- Bagian 20 -

164 46 3
                                    

Sebuah musik berputar memenuhi satu studio. Di atas panggung, terlihat beberapa penyanyi jadul yang sudah cukup berumur sedang menyanyikan lagu era 90' dengan bahagia. Setelah musik berhenti, penyanyi jadul tersebut langsung turun dari atas panggung. Tak lama, masuk lima orang laki-laki yang jauh lebih muda dari penyanyi sebelumnya.

Ya, kelima member ENT1TY kini diminta menjadi MC pada acara musik jadul. Setelah sadar dari koma pada tujuh hari lalu, luka mereka mulai sembuh perlahan dan mereka bisa beraktivitas kembali pada hari ini dengan tubuh yang sudah membaik. Mereka berbaris rapih di depan kamera dengan perasaan yang tidak nyaman, keringat mengalir pada wajah dan leher mereka. Masing-masing dari mereka memegang mic.

"Itu adalah penampilan yang sangat bagus." Fajri membaca tulisan pada layar monitor sembari memaksakan senyum. "Apa selanjutnya?" Suara Fajri terdengar bergetar.

"Sebuah lagu dari air mata cinta yang terlupakan, Putri Cantika akan menyanyikannya untuk kita." Fiki membaca dialog bagiannya yang tertera pada layar monitor. "Kesedihan." Ucap Fiki pelan.

"Oke, CUT!" Ucap salah seorang videographer.

Semua senyum terpaksa dari kelima member tersebut langsung luntur, menghela nafas panjang. Mereka menyeka keringat yang terus mengalir, tanpa henti.

"Itu untuk latihan." Teriak salah satu staf di sana. "Bersiaplah. Kami akan mulai dalam 30 menit lagi."

Kelima member ENT1TY menuruni panggung tanpa semangat. Tanpa sengaja, Gilang melirik ke arah pintu masuk dan terlihat ketiga member lainnya berdiri di sana bersama Bernice, menatap datar ke arah mereka. Ricky, Shandy, dan Zweitson datang dengan pakaian yang sangat rapih. Mereka sudah bersiap menuju acara Music Fever Chart.

"White... Rayhan Fadhil... Kalian berharap kami percaya hal bodoh itu?" Ucap Farhan datar.

Seluruh member ENT1TY dan Bernice kini duduk bersama pada salah satu sisi ruangan. Ricky berusaha menceritakan semua hal yang sudah terjadi kepada lima temannya. Sementara itu, Shandy hanya terdiam di samping Fiki. Begitu pula dengan Zweitson yang menemani Fajri.

"Kalian yang mengalami semua hal itu langsung, kan?" Ricky menatap Farhan datar.

"Gue masih belum bisa mempercayainya." Fenly menggeleng pelan dalam tunduknya.

"Kagak ada penjelasan lain tentang hal itu." Ucap Ricky pelan.

"Kenapa kagak ada?" Tanya Farhan cepat. "Bisa aja lu yang udah sabotase kami. Bisa aja lu yang racuni Fiki dan Fenly." Farhan menatap tajam ke arah Ricky.

"Farhan." Ricky menatap tajam Farhan. "Jaga omongan lu!" Ucap Ricky tegas.

"Jangan ceritakan hal itu." Ucap Farhan cepat. "Lu pikir semua omongan lu masuk akal?!" Farhan mulai kesal dengan Ricky. "Seorang trainee membakar gedung agensi karena kena bully trainee lain."

"Semuanya udah berakhir sekarang. Lu kagak perlu memulai perdebatan lagi." Ricky menaikkan nada suaranya. "Polisi juga udah konfirmasi hal itu."

"Karena mereka kagak kenal bidang ini." Ucap Fenly pelan.

"Orang selemah apa yang bunuh diri dengan cara konyol seperti itu?!" Ucap Farhan cepat. "Apa mungkin lu juga pernah berpikir buat bakar gedung agensi? Bukankah mental lu selemah itu?" Farhan menatap tajam Ricky.

Ricky membuang wajahnya cepat, mendengus kesal.

"Hubungi gue kalau kalian udah kehabisan panggung." Ucap Ricky penuh penekanan. "Biar gue tau kapan gue bisa punya bukti kalau lu adalah penari latar yang sesungguhnya." Ricky menatap tajam Farhan. "Sampai jumpa."

Ricky berdiri dengan ekspresi kesal dan langsung bersiap untuk keluar studio. Farhan terdiam, menatap punggung Ricky. Baru saja beberapa langkah, Gilang langsung menghalangi jalan Ricky. Ricky menghentikan langkahnya, menatap heran Gilang yang menunduk di depannya.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang