05. Aku Menyukaimu

6K 643 93
                                    

Mengapa perasaan ini harus tumbuh? Mengapa kita harus bertemu? Takdir seperti apa yang membuat kita harus bertemu dan memiliki perasaan yang terus tumbuh? Dan mengapa hadir dirimu tidak untuk menetap melainkan hanya untuk singgah dan bertamu? Mengapa?!

<Happy Reading>


"Wahh kak Michael."

"Iya hehe, tadi kakakmu nyuruh ke rumah. Katanya ga ada temen."

"Padahal mah ada gue," Bayu bergumam.

"Itu beda Bay, lu kan adeknya kak Gio bukan temen nya kak Gio," Kila yang berjalan dari pintu depan langsung menyambar percakapan Bayu dan Michael. Mengambil posisi duduk didekat Dinda.

"Yaelah, harusnya kan kalo saudara-an emang udah temenan. Lagian apa beda──"

"Pertemanan antara kak Gio sama kak Michael punya konsep yang berbeda dengan pertemanan antara kamu sama kak Gio yang sesama saudara," Sahut Gilang.

Bayu pun tampak keheranan, "Lho? Gilang?"

"Iya, aku boleh kan kalo main ke sini?"

"Boleh dong," sahut Bayu.

Dinda yang dari tadi hanya memperhatikan sekitarnya tampak bingung, "itu...?" tunjuk nya pada sebuah kantong plastik bertuliskan Alfamart yang berukuran lumayan besar yang dipegang oleh Gilang.

"Oh? Ini ada cemilan. Tadi sebelum ke sini kak Michael beli semuanya."

Gilang berjalan mendekati meja di ruang tamu tersebut dan kemudian meletakkan plastik yang ia pegang di atas meja yang ada didekat Bayu dan Dinda.

"Wahhh kak Michael the best dehh," Bayu tersenyum sumringah.

"Kok aku gak liat kamu bawa itu?" Kila bertanya dengan nada heran.

"Itu karena lu liat muka Gilang doang, bukan liat tubuhnya."

Bayu yang tidak ditanya oleh Kila malah menjawab pertanyaan Kila, namun tetap fokus pada layar hp nya sambil memakan snack yang di bawa oleh Gilang.

"Apaan sihh!"

"Tapi bener kan?"

"Udah deh Bay! Tadi gue tadi emang lagi gak fokus aja, makanya gak liat!"

"Iya gak fokus, karena lu cuma fokus sama mukanya doang," entengnya.

"Bayu ih! Gak gitu Bay! Tadi tuh emang──"

"Ehh beli mie ayam dong dek La."

Kila belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Gio tiba-tiba menghampiri empat remaja yang sedang berkumpul di ruang tamu tersebut. Berdiri didepan pintu yang terhubung antara ruang tamu dan ruang keluarga, pria itu melipat kedua tangannya dan berdiri dengan santainya.

"Nih banyak jajan kakak gak mau?" Kila menunjuk semua jajanan yang sudah dikeluarkan dari kantong plastik.

"Kakak laper La, beliin mie ayam yaa. Dua."

"Tinggal makan nasi gitu doang dibikin susah kak."

"Kakak mau nya mie ayam La. Tinggal beliin doang ih,"

Bukannya menjawab, Kila kemudian bangun dari duduknya berniat untuk mendekati Gio, berdiri dihadapan pria yang berbadan lebih tinggi dari nya. Bahkan lebih tinggi dari Bayu dan Gilang, walaupun tinggi mereka cuma berbeda sedikit, tapi tetap saja Gio itu tinggi.

"Kak?"

"Hmm?"

"Kakak ngidam?" bisik nya.

"Ngomong apaan kamu?" Gio dengan santainya mendorong kepala Kila. Tidak kuat kok, hanya mendorong pelan, bukan memukul ataupun menjitak, "beliin ya, satu untuk kakak satu lagi untuk si Michael," pintanya dengan santai.

[1] SEAMIN TAK SEIMAN [end✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang