- Bagian 01 -

342 67 5
                                    

"Wah, bagus banget." Zweitson menatap kagum sekitarnya.

ENT1TY baru saja melakukan pindahan ke sebuah gedung yang terbilang cukup besar. Beberapa staf sibuk memindahkan puluhan kardus besar dari mobil ke dalam gedung.

"Ji." Zweitson tersenyum lebar ke arah Fajri.

"Iya, Son?" Fajri menoleh ke arah Zweitson dengan ekspresi yang tidak kalah bahagia.

"Kita keliling, yok." Ajak Zweitson penuh antusias.

"Ayok!" Fajri langsung menyetujuinya tanpa menunggu lama.

Zweitson dan Fajri berlari melewati lorong gedung dan memeriksa satu per satu ruangan seperti anak kecil yang sedang bermain, mengabaikan staf mereka yang sedang bekerja keras merapihkan barang-barang dalam gedung tersebut.

"Kagak percaya gue Kak Patrick bisa beli gedung sebesar ini." Gilang memperhatikan setiap sudut ruangan.

"Kenapa kita kagak pindah ke sini dari lama sih?" Fenly melipatkan kedua tangan di depan dadanya.

"Gedung kyk gini pasti mahal banget, kan?" Ucap Farhan yang berdiri di antara Gilang dan Fenly.

"Pernah ada tragedi kebakaran di gedung ini 20 tahun lalu dan udah dikosongkan cukup lama."

Tanpa mereka sadari, terdapat seorang laki-laki yang sudah berdiri di samping Fenly. Refleks, mereka menoleh kaget ke arah sumber suara tersebut.

"Eh, Kak Dimas." Fenly tersenyum tipis ketika menyadari produser musik mereka sudah berada di sampingnya.

"Patrick beli dengan harga murah karena tragedi itu." Tak menghiraukan sapaan Fenly, Dimas melanjutkan ceritanya.

"Tapi gedung ini masih bagus kok, kak." Ucap Farhan sembari melihat setiap sisi gedung.

"Iya, baru beres renovasi." Dimas tersenyum ke arah Farhan.

"Kalau gedung sebagus ini sih kita bakal semangat latihan." Gilang tersenyum lebar.

"Harus dong!" Dimas tersenyum lebar. "Ya udah, gue ke sana dulu ya." Dimas menepuk pundak Fenly sembari menunjuk salah satu lorong gedung.

"Oh, oke, kak." Fenly tersenyum sembari mengangguk.

Di sisi lain, Fiki dan Shandy sudah berada di dalam sebuah studio rekaman.

"Ini keren banget sih." Fiki tersenyum lebar sembari memegang satu per satu perlengkapan yang sudah tersusun rapih. "Kak Patrick hebat juga bisa dapet studio sekeren ini." Fiki menggeleng tak percaya.

"Ini udah lengkap banget sih, Fik." Shandy tersenyum sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rekaman. "Kita tinggal nyanyiin sebuah lagu dan dance aja." Shandy memegang sebuah microphone gantung, tersenyum lebar ke arah Fiki di luar ruangan.

Sementara member lain bersenang-senang dengan gedung baru, Ricky -sebagai leader dan member tertua lebih memilih untuk membantu staf membersihkan sebuah ruangan penuh cermin yang akan mereka gunakan untuk latihan. Ricky memasukkan cairan pembersih perlahan ke dalam sebuah ember yang berisi air. Ricky mengambil pel pembersih dan memasukkannya ke dalam ember tersebut.

"Rik, biar saya saja." Seorang staf menghampiri Ricky dan berusaha untuk membantunya.

"Oh, gak apa-apa kok, kak." Ricky menoleh ke arah staf tersebut sembari menggeleng ringan. "Ricky bisa sendiri, kak. Ricky juga mau ikut bantu." Ricky tersenyum tipis.

"Yakin, Rik?" Tanya staf tersebut dengan ragu.

"Iya, kak. Kalau ini doang Ricky juga bisa kok." Balas Ricky dengan yakin.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang