadis yang sedang dimabuk asmara ini tidak naif, dirinya bahkan berspekulasi jika hal penting yang Zafran ingin sampaikan menjurus kepada keseriusannya terhadap hubungan mereka. Biarlah Caca dianggap sebagai anak bau kencur yang ngebet nikah. Karena memang faktanya Caca seserius itu dengan Zafran dan yakin bahwa dia lah cinta terakhirnya. Sebab Zafran adalah pacar pertama Caca, jadi tidak salah jika Caca mengharapkan hal lebih kepadanya.
Mendekati jam temu, Caca masih memoles wajahnya dengan perias. Jantung terus berdegup kencang bila membayangkan rangkaian romantis apa yang akan Zafran sampaikan padanya.
"Ca, kamu tau obeng Mas dimana nggak-, eh, eh, cantik banget sih adek Mas El?" El masuk ke dalam kamar sang adik dengan maksud mencari obeng, akan tetapi dirinya dikejutkan dengan Caca yang sedang bersiap pergi.
"Caca nggak tau, tanya Ayah gih."
Alih-alih pergi, El malah menarik kursi Caca hingga menghadapnya. "Mau kemana sih, Ca?"
"Ada deh, udah ah sana."
"Cih, pasti mau ketemu si pacar tuamu itu."
"Heh, dia nggak tua ya!"
"Nggak tua gimana, wong dia sama Mbakmu masih tuaan dia."
Caca membeku dengan wajah tersenyum kaku, "Ya emang sih, tapi kan seenggaknya nggak melewati usia Mas El."
"Dek, cuma beda dua tiga tahun doang. Tetep tua!"
Caca mencubit perut kakak laki-lakinya itu hingga terdengar ringisan kecil darinya, "Yaudah sih, umur cuma angka. Yang terpenting dia baik dan sayang sama Caca. Harusnya Mas El seneng dong Caca dapet pasangan yang mengayomi."
El terkekeh, dia mencubit pipi adiknya itu. "Bicaramu, Ca. Kayak mau nikah besok aja."
"Nggak ada yang tau loh, Mas."
"Astaga, kamu tega langkahin Mas dan Mbakmu?"
Mendengar kata melangkahi itu membuat Caca termenung sekejap.
"Caca sayangku, cintaku. Aa Dilan datang membawa cilor kesukaanmu sayang!"
Caca menghela napas, belum hilang satu muncul pula pengganggu lainnya.
"Eh, ada Mas El juga. Mau pergi ya?" tanya Dilan yang begitu masuk di sambut wajah datar El dan Caca.
"Lan, menurut kamu Bujangan lapuk tetangga sebelah itu baik buat Caca?" tanya El dengan sinis.
"Hah, bujang lapuk sebelah? Emang ada yang bujang lapuk di komplek ini selain Mas El?"
Satu tepukan maut mendarat di bahu Dilan, "Jangan bercanda ya kamu, Dilan."
"M-maaf mas, tapi Dilan nggak tau siapa yang mas maksud."
Caca melerai El dan Dilan, "Nggak usah dengerin Mas El. Mending sekarang lo anterin gue."
"Ada uangnya nggak?"
"Ada. Mas El, Caca pamit ya. Jangan lebay, Caca nggak bakalan kawin lari juga kok."
"Ca, tapi-,"
"Ayo, Lan!"
Caca tidak mengerti kenapa kakak laki-lakinya terlihat tidak menyetujui hubungannya dengan Zafran. Padahal selama ini, Zafran tidak pernah menunjukkan perangai yang menjengkelkan di depan kakak laki-lakinya ataupun keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words (2021)
RomanceCaca mencintai Marel, tapi Marel tidak tahu dan tidak akan pernah mengetahui hal itu. Sebab bagi Marel, Caca hanya adik kecil yang selalu menjadi kecil di matanya. "Mas Marel dan Mbak Anin bakalan nikah, Ca. Besok Mas Marel bakalan datang buat ngel...