7.senja

37 56 9
                                    

Kehilangan seseorang yang kita sayang itu sangat menyakitkan, sakit yang tidak bisa di definisikan dan hanya bisa di rasakan.


"Lama banget"

Sahbita pun sudah sampai di parkiran, saat jam pelajaran andfandra mengirim pesan ke padanya, untuk langsung ke parkiran karna lelaki itu menggu di sana.

"Ya maaf"

Sahbita berbicara, matanya tertuju pada seorang wanita, dia merasa heran, sedang apa wanita itu di sini.

"Lu ngapain di sini"

"Gw mau anterin dia pulang" Arsya

"Hah-hah maksudnya gimana?"

"Gw sama eva pacaran"

"Bentar bentar gimana, coba jelasin?"

"Hehehe, nanti gw jelasin bit"
eva pun bersuasa sambil cengengesan.

"Should"

Setelah sabhita berbicara seperti itu arsya menggem tangan eva.

"Yang nanti kita jalan yuu"

"Mau kemana emangnya"
Eva bertanya kepada arsya yang ingin mengajaknya jalan.

"Kenapa aja yang penting sama kamu"

"Ihhhhhh, arsya malu tau"

"Hee babi, jangan pacaran di depan gw napa"
Idam bersuara dengan nada intonasi kesal.

"Lah biarin, makannya lu punya pacar ni kaya gw bisa mesra mesra an"

Arsya berbicara sambil mengagakat tangan nya yang sedang menggenggam tangan eva.

"Bismillah semoga gak langgeng, amin zal aminin zal aminin"

Ucap idam sambil menyikut tangan lelaki itu

"Amin"

Mereka berdua mengaminkan bersama.

"Stres ya lu pada"

"Makannya jangan ngumbar ngumbar"

"Susah ngomong sama orang jones"

"Zal kita Jones zal"

Idam berbicara dengan gaya menangis. lelaki yang di panggilnya pun bersuara.

"Lu aja yang Jones sorry gw kagak"

"Ya elah ke ada aja lu"

"Ya ada lah, secara kan gw ganteng"

"Mata mu"

" Udah ayo cabut"

Setelah menyimak dari tadi, akhirnya andfandra buka suara walaupun sekedar mengajak pulang.

Andfandra naik motor bersama sahbita, eva dan arsya, sedangkan rizal dan idam naik motor sendiri sendiri, mereka. meninggalkan parkiran sekolah dan menyusuri jalan raya sampai di persimpangan jalan mereka berpisah karna arah mereka berbeda beda.

"Pegangan"
Andfandra berbicara di balik helm

"Apa gak kedengeran"
Sahbita pun mendekatkan kepalanya ke kepala andfandra, agar dia bisa mendengar jelas suara andfandra.

"Pegangan"

"Idih ogah banget, modus lu"

Andfandra tidak membalas omongan sahbita dia malah menambah kecepetan motornya, hal hasil sahbita memeluknya.

"Pelan pelan, nanti jatuh"

Andfandra hanya tersenyum, mereka menyusuri jalanan belahan jakarta, setelah tiga puluh menit mereka di perjalanan akhirnya mereka sampai di tujuan.

a memoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang