Bab 47 : Antara Zafran dan Tirta

9.6K 351 1
                                    

Agak panjang semoga ga monoton

Agak panjang semoga ga monoton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

47. Antara Zafran dan Tirta 

Setelah menerima keterangan dari Caca selaku korban dan dua saksi yaitu Tirta dan Marel, Caca dibawa ke klinik depan kantor polisi untuk diperiksa dan diobati. Zafran membiarkan Anin menemani Caca sebagi kakak perempuannya, oleh karena itu Zafran memilih pergi ke parkiran kantor polisi untuk merokok. Ya, seperti yang diketahui bahwa Zafran bukan perokok aktif tetapi malam ini dia membiarkan dirinya menyentuh nikotin itu kembali. Hanya untuk malam ini saja.

Sialnya, niatnya untuk menghisap nikotin di parkiran diurungkannya karena melihat sosok Tirta yang lebih dulu duduk di sana sambil merokok. Zafran hendak berbalik arah, namun langkah terhenti oleh kalimat yang dilontarkan Tirta dengan nada dingin namun tegas. "Zafran, aku harus bicara serius denganmu tentang hubunganmu dengan Caca."

Zafran yang masih diliputi kekhawatiran dan kemarahan menatap Tirta dengan sorot mata tajam. "Apa maksudmu?"

Tirta mendekat, suaranya semakin serius. "Jika hubunganmu dengan Caca dibangun hanya untuk membalas kesalahanku di masa lalu terhadap Zahira, lebih baik kamu tinggalkan Caca secepat mungkin. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan dosa yang aku lakukan."

Mendengar kata-kata itu, Zafran langsung meledak marah. "Apa kau pikir aku sejahat itu? Memang, awalnya aku ingin mendekati Caca untuk menyakiti dia karena dia dekat denganmu. Aku akui itu. Tapi seiring waktu, aku benar-benar mulai mencintai Caca. Perasaan itu berkembang dan aku menyadarinya sejak perpisahan di perkemahan. Lagi pula, hubunganku ini tidak ada urusannya denganmu."

Tirta, dengan tatapan skeptis, menggelengkan kepala. "Aku belum 100% percaya, Zafran. Caca pantas mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintainya, bukan seseorang yang awalnya berniat untuk balas dendam."

Zafran mendekat, dengan emosi yang berkobar. "Aku tahu aku salah di awal. Tapi perasaanku adalah tanggung jawabku, hubunganku dengan Caca tidak akan berakhir dengan permintaan orang asing. Dan lagipula kau tau aku bukanlah orang yang tidak bertanggung jawab atas orang yang aku cintai."

Perkataan Zafran jelas-jelas menyindirnya, Tirta tahu itu. Namun, Tirta tidak menyerah. "Zafran, kamu selalu menyalahkan aku atas kematian Zahira. Tapi kau tidak pernah tahu seluruh ceritanya."

Zafran membeku, mata penuh dengan kemarahan dan luka lama yang terbuka kembali. "Apa ini, Tirta. Kau tau Zahira meninggal karena keteledoranmu. Apakah kau sudah menunjukkan jadi dirimu sekarang dengan menyangkal dosamu?!"

Tirta menatap Zafran dengan mata penuh kepedihan. "Aku tidak menyangkalnya, aku hanya mengatakan bahwa dosaku yang kau sebut itu tidak sepenuhnya menjadi alasan Zahira memutuskan melakukannya. Zahira meninggal bukan hanya karena kesalahanku. Rasa bersalahnya terhadapmu adalah alasan terbesar dia mengambil jalan itu. Kau juga punya bagian dalam rasa bersalahnya."

Zafran terkejut, kata-kata Tirta menghantamnya seperti pukulan telak. "Apa maksudmu?"

Tirta menarik napas panjang, berusaha menahan emosinya. "Zahira selalu merasa dia mengecewakanmu. Dia merasa tidak bisa memenuhi harapanmu dan itu membebaninya. Kesalahanku memang besar, tapi rasa bersalahnya terhadapmu juga tidak bisa diabaikan."

Three Little Words (2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang