21.haruskah putus?

33 45 10
                                    

Sakit rasanya karena kau tidak pernah mencoba mengerti dan mengartikan diri ku.
Haldir.

Malam pun tiba, di mana malam ini sahbita dan keluarga datang ke rumah ingit untuk selamatan ingit.

"Ehh ada sahbita"

"Iya tan"

Mereka pun bersalaman setelah itu dia membantu menaruh makanan di piring untuk di sajikan, satu jam lebih sudah berlalu, orang orang yang mengaji sudah pulang dan hanya menyisakan para keluarga yang berkumpul dan bertukar cerita sahbita, yang merasa bosan pun punya ide.

"Tan aku boleh minjem kamer inggit gak"

"Boleh sayang, pake aja"

"Makasih ya tan"

Sahbita pun membuka kenop pintu kamar ingit dan masuk sahbita memandangi sekeliling kamar ingit yang bernuansa cream dan putih itu. Lalu dia melihat beberapa foto dirinya dengan ingit, sahbita pun perlahan menyusuri kamar ingit untuk mencari bukti apakah cerita rizal benar atau bohong, dia membuka laci meja belajar ingit. Dia membuka lemari baju ingit hasilnya tidak ada, sahbita pun duduk di kasur karena dia merasa pegal, gadis itu sejak tadi mencari tapi tidak ada hasil, matanya pun berkeliaran melihat setiap sisi ruangan dan setiap barang yang ada di kamar ini, sampai saat dia melihat sebuah kotak di atas lemari, sahbita pun bagun dan menuju lemari. Dia mencoba mengambilnya menggunakan kursi, lalu sahbita membuka perlahan kotak itu dan dia melihat sebuah foto.

DEG...

Sahbita sangat shock, entah apa yang harus di berbuatnya kedepannya, dia mengambil satu foto dan sisanya ia taruh di tempat semula, ia pandangi foto itu ada rasa sakit di hatinya, headphone nya bergetar muncul sebuah nama dia mengngakat telpon itu.

"hallo sya"

"Kenapa"

"sy-"

"Gw sibuk gw matiin ya"

TUTTTTTTTTTTTTTT

Dia akhiri panggilannya dan keluar dari kamarnya inggit dan dia memutuskan untuk pulang sendiri, toh rumahnya ingit dekat dengan rumah dia, dia berjalan sambil memandangi langit yang hitam di remani cahaya bintang dan bulan.

"Sahbita"

Sahbita pun memberhentikan langkahnya, dia melihat seorang tante tante yang seumuran dengan mamahnya, wanita itu pun menghampiri sahbita dan tersenyum.

"Kamu apa kabar sayang, kok jarang main si"

"Maaf bunda aku agak sibuk soalnya"

"Masuk yu bunda abis masak, pokoknya kamu harus icip icip"

Sahbita pun di bawa ke dalam rumah, rumah yang mewah dan simple ada banyak piagam yang di pajang dan sebuah foto keluarga.

"Ni liat bunda bawa siapa"

Wanita itu berbicara kepada dua laki laki yang sedang duduk di tempat meja makan.

"Assalamualaikum yah"
sahbita salim pada laki laki itu

"Waalaikumsalam sahbita, sini duduk makan"

Ucap lelaki itu mempersilakan duduk dan makan.

Di lihat di depan bangku yang sahbita tepati ada seorang lelaki remaja yang diam saja.

"Haldir kok diem aja, ini ada sahbita loh"

"Terus haldir harus gimana bunda, salto giitu"

Yah wanita tante tante itu adalah bundanya haldir, jujur saja sahbita merindukan sosok haldir tapi dia bisa berbuat apa orang yang di rindukannya sedang marah padanya.

Akhirnya pun mereka makan malam bersama di isi dengan tawa ringan, bunda haldir menyuruh haldir mengantarkan sahbita, jika bunda haldir memerintah pasti susah untuk di tolak.
Sesi berganti di mana menampakan dua manusia yang sedang berjalan di kompleks, haldir dan sahbita sekarang sedang berjalan untuk ke rumah sahbita, di antara mereka tidak ada yang berbicara. Mulut sahbita yang sudah gatal pun mengeluarkan pertanyaan.

"Lu gak kangen gue dir? "

"Engak biasa aja"

"Gw kangen lu dir"

"Kangen atau hanya butuh gw?"

"Semuanya dir susah untuk di jelaska"

"Lu kangen gue cuman kalo lu lagi ada masalah aja bit, dan guna nya gue bagi lu, adalah tempat ngadu, lu pernah gak si mikirin keadaan gw gimana?, apa gw punya masalah atau engak, gue udah tau jawabannya. Lu pasti gak tau, karena lu gak pernah ngertiin gw"

Haldir berbicara panjang lebar dan mengeluarkan isi hatinya, sahbita hanya diam.

"Udah nyampe, lu masuk gih jangan tidur malem malem ya"

Haldir membuka suara lagi setelah itu dia mengusap kepala sahbita dan tersenyum. Sahbita hanya diam kaku, haldir membalikan tubuhnya dan berjalan pulang, sahbita masuk ke rumah setelah itu dia masuk kamarnya dia menuju balkon dia memikirkan lerkataan haldir.

"Lu bener dir gw egois gw gak pernah mikirin lu, gw cuman jadiin lu tempat kesah keluh gw, gw harap gw bisa memperbaiki kesalahan gw"

keesokannya.

Hari sudah semakin siang menuju sore sahbita duduk di cafe bersama andfandra lelaki itu memaksa sahbita karena sahbita bersikap cuek padanya dan menghindar.




a memoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang