- Bagian 03 -

236 57 1
                                    

"APA LU BILANG? DIBATALIN?!" Patrick sudah siap mendaratkan sebuah pukulan di atas tulang pipi Gilang.

Di dalam sebuah ruangan backstage, Gilang menunduk lemah tepat di hadapan Patrick. Gilang memejamkan matanya dan sudah bersiap untuk menghindari pukulan dari Patrick. Namun, Patrick membatalkan niat untuk memukul Gilang dan kembali menarik tangannya. Sementara itu, member ENT1TY lain hanya terdiam di setiap sudut ruangan.

"Semua wartawan ada di sini dan lu mau batalin penampilan lu? Lu gila?!" Patrick membuang wajahnya kesal. "Gue udah nyelamatin lu dari festival sekolah dan sekarang lu berani minta kyk gini?!" Patrick menghela nafas kasar.

Patrick berjalan keluar ruangan dengan perasaan campur aduk, tanpa meninggalkan sepatah katapun.

"Sorry, kelas vokal gue beres lebih lama." Bernice masuk ke dalam ruangan dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Akhirnya lu dateng juga. Kita semua udah panik." Dimas berdiri dan menghela nafas lega. "Ayok, kita harus bersiap sekarang." Dimas berjalan keluar ruangan. "Kalian juga, bersiaplah." Dimas menatap satu per satu member ENT1TY sebelum akhinya menghilang di balik pintu.

"Semangat!" Bernice menepuk pundak Ricky yang berada di sampingnya dan langsung berlari keluar, mengikuti Dimas.

Kini, hanya tersisa delapan laki-laki member ENT1TY dalam ruangan backstage tersebut. Hening. Tidak ada seorang pun yang berani untuk memulai sebuah percakapan. Terdengar teriakan penonton yang sangat meriah dari atas panggung yang berada tidak jauh dari ruangan mereka.

"Fiki, lu kagak apa-apa, kan?" Ricky berusaha untuk memecah keheningan di antara mereka.

Di ujung ruangan, Fiki duduk menunduk di atas salah satu sofa sembari meneguk perlahan sebuah kantung obat.

"Fenly, jangan pegang mata lu terus. Lu udah terlihat bagus." Ricky menoleh ke arah Fenly.

Di depan salah satu cermin, Fenly terus saja menggosok pelan kelopak mata kanannya.

"Zweitson, Fajri, kalian jangan gugup." Ricky beralih ke teman lainnya.

Sejak awal, Zweitson dan Fajri hanya duduk terdiam pada salah satu sofa di sana.

"Shandy, Farhan, jangan terlalu mengkhawatirkan penampilan kalian. Kalian udah keren." Ricky menoleh ke arah lain.

Shandy dan Farhan terus saja menatap ke arah cermin. Mereka terus merapihkan rambut dan pakaian mereka.

"Dan lu, Gilang, jangan banyak pikiran." Ricky menatap Gilang yang berdiri di sampingnya.

Gilang hanya terdiam menunduk, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

"Gue bakal tampil seolah ini adalah penampilan terakhir kita." Ricky menatap satu per satu temannya.

"Kita udah sampe sini, gak mungkin harus berhenti." Ucap Fiki pelan setelah menghabiskan kantung obatnya.

"Orang lain selalu bilang kalau gue kuat." Ucap Fenly tegas.

"Mereka bilang gue bisa lakuin semua hal yang gue suka." Fajri menghela nafas panjang.

"Gue bertahan sejauh ini bukan untuk menjadi pecundang." Zweitson mengangguk ringan.

"Ayok keluar dan kasih penampilan semaksimal mungkin." Farhan berbalik dan menatap temannya satu per satu.

"Ya, ayok kita lakukan!" Shandy menatap tajam refleksi dirinya pada cermin.

"Lu juga, Lang." Ricky tersenyum tipis ke arah Gilang yang masih terdiam. "Atau kita akan kalah dari UR BOYS lagi." Gilang melirik ke arah Ricky. "Sekarang waktunya." Lanjut Ricky.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang