- Bagian 16 -

176 46 6
                                        

Hari sudah mulai gelap, Bernice dan ketiga member ENT1TY sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat. Mereka berada dalam satu mobil dengan Shandy sebagai pengemudi. Suasana dalam mobil sangat hening, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ricky terdiam, menatap keluar mobil.

"Rik." Panggil Bernice pelan -yang duduk tepat di samping Ricky.

Ricky menoleh pelan ke arah Bernice, tak berkata apapun.

"Apa yang lagi lu pikirin?" Bernice menatap Ricky khawatir.

"Ricky rasa, Ricky juga mau jadi center." Ricky menunduk perlahan.

Refleks, Zweitson menoleh kaget ke arah Ricky -yang duduk di belakangnya. Begitu pula dengan Shandy yang langsung melihat Ricky dari spion dalam mobil.

"Lu bercanda, kan?" Tanya Bernice, meyakinkan bahwa dia tidak salah mendengar.

"Ricky udah sejauh ini. Ricky harus mendapatkannya sampe akhir." Ucap Ricky pelan.

"Tapi Rik, tentang temen yang lain..." Ucap Zweitson.

"Gue gak akan pernah tau apa yang terjadi sama mereka selama ini." Ricky memotong kalimat Zweitson dengan cepat. "Satu-satunya cara adalah gue harus jadi mereka." Lanjut Ricky pelan.

"Rik, gue tau kita harus selesaiin semua ini tapi bukan dengan cara mati konyol hanya karena alasan harus jadi mereka." Ucap Shandy datar. "Semua kontrak kita udah dibatalkan. Kenapa lu tiba-tiba mau jadi center?"

"Berada di puncak Music Fever Charts, episode 200." Ucap Ricky pelan. "Kita masih ada harapan."

"Iya, kita masih ada harapan berada di sana." Shandy mengangguk pelan. "Tapi kita belum tentu punya harapan hidup kalau lanjutin semuanya." Lanjut Shandy cepat dengan nada kesal.

Seketika, suasana dalam mobil kembali hening dan terasa dingin. Shandy dan Zweitson kembali menatap lurus -ke arah jalan. Bernice masih menatap khawatir ke arah Ricky. Sementara itu, Ricky mendongakkan kepalanya perlahan. Ricky kembali menatap keluar mobil melalui jendela di sampingnya. Tanpa sengaja, Ricky melihat salah satu layar billboard yang terpasang pada sebuah gedung besar. Billboard tersebut menunjukkan video sebuah berita, satu per satu foto member ENT1TY terputar pada layar besar tersebut.

"ENT1TY? Akankah mereka bubar?"

꙰꙰꙰

"Sorry, gue kagak bisa temenin kalian." Bernice turun dari mobil Shandy tepat di depan apartemennya. "Gue percaya kalian bisa dapet banyak informasi. Kabarin gue nanti ya."

"Iya." Zweitson mengangguk pelan. "Makasih, Miss Bee."

"Kami duluan ya, Miss Bee." Ucap Shandy.

Perlahan, kaca mobil Shandy tertutup. Tak lama, mobil Shandy sudah melaju -meninggalkan Bernice.

Sepuluh menit sudah mobil Shandy tempuh, akhirnya mereka sampai pada tempat tujuan. Ricky, Zweitson, dan Shandy turun dari mobil satu per satu. Sebuah gedung yang cukup besar berdiri kokoh di depan mereka. Ricky mulai berjalan perlahan memasuki gedung tersebut, diikuti oleh Shandy dan Zweitson di belakangnya.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk."

Setelah dipersilakan dari dalam ruangan, mereka bertiga membuka pintu dan melangkah masuk.

"ENT1TY." Sebuah kursi berputar di balik meja. "Ricky, Shandy, Zweitson." Seorang laki-laki berumur sekitar 25 tahun tersenyum ke arah mereka bertiga. "Silakan duduk." Laki-laki itu menunjuk tiga kursi di depannya.

Mereka bertiga melangkah perlahan -mendekati kursi dan langsung duduk.

"Gimana kabar kalian?" Laki-laki dengan nametag 'Thirda Joshua' mendekatkan tubuhnya pada meja di depannya. "Dan gimana kabar temen kalian? Mereka udah sadar?" Joshua menatap satu per satu ketiga laki-laki di depannya.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang