- Bagian 22 -

160 47 3
                                    

Kriiing...

Terdengar nada dering smartphone staf yang sedang mengemudikan mobil. Tak menunggu lama, staf tersebut langsung menjawab panggilan dan menaruh smartphone di atas dashboard mobil.

"Ini dari Music Fever. Apa kalian sedang kemari?" Tanya seseorang dari ujung telepon.

"Iya, kami hampir sampai." Jawab staf tersebut.

"Kami memutar MR pada episode 199. Kami mematikan microphone tanpa sengaja." Jelas pihak Music Fever.

Refleks, ketiga member ENT1TY menoleh ke arah smartphone staf yang sedang melakukan panggilan.

"Apa? Saya tetap mendengar suaranya." Ucap staf tersebut -kaget.

"Ini sebenarnya bukan masalah besar." Ucap pihak Music Fever santai. "Bisakah anda memeriksa apakah CD MR dan AR (All Recorder) sudah diganti?"

"Tidak mungkin. Saya selalu memeriksanya." Ucap staf yakin.

"Tapi kami yakin microphone itu mati." Ucap pihak Music Fever tidak kalah yakin.

"Kami dapat mendengarnya." Ucap staf cepat. "Apa anda pikir hantu yang menyanyikannya?"

Ricky menelan kasar air liurnya. Perlahan, butiran keringat mulai keluar dari leher dan dahi Ricky. Mobil mereka memasuki lorong panjang yang cukup gelap dan tiba-tiba panggilan terputus.

"Halo?" Staf melirik ke arah smartphone. "Hey?"

Ricky menunduk perlahan, nafasnya terasa sesak saat ini. Sementara itu, Shandy dan Zweitson hanya terdiam. Mereka berdua tidak merasakan hal yang sama seperti Ricky. Tidak ada keringat dan nafas masih normal.

"Sial." Staf baru menyadari bahwa panggilan terputus.

Ricky merasakan ada seseorang di belakang yang sedang memperhatikannya -dari bagasi mobil. Keringat yang mengalir pada tubuh Ricky semakin banyak. Ricky meremas ujung bajunya -ketakutan.

꙰꙰꙰

"Apa yang mereka minum?" Tanya Bernice kepada pihak studio kelima member ENT1TY berada.

"Bahan kimia. Mereka meracuni diri mereka sendiri." Jelas seseorang di ujung telepon dengan cepat.

"Gue tau itu! Apa yang mereka minum?" Tanya Bernice cepat dengan nada kesal.

"Pemutih yang biasa anda gunakan untuk membersihkan lantai." Ucap pihak studio.

"Bentar." Ucap Bernice pelan. "Kalau lu minum itu, apa terasa panas?" Tanya Bernice, matanya mulai berkaca-kaca.

"Apa?" Tanya heran pihak studio.

"Apa lu bakal kepanasan kalau minum pemutih itu?!" Tanya Bernice kesal, keringat mulai mengalir pada pelipisnya.

"Tentu saja!" Ucap pihak studio cepat. "Ini 100% murni dan membakar segalanya dari tenggorokan sampai perut."

Perlahan, Bernice melepas genggamannya pada telepon agensi. Akhirnya, air mata Bernice terjatuh. Bernice mengambil salah satu kertas koran yang berisi foto Radhil.

"Seorang penari latar meracuni dirinya sendiri." Ucap Bernice pelan, menatap foto Radhil.

Di sisi lain, Dimas masih fokus dengan apa yang ada di layar komputernya, tak sedikitpun menghiraukan Bernice.

"Sekarang di sini sangat panas dalam hatiku."

"Sangat panas dalam hatiku."

"Dalam hatiku."

Bernice menyandarkan tubuh, menundukkan kepalanya perlahan.

"Berhentilah mencari." Ucap Bernice pelan.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang