32.kecupan

20 26 35
                                    

kita itu bagaikan sunset ataupun sunrise sangat indah tapi berakhir untuk di kenang.





Seseorang lelaki berdiri di sebuah makam dengan membawa bungga senyum yang mengembang di wajahnya lelaki itu berjongkok dan menaruh bungga.

"Hai apa kabar? "

"Maaf ya gara gara gw, lu kaya gini"

"Emmm, gw janji deh bakal ngaku saat ada kesempatan"

"Walaupun lu udah gak ada tapi cinta gw buat lu tetep ada kok"

"Seperti kata gw dulu gw selalu cinta sama lu dalam keadaan apapun"

"Yang tenang ya di sana ingit, gue harap lu nyaman di sana kalau waktunya tiba gw bakal nyamperin lu di mana pun"

Ucap lelaki itu setelah ia berdoa dia meninggalkan makam ingit, yang tadinya sore berubah menjadi malam dengan seiringnya waktu.

"And, makasih ya atas memory ini"

"Hm, yaudah sana masuk"

"Iya, ati ati di jalan"

"Iyah"

Andfandra mendekati Sahbita dia mendekatkan mukanya dengan muka Sahbita, Sahbita memejamkan matanya jantung nya berdetak kencang.

Cup

Andfandra mencium kening Sahbita, dengan rasa kasih sayang.

"Yaudah sana masuk"

"Hah, ahh iya iya ini mau masuk"

"Salting ya"

"Ihh tau ahh"

Sahbita masuk ke rumahnya dan Andfandra pun pulang ke rumahnya, mereka beristirahat karena besok mereka sekolah apalagi besok hari senin di mana ada upacara.

Keesokannya.

Sahbita sedang di kelas bersama teman temannya, mereka sedang berbincang bincang tentan gpelajaran dan sebagainya, tadi pagi upacra berjalan dengan lancar karena matahari tidak begitu memunculkan dirinya.

"Hallo gays"

"Hai va"

"Halo "

"Ea ada eva ni"

"Yeuuu, berisik lu pada"

"Eh bit pesenan gw udah jadi belum"

"Udah, bentar gw ambilin"

Sahbita mengambil kertas gambar di tasnya dan memberikan gambar itu kepada eva.

"Nih"

"Ahhhh bagus bngt sumpah deh, pokoknya lu tuh sahabat terbaik"ucap eva ke pada sabitha sambil memeluk.

"Bohong tu bit, sayang kalo ada butuhnya ya kan va"

"Ih apan di lu ca"

"Ngaku sja deh mpo"

"Iya gw ngaku kalo gw sayang sama arsya"

"Mit amait alay bener lu mpo"

"Heh mpo mpo lu kata gw empo lu"

Yang lain tertawa karena mendengarkan dan memperhatikan mereka berdua berbicara.

"Ayo anak anak kalian rangkum bab 6 sampai 8 ibu tunggu sampai jam pelajaran selesai, untuk Sahbita maju ke meja ibu, ibu mau berbicara, tolong sekalian bawa bangku untuk kamu duduk"

Sahbita pun maju dengan membawa bangku.

"Kenapa bu?"

"Ibu udah daftarkan kamu, lomba akan di laksanakan minggu depan, kamu siap siap ya untuk lomba"

"Oke bu"

"Kalau gitu silakan kamu kembali duduk di tempat kamu"

Sahbita yang di suruh kembali ke tempat duduknya pun, melaksanakan perintah dia mulai menulis tugas.

kring kring kring kring

Jam istirahat tiba murid murid keluar dari kelasnya untuk makan dan memberi mimum sekaligus menyegarkan otak karena mapel pelajaran.

Andfandra yang sedang berbincang dengan teman temanya di depan kelas kedatangan tamu, lelaki itu menghampiri Andfandra.

"Gw mau ngobrol sama lu"

Andfandra pun mengikuti langkah lelaki itu membawa Andfandra ke ujung lorong.

Mereka tampak berbicara serius tapi belum muncul tanda tanda perkelahian.

"Eh tumben haldir nyamperin"

"Au deh"

"Bakal berantem kagak ya "

"Bismillah bakal"

"Tolol lu"ucap arsya sambil menoyor kepala idam

"Sakit jing"

Acara bicara dengan Andfandra pun selesai anehnya mereka berpelukan salam di iringi  senyuman, teman teman Andfandra merasa aneh dengan pemandangan yang mereka lihat.

"Dra lu sehat? "

"Sehat"

"Lu kesambet apan bro"

"Anjir andfandra dapet mukzizat"

"Berisik lu pada"

Aktivitas berjalan seperti biasa sekarang mereka sedang di parkiran karena bel Pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu andfandra membonceng Sahbita, setelah selesai bersiap siap mereka pun pulang seperti biasa mereka berpisah di perempatan, Sahbita dan Andfandra pun sampai di rumah Sahbita lelaki itu membuka helm dan berbicara dengan lawan mainnya.

"Nanti malem gue jemput"

"Mau ke mana lagi? "

"Ke suatu tempat"

"Okee, penasaran deh lu bawa gw kemana lagi"

"Jam tujuh harus udah siap"

"Siap pak boss"

"Yaudah gue cabut"

Andfandra pun memakai helmnya dan meninggalkan rumah Sabitha.

a memoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang