- Bagian 10 -

169 43 4
                                    

"Itu hanya kesalahpahaman."

Puluhan wartawan sudah berkumpul di depan halaman rumah sakit dan berusaha untuk mewawancarai pihak agensi terkait live streaming Fenly yang menjadi trending pada beberapa akun media sosial. Belasan staf berusaha untuk menghalangi wartawan agar tidak masuk ke dalam rumah sakit.

"Efek samping dari berbagai macam zat berbahaya dalam skincare telah mengakibatkan syok saraf sistem." Jelas dokter kepada Patrick di ambang pintu ruang rawat.

Dalam sebuah ruang rawat yang terbilang cukup besar, ketiga member ENT1TY terbaring lemah dengan status masih koma. Beberapa alat medis terpasang rapih pada tubuh Fiki, Fajri, dan Fenly. Selain itu, kapas, kain kasa, dan gips terpasang sesuai dengan letak luka mereka masing-masing.

"Kapan dia bisa kembali naik panggung?" Tanya Patrick khawatir.

"Dia tidak mungkin bisa tampil di panggung dalam waktu dekat." Jawab dokter tegas.

Patrick memijat pelipisnya yang terasa pusing, menghela nafas panjang.

Pada tempat yang cukup jauh dari ruang rawat, kelima member ENT1TY duduk berkumpul. Suasana di antara mereka terasa sangat canggung, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Sekarang, kita cuma berlima." Ucap Zweitson pelan.

"Dan gue kagak punya saingan berat lagi buat jadi center." Gilang tak merasa sedih sedikitpun.

"Maksud lu, Lang?" Farhan menoleh cepat ke arah Gilang.

"Ya, di antara kita berlima, gue paling bisa di andalkan sama Kak Sandree." Ucap Gilang penuh percaya diri.

"Lu pikir kemampuan dance lu bisa bikin Kak Patrick milih lu jadi center?" Farhan menaikkan salah satu alisnya.

"Gue bisa minta Kak Sandree buat bilang Kak Patrick." Balas Gilang santai.

"Lu kagak inget semua masalah lu sama Kak Patrick?" Farhan menatap Gilang datar. "Dengan buruknya attitude lu selama ini, gue kagak yakin Kak Patrick mau pilih lu jadi center." Salah satu ujung bibir Farhan terangkat, mengejek.

"Maksud lu apa?!" Gilang menaikkan nada suaranya, kesal.

"Gue ngomong sesuai fakta kok." Ucap Farhan santai.

"LU..."

"KALIAN BISA DIEM KAGAK SIH?!" Teriak Shandy dalam tunduknya, memotong ucapan Gilang.

Refleks, semua member ENT1TY di sana menoleh kaget Shandy. Ruang rawat member ENT1TY yang berada terpisah dan cukup jauh dengan ruang rawat pasien biasa, membuat mereka tidak bisa dihampiri oleh sembarang orang. Hanya ada dokter, suster, pihak agensi, dan member ENT1TY.

"Serius, gue kagak paham sama jalan pikiran kalian." Shandy mendongakkan kepalanya perlahan. "Fenly. Bukannya kalian deket sama dia?" Shandy menoleh Farhan dan Gilang bergantian. "Kalian kagak ada rasa sedih sedikit aja?"

"Dia udah nyebar masa lalu gue. Apa gue harus tetep sedih sama kondisi dia?" Gilang menatap Shandy datar.

"Gue kagak peduli sama masalah lu dan Fenly." Shandy menatap Gilang. "Tapi ini bukan tempat buat kalian berantem, apalagi bahas center." Shandy mengalihkan pandangan ke arah Farhan.

"Shandy bener." Ucap Ricky pelan.

Detik selanjutnya, semua mata kini menoleh ke arah Ricky.

"Kagak seharusnya kita bahas masalah center ketika member yang lain dalam kondisi kritis kyk gini." Ricky menatap lurus ke arah lantai. "Mari kita tunda." Rick menatap satu per satu temannya di sana.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang