- Bagian 12 - ⚠️

169 46 2
                                    

Ricky menatap fokus layar komputernya yang menampilkan beberapa berita lain tentang Radhil dan lagu White. Saat sedang membaca dengan seksama semua tulisan di depan Ricky, tiba-tiba ekor matanya menangkap sosok. Dengan cepat, Ricky menoleh kaget ke arah sampingnya. Terlihat Gilang yang terdiam berdiri di sampingnya.

"Gilang?!" Dengan cepat, Ricky menutup website yang sedang dia baca. "Sejak kapan lu di sini?" Ricky berdiri.

"Lu juga berlatih semalaman?" Gilang tak sedikitpun menoleh ke arah Ricky. "Gue yakin kagak ada orang di luar sana yang tau kalau boygrup ngelakuin ini." Lanjut Gilang datar.

"Emang seharusnya gitu, kan?" Ricky mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Bernyanyi juga merupakan pekerjaan."

"Gue pikir, gue cuma perlu latihan. Ternyata gue bodoh." Ucap Gilang pelan.

Perlahan, Ricky kembali menoleh datar ke arah Gilang.

"Mereka membentuk UR BOYS dari sekelompok laki-laki yang baru saja masuk agensi dalam beberapa bulan." Jelas Gilang. "Sedangkan gue menghabiskan waktu bertahun-tahun." Gilang terlihat masih menyimpan dendam. "Maaf, gue center sekarang." Gilang menoleh cepat ke arah Ricky, memberikan tatapan tajam.

"Lang, gue bener-bener punya firasat buruk sama lagu ini." Ricky berusaha kembali menjelaskan kepada Gilang.

Perlahan, Ricky ingin menyentuh pundak Gilang. Namun, Gilang menahan tangan Ricky dengan cepat.

"Kenapa? Lu kagak terima? Lu mau jadi center?" Gilang tersenyum mengejek. "Gue kagak bakal nyerah, apalagi sama penari latar kyk lu." Ucap Gilang tegas.

Dengan kesal, Ricky memegang pergelangan tangan Gilang -yang menahan tangannya. Ricky berusaha melepaskan tangan Gilang, tapi Gilang menggenggamnya dengan sangat kuat. Percobaan kedua Ricky dapat melepaskannya.

"Gue bilang berhenti, atau leher lu bakal terkilir." Ricky menatap tajam Gilang dan berjalan meninggalkannya.

꙰꙰꙰

Di dalam ruang latihan, Gilang melakukan beberapa gerakan dance sederhana. Dengan pencahayaan yang cukup redup, seluruh cermin di depan Gilang diatur sedemikian rupa sehingga dapat memantulkan refleksi dirinya dari segala arah. Suasana yang sangat hening, hanya suara jarum metronome dan pijakan sepatu yang mengiringi setiap gerakan Gilang.

Gilang melakukan satu per satu gerakan dance dengan sangat bagus. Suhu tengah malam terbilang dingin tapi keringat sudah memenuhi wajah Gilang. Sesekali, Gilang menciptakan gerakan gelombang cepat dengan kedua tangannya. Dari 10 cermin di hadapannya, salah satu cermin menghasilkan refleksi gerakan Gilang yang terbilang cukup telat, dengan selisih 3 detik. Namun, karena cermin tersebut terletak pada bagian samping, Gilang masih belum menyadarinya.

Gilang terus melakukan beberapa gerakan dengan sungguh-sungguh. Saat melakukan gerakan kaki, Gilang sedikit hilang keseimbangan sehingga dia memutar dan nyaris terjatuh. Bersyukur Gilang masih bisa menahan tubuhnya dan kembali berdiri tegak, membelakangi cermin. Ekor mata Gilang menangkap refleksi dirinya yang telat pada salah satu cermin.

Perlahan, Gilang menoleh ke belakang untuk memastikan semua refleksi dirinya sesuai. Gilang memperhatikan satu per satu cermin di depannya dan tidak ada yang salah sama sekali. Tiba-tiba, lampu kecil di ujung ruangan mati begitu saja, menyisakan Gilang di dalam kegelapan ruang latihan dan hanya tersoroti cahaya bulan dari kaca ventilasi. Ruang latihan yang semula diterangi oleh warna jingga redup -sedikit kebiruan, kini berubah menjadi biru mencekam -nyaris gelap.

Gilang melangkahkan kakinya perlahan menuju cermin -yang sebelumnya dia duga telat merefleksikan dirinya. Gilang berhenti tepat di hadapan cermin tersebut. Perlahan, Gilang melambaikan tangan kanan di depan wajahnya. Cermin itu benar-benar mengikuti gerakan Gilang, tanpa telat sedikitpun. Gilang mulai mempercepat lambaian tangannya dan tetap terefleksikan dengan baik oleh cermin tersebut. Gilang menyentuh permukaan cermin dan menggerakan jarinya perlahan. Semua terlihat baik-baik saja. Dengan cepat, Gilang memukul pelan cermin di depannya. Cermin tersebut sedikit bergerak akibat dorongan dari tangan Gilang. Namun, tidak ada sedikitpun keanehan pada cermin tersebut.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang