16. Last

2.6K 242 42
                                    

"Aku pergi dulu ya? see u next time, or next life, maybe." ─ Gilang Damanik

<Happy Reading>

"Kamu masih marah?"

"Ga."

"Bilang engga, tapi jutek gitu."

"Ihhh apaan sii, udah di bilang engga!"

"Aku ga ngasih nomor handphone aku aja kamu kek gini, gimana kalau aku beneran ngasih ya?" Gilang bermonolog sendirian.

Kila yang mendengar perkataan Gilang tentu saja langsung menatap tajam ke arah lelaki di sampingnya itu.

"Apa?"

"Apa?"

"Aku yang nanya duluan," ujarnya, "kamu jangan gini dong."

"Ihhh apasih Gilang?"

"Udah, diam, kamu kalau marah-marah gitu makin cantik," pujinya.

Kila terdiam mendengar kalimat tersebut, bungkam seribu bahasa, rasanya seperti ada ratusan kupu-kupu kecil yang berterbangan didalam perutnya.

"Paras mu, terlalu indah, setiap di lihat rasanya sulit untuk bernafas," ucap lelaki itu lagi.

Blusshh

Bukan hanya pipi, wajah Kila kini merah padam. Untungnya sorot mata Gilang menatap ke depan, fokus pada jalan saat ia sedang menyetir.

"Mereka baik banget sama kamu, keramahan mereka, buat aku iri," ungkap gadis itu.

"Iri atau jealous?"

"IRI!!"

Gilang tersentak kaget mendengar teriakan Kila.

"Eh, iya iyaa, ya udah, santai aja Kilaa," ucapnya lembut, menenangkan gadis di sampingnya itu.

"Ya habisnya mereka kek nya baik banget ke kamu."

"Bagus dong kalau orang lain baik ke aku."

"Tapi aku ga suka orang lain, ga suka orang baru!"

Lampu merah, mereka berhenti di persimpangan tersebut, simpang tiga. Gilang menoleh ke arah gadis yang sibuk memainkan handphone nya, "kamu tau sesuatu?" Gilang bertanya, sedangkan gadis di samping nya hanya menatap nya dengan ekspresi wajah yang bisa di tebak jika ia sedang kebingungan.

Menggemaskan.

Ekspresi wajah penuh tanya tersebut, ekspresi bingung dan menunggu itu menjadi favorit tersendiri bagi Gilang.

"Banyak perempuan telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua," ungkap nya.

"Kalimat itu?"

Entahlah, kalimat itu seperti tidak asing, perasaan Kila mengatakan jika ia pernah tau kalimat itu, entahlah, ia pun tidak begitu mengingat nya.

"Amsal 31:29," jawab lelaki itu.

Diam adalah tindakan terbaik, menurut Kila.

~~•||•~~

"Tante tinggal dulu ya."

"Ah, iya tante, hati-hati," sahutan Dinda dihiasi dengan senyumannya "mamah kamu mau kemana tuh Dem?"

"Ke kantor papa mungkin," jawabnya singkat.

Dinda hanya mengangguk mendengar jawaban dari lelaki yang berstatus kan pacarnya itu.

[1] SEAMIN TAK SEIMAN [end✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang